Mohon tunggu...
Berty Sinaulan
Berty Sinaulan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog, Penulis, Peneliti Sejarah Kepanduan, Kolektor Prangko dan Benda Memorabilia Kepanduan, Cosplayer, Penggemar Star Trek (Trekkie/Trekker), Penggemar Petualangan Tintin (Tintiner), Penggemar Superman, Penggemar The Beatles

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Konferensi ISGF Sedunia Kembali Digelar di Bali

6 Oktober 2017   21:47 Diperbarui: 6 Oktober 2017   22:32 2166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indonesia ketika terpilih menjadi tuan rumah Konferensi Sedunia ke-28 ISGF pada konferensi ke27 di Australia. (Foto: ISGF)

Indonesia kembali menjadi tuan rumah perhelatan tingkat dunia. Kali ini bertajuk 28th International Scout and Guide Fellowship (ISGF) World Conference yang diadakan di Hotel Inna Bali Beach, Sanur, Bali, 9-14 Oktober 2017. Sebuah konferensi dari ISGF, atau organisasi dunia untuk mereka yang pernah aktif di gerakan pendidikan kepanduan.

Keberhasilan Indonesia menjadi tuan rumah Konferensi ISGF Sedunia ke-28 itu diputuskan dalam konferensi sedunia ke-27 organisasi itu yang diadakan di Australia pada 2014. Dalam konferensi sedunia ke-28 di Bali kali ini menurut rencana akan diikuti utusan organisasi nasional dari 63 negara. Mereka adalah orang-orang yang dulunya pernah aktif dalam gerakan kepanduan. Sebagian lagi, sampai sekarang masih tetap aktif di kepanduan. Namun, pernah atau masih aktif, semuanya tetap mencintai kepanduan sebagai gerakan pendidikan nonformal yang ikut berperan memberikan kontribusi positif bagi masing-masing individu.

Indonesia ketika terpilih menjadi tuan rumah Konferensi Sedunia ke-28 ISGF pada konferensi ke27 di Australia. (Foto: ISGF)
Indonesia ketika terpilih menjadi tuan rumah Konferensi Sedunia ke-28 ISGF pada konferensi ke27 di Australia. (Foto: ISGF)
Kepanduan sebagai gerakan pendidikan nonformal, memang hanya melengkapi pendidikan informal di lingkungan keluarga dan komunitas, serta pendidikan formal di sekolah-sekolah. Walaupun demikian, sebagai gerakan pendidikan yang menekankan pada pembentukan karakter dan budi pekerti anggotanya, kepanduan diakui banyak berperan membentuk seseorang menjadi manusia positif yang dapat berkontribusi baik di lingkungan keluarga, masyarakat, maupun bangsa dan negaranya.

Itulah sebabnya, mereka yang pernah aktif sebagai Pandu kembali bergabung membentuk organisasi ISGF. Organisasi yang seluruh anggotanya adalah orang dewasa itu berdiri di Luzern, Switzerland, pada 25 Oktober 1953. ISGF dibentuk berdasarkan resolusi yang dilakukan dalam pertemuan  kepanduan sedunia, yang idenya adalah untuk membentuk wadah internasional untuk orang-orang dewasa yang sudah tidak lagi aktif di kepanduan,  tetapi masih ingin tetap hidup berdasarkan prinsip-prinsip dan nilai-nilai moral kepanduan.

Salah satu prinsip dan nilai moral para Pandu adalah siap sedia membantu masyarakat. Itulah sebabnya, anggota-anggota organisasi tersebut terus memberikan darma baktinya untuk masyarakat, melalui berbagai kegiatan pemberdayaan masyarakat.

Sampai 1996, organisasi itu bernama the International Fellowship of Fomer Scouts and Guides (IFOFSAG). Baru kemudian diubah menjadi ISGF. Walaupun berdasarkan catatan pada laman resmi ISGF www.isgf.org, jumlah anggotanya baru 63 organisasi nasional di 63 negara ditambah perwakilan dari 42 negara lain yang belum ada organisasi nasionalnya, tetapi jumlahnya terus bertambah.

Lambang ISGF. (Foto: ISGF)
Lambang ISGF. (Foto: ISGF)
Di Indonesia, organisasi nasionalnya bernama Himpunan Pandu dan Pramuka Wreda (Hipprada). Dalam sejarah kepanduan di Indonesia, sejak 1961 seluruh organisasi gerakan kepanduan yang tadinya ada dihimpun dalam satu wadah bernama Gerakan Pramuka. Beberapa tokoh Pandu yang tidak bergabung dalam Gerakan Pramuka, mulai memunculkan ide untuk membentuk wadah tersendiri pada akhir 1960-an.

Namun masih membutuhkan beberapa tahun lagi, sehingga usulan itu mengerucut dan melalui pimpinan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka saat itu, Sri Sultan Hamengku Buwono IX, akhirnya resmi dibentuk Himpunan Pandu Wreda (Hiprada). Pembentukan itu dikukuhkan melalui Keputusan Kwartir Nasional bernomor 075/KN/1975 tertanggal 22 Juli 1975.

Belakangan, penamaan organisasi diubah menjadi Himpunan Pandu dan Pramuka Wreda (Hipprada), karena banyak pula mereka yang pernah aktif di Gerakan Pramuka namun tidak mengalami masa di kepanduan sebelum 1961, ikut bergabung. Sekarang, Hipprada terbuka untuk mereka yang berusia di atas 25 tahun, baik yang pernah maupun tidak menjadi Pandu atau Pramuka.

Lambang Konferensi Sedunia ke-28 ISGF di Bali. (Foto; Hipprada)
Lambang Konferensi Sedunia ke-28 ISGF di Bali. (Foto; Hipprada)
Sama seperti ISGF, kegiatan Hipprada yang saat ini diketuai oleh Prof. Dr. Haryono Suyono adalah lebih menekankan pada pemberdayaan masyarakat. Tentu saja, seperti dikatakan Mida Rodrigues yang merupakan Ketua Komite Dunia ISGF, konferensi dunia di Bali sekaligus menekankan semangat kepanduan untuk terus mengembangkan persaudaraan seluas dunia. "Make new friends and keep the old ones", tuturnya, yang berarti "menjalin persaudaraan dengan teman baru dengan tetap mempertahankan teman lama".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun