Rasanya hampir semua pencinta sastra -- khususnya puisi -- sepakat untuk menganggap Chairil Anwar sebagai salah satu penyair paling terkenal di Indonesia. Tak heran bila tanggal lahir dan tanggal kematiannya juga dicatat dalam sejarah perpuisian di Tanah Air. Dari catatan sejarah yang ada, diketahui bahwa penyair Angkatan '45 itu lahir di Medan, Sumatera Utara pada 26 Juli 1922 dan meninggal dunia di Jakarta pada 28 April 1949.
Terkait dengan hal itu, ada yang menjadikan tanggal kematia Chairil Anwar sebagai tonggak untuk memperingati Hari Puisi Nasional. Namun tak sedikit juga yang memilih tanggal kelahiran penyair yang dijuluki "Si Binatang Jalang" itu sebagai peringatan Hari Puisi Nasional. Seperti yang sekarang dirayakan di banyak tempat di Indonesia, para pencinta sastra merayakan Hari Puisi Nasional pada 26 Juli 2017.
Kalau saja Chairil Anwar masih hidup, maka pada tahun ini dia genap berusia 95 tahun. Sayang dia mati muda di usia ke-26. Walaupun demikian, karya-karya puisinya tetap digemari sampai sekarang. Banyak penulis puisi -- bagi mereka yang belum berani menamakan diri penyair -- maupun para penyair Indonesia saat ini, yang terpengaruh dan dipengaruhi oleh karya-karya Chairil Anwar.
Memang sempat terjadi polemik, ada yang mengatakan bahwa beberapa puisi Chairil Anwar tidak asli, melainkan terjemahan dan mengadaptasi dari karya lain yang telah lebih dulu ada. Apa pun itu, nama Chairil Anwar tak bisa lepas dari dunia puisi di Tanah Air.
Tanggal 26 Juli 2017, perayaan Hari Puisi Nasional dirayakan meriah di berbagai tempat. Bukan hanya di kota-kota besar dan ibu kota provinsi saja, tetapi juga di berbagai pelosok Indonesia. Dari Sumenep di Pulau Madura (Jawa Timur) sampai Mempawah di Kalimantan Barat. Di Makassar, Tangerang, dan banyak tempat lain. Selain diisi pembacaan puisi, acara juga dimeriahkan dengan peluncuran buku kumpulan puisi, perbincangan seputar puisi, sampai pertunjukan seni termasuk musikalisasi puisi.
Bukan hanya itu. Para penulis puisi dan penyair pun tentu lebih bersemangat menghasilkan puisi-puisi yang bisa menggugah rasa, empati dan simpati. Ini satu dari saya (mudah-mudahan tetap bisa dianggap puisi):
Mari Menulis, Mari Membaca -- PUISI
Selamat Hari Puisi Nasional, kapan pun itu, tanggal berapa pun tak masalah, karena yang penting adalah tetap hadirnya puisi, sejak dulu, sekarang, sampai ke masa depan.
Dan buat kau penulis atau penyair marilah menulis, dan bagi kau pembaca teruslah membaca, tulis dan baca puisi, bagikan sebanyak-banyaknya, kepada semua orang, biar dunia ini penuh puisi dan manusia lebih punya rasa, empati dan simpati.
Selamat Hari Puisi Nasional, mari menulis, mari membaca -- PUISI.
Jakarta, 26 Juli 2017