Dibandingkan kepala dan staf museum lainnya, terkadang mereka yang menjadi pemandu museum dianggap tidak terlalu penting. Memang tidak semua, tetapi paling tidak anggapan itu ada bahkan di kalangan permuseuman sendiri. Padahal pemandu museum adalah garda terdepan yang dapat menjadi citra museum tersebut.
Para pemandu museum itulah yang langsung berhadapan dengan pengunjung, sejak para pengunjung itu tiba di komplek museum masing-masing. Mereka yang menyambut, memberikan ucapan selamat datang, lalu mengantarkan para pengunjung berkeliling, menjelaskan ini-itu terkait museum. Di akhir kunjungan, mereka juga yang mengucapkan salam perpisahan kepada para pengunjung.
Seperti kata iklan "kesan pertama begitu menggoda", begitulah juga kesan yang didapatkan para pengunjung sejak pertama disambut oleh pemandu museum. Kesan pertama yang baik akan tertanam di hati pengunjung dan mereka akan menjadi senang berkeliling museum, mendapatkan pengetahuan baru dan menambah pengetahuan lama.
Sebaliknya, kalau pengunjung mendapat kesan jelek karena perilaku pemandu museum yang kurang berkenan, akan membuat citra museum ikut menjadi jelek pun, dan bisa-bisa masyarakat jadi tak mau datang lagi ke museum itu.
Hal-hal inilah yang dibahas dalam pertemuan para pemandu museum di Museum Wayang, Jakarta, pada Senin, 4 Desember 2017. Pertemuan berupa lokakarya pemandu museum dengan tema "Pengetahuan Pengayaan tentang Museum dan Publikasi serta Teknik dan Etika Pemandu Museum" diselenggarakan oleh Kelompok Pemerhati Budaya & Museum Indonesia (KPBMI) berkerja sama dengan Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Museum (PCBM) serta Asosiasi Museum Daerah DKI Jakarta (Amida) "Paramita Jaya".
Acara diawali dengan ucapan selamat datang dari Ketua KPBMI, Dhanu Wibowo, dilanjutkan dengan sambutan dari Ketua Dewan Penasehat KPBMI, Djulianto Susantio, lalu berturut-turut Ketua AMIDA "Paramita Jaya", Yiyok Herlambang, serta mewakili Direktorat PCBM, Judi Wahjudin. Dalam sambutan tersebut, semuanya senada menekankan keberadaan pemandu museum sebagai petugas yang membantu keberhasilan penyelenggaraan suatu museum.
Dalam lokakarya itu juga dibahas bagaimana para pemandu museum bisa membantu mempromosikan museum mereka dengan mempublikasikan berbagai hal menarik terkait museum. Termasuk bila ada kegiatan-kegiatan seperti pementasan, pameran temporer, lomba-lomba, dan sebagainya.
Salah satu caranya adalah dengan memanfaatkan berbagai media sosial yang ada. Publikasi baik berupa tulisan, foto, maupun video-video pendek, yang diharapkan menarik perhatian masyarakat untuk mengunjungi museum. Tentu saja, akun media sosial seperti Twitter, IG, dan WA, termasuk yang dapat dimanfaatkan oleh para pemandu museum untuk mempublikasikan museum mereka.
Walaupun sebagian peserta lokakarya sudah tersertifikasi dan dianggap kompeten sebagai pemandu museum, namun upaya untuk terus meningkatkan kualitas adalah kewajiban yang tidak bisa ditinggalkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H