Mohon tunggu...
Berty Sinaulan
Berty Sinaulan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog, Penulis, Peneliti Sejarah Kepanduan, Kolektor Prangko dan Benda Memorabilia Kepanduan, Cosplayer, Penggemar Star Trek (Trekkie/Trekker), Penggemar Petualangan Tintin (Tintiner), Penggemar Superman, Penggemar The Beatles

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Pemandu Museum, Garda Terdepan Bantu Citra Museum

5 Desember 2017   12:31 Diperbarui: 5 Desember 2017   15:07 2544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dibandingkan kepala dan staf museum lainnya, terkadang mereka yang menjadi pemandu museum dianggap tidak terlalu penting. Memang tidak semua, tetapi paling tidak anggapan itu ada bahkan di kalangan permuseuman sendiri. Padahal pemandu museum adalah garda terdepan yang dapat menjadi citra museum tersebut.

Para pemandu museum itulah yang langsung berhadapan dengan pengunjung, sejak para pengunjung itu tiba di komplek museum masing-masing. Mereka yang menyambut, memberikan ucapan selamat datang, lalu mengantarkan para pengunjung berkeliling, menjelaskan ini-itu terkait museum. Di akhir kunjungan, mereka juga yang mengucapkan salam perpisahan kepada para pengunjung.

Seperti kata iklan "kesan pertama begitu menggoda", begitulah juga kesan yang didapatkan para pengunjung sejak pertama disambut oleh pemandu museum. Kesan pertama yang baik akan tertanam di hati pengunjung dan mereka akan menjadi senang berkeliling museum, mendapatkan pengetahuan baru dan menambah pengetahuan lama.

Foto bersama peserta lokarya pemandu museum di depan Museum Sejarah Jakarta. (Foto: KPBMI)
Foto bersama peserta lokarya pemandu museum di depan Museum Sejarah Jakarta. (Foto: KPBMI)
Seusai berkeliling, kesan yang diberikan pemandu museum akan terpateri di hati pengunjung. Bila para pengunjung mendapat kesan baik, tentu mereka akan mengapresiasi, memberitahu kerabat tentang museum itu, dan citra museum bersangkutan pun meningkat di masyarakat. 

Sebaliknya, kalau pengunjung mendapat kesan jelek karena perilaku pemandu museum yang kurang berkenan, akan membuat citra museum ikut menjadi jelek pun, dan bisa-bisa masyarakat jadi tak mau datang lagi ke museum itu.

Hal-hal inilah yang dibahas dalam pertemuan para pemandu museum di Museum Wayang, Jakarta, pada Senin, 4 Desember 2017. Pertemuan berupa lokakarya pemandu museum dengan tema "Pengetahuan Pengayaan tentang Museum dan Publikasi serta Teknik dan Etika Pemandu Museum" diselenggarakan oleh Kelompok Pemerhati Budaya & Museum Indonesia (KPBMI) berkerja sama dengan Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Museum (PCBM) serta Asosiasi Museum Daerah DKI Jakarta (Amida) "Paramita Jaya".

Poster lokakarya pemandu museum. (Foto: KPBMI)
Poster lokakarya pemandu museum. (Foto: KPBMI)
Pesertanya tak kurang dari 115 pemandu museum dari museum-museum di Jakarta, Bogor, dan Bandung, serta sejumlah anggota Gerakan Pramuka di Jakarta yang juga menaruh minat pada permuseuman. Selaku narasumber adalah Berthold Sinaulan, SS (arkeolog, jurnalis, dan anggota Dewan Penasehat KPBMI) dan Amat Kusaini Al Alexs (Kordinator Sertifikasi Kompetensi Pemandu Museum dari Museum Kesejarahan Jakarta).

Acara diawali dengan ucapan selamat datang dari Ketua KPBMI, Dhanu Wibowo, dilanjutkan dengan sambutan dari Ketua Dewan Penasehat KPBMI, Djulianto Susantio, lalu berturut-turut Ketua AMIDA "Paramita Jaya", Yiyok Herlambang, serta mewakili Direktorat PCBM, Judi Wahjudin. Dalam sambutan tersebut, semuanya senada menekankan keberadaan pemandu museum sebagai petugas yang membantu keberhasilan penyelenggaraan suatu museum.

Dalam lokakarya itu juga dibahas bagaimana para pemandu museum bisa membantu mempromosikan museum mereka dengan mempublikasikan berbagai hal menarik terkait museum. Termasuk bila ada kegiatan-kegiatan seperti pementasan, pameran temporer, lomba-lomba, dan sebagainya.

Salah satu caranya adalah dengan memanfaatkan berbagai media sosial yang ada. Publikasi baik berupa tulisan, foto, maupun video-video pendek, yang diharapkan menarik perhatian masyarakat untuk mengunjungi museum. Tentu saja, akun media sosial seperti Twitter, IG, dan WA, termasuk yang dapat dimanfaatkan oleh para pemandu museum untuk mempublikasikan museum mereka.

Salah satu pembicara, Berthold Sinaulan, sedang menyampaikan materinya tentang
Salah satu pembicara, Berthold Sinaulan, sedang menyampaikan materinya tentang
Di luar itu, terbit pula keinginan para pemandu museum agar mereka dapat mempunyai wadah. Bukan sekadar untuk kumpul-kumpul, tetapi dapat saling membagi pengetahuan maupun informasi lainnya, yang pada gilirannya dapat meningkatkan profesionalitas para pemandu museum itu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun