Puluhan penggemar kisah Petualangan Tintin (The Adventures of Tintin) Senin (22 Mei 2017) berkumpul di Paviliun 18, di bilangan Gandaria, Jakarta Selatan. Mereka berkumpul untuk memperingati ulang tahun ke-110 Georges Remi atau lebih dikenal dengan nama Herge, yang juga disebut sebagai “Bapak si Tintin”. Ya, Herge adalah komikus asal Belgia yang menciptakan tokoh Tintin melalui serial komik kisah Petualangan Tintin.
Dilahirkan di Belgia pada 22 Mei 1907, bila Herge masih hidup, saat ini dia merayakan ulang tahunnya ke-110. Namun, Herge telah meninggal dunia pada 1983 di usianya yang ke- 76. Walaupun demikian, karya-karyanya tetap abadi, bahkan puluhan tahun setelah kematiannya, namanya masih dibicarakan dan komik-komik karyanya masih terus dicetak dalam berbagai bahasa.
Buku tentang Herge. (Foto: R. Andi Widjanarko, ISJ)
Kisah Petualangan Tintin tersebut tercatat telah diterjemahkan ke dalam lebih dari 50 bahasa di dunia, termasuk ke dalam Bahasa Indonesia. Bila pada 1970-an penerbitan dalam Bahasa Indonesia dipegang oleh PT. Indira, maka kini penerbitannya dipegang oleh PT. Gramedia Pustaka Utama. Sampai kini, komik-komik kisah Petualangan Tintin dalam Bahasa Indonesia dapat ditemukan di toko buku Gramedia maupun sejumlah toko buku lainnya di berbagai tempat di Indonesia.
Gabriel Laufer dan buku tentang Herge. (Foto: R. Andi Widjanarko)
Tak heran pula bila para penerjemah kisah Petualangan Tintin dari bahasa aslinya, Bahasa
Prancis, ke Bahasa Indonesia, turut hadir pula dalam acara peringatan 110 Tahun Herge yang dilaksanakan Kafe Suwe Ora Jamu dan Paviliun 28, sebuah kafe yang dikomandani pencinta komik, Uwi Manthovani, yang bersama penggemar Tintin asal Belgia, Gabriel Laufer, menggagas “Herge 110” tersebut. Para penerjemah yang hadir antara lain Donna Widjajanto dan Diniarti Pandia, ditambah lagi satu penerjemah kisah Asterix, Tati Bambang.
Para penerjemah kisah Petualangan Tintin dan Asterix, dari kiri ke kanan: Diniarty Pandia, Tati Bambang, Donna Widjajanto. (Foto: R. Andi Widjanarko, ISJ)
Acara dimeriahkan pula dengan pemutaran film dokumentar mengenai perjalanan hidup Herge yang diakui sendiri oleh Herge dalam suatu wawancaranya bahwa hidupnya telah “dikuasai” Tintin. Dalam arti, bahwa kisah Petualangan Tintin telah membuatnya benar-benar mendedikasikan kemampuannya dalam membuat cerita komik untuk Tintin dan kawan-kawannya.
dubes-belgia-59246087127b61504e59d7b8.jpg
Dalam acara meriah yang dihadiri juga perwakilan dari Pusat Kebudayaan Prancis dan Dutabesar Belgia untuk Indonesia, Patrick Herman, juga ikut membagikan pengalamannya komikus Indonesia, Hari Prast. Bersama Yoga Adhitrisna, Hari Prast banyak membuat poster dalam bentuk komik yang terinspirasi oleh gaya komik Herge, yang berkisah tentang
Jokowi saat kampanye Jokowi-JK pada Pemilihan Presiden 2014. Poster komik yang dikemas dalam “
Demokreatif” itu menampilkan Jokowi seperti gambar-gambar sampul buku kisah Petualangan Tintin dari Herge. Sama seperti Tintin yang digambarkan berkeliling dunia, Jokowi juga tampil dengan blusukannya ke berbagai daerah di Indonesia.
Karya Sheila Rooswita. (Foto: R. Andi Widjanarko)
Pengunjung yang hadir juga berkesempatan membuat gambar komik dipandu oleh Sheila Rooswita, yang membuat “fan art’ berupa poster penghormatan untuk Herge. Sheila juga akan menjadi komikus Indonesia yang akan tampil pada acara Europalia, pameran Eropa yang akan diadakan di Belgia dan sejumlah negara lain di Eropa yang untuk tahun ini mengambil tema “Indonesia”. Pameran yang akan menyajikan berbagai hal tentang Indonesia itu akan diadakan mulai Oktober 2017 sampai Januari 2018.
Bukan itu saja. Kapten Haddock, sahabat karib Tintin, juga ikut hadir. Paling tidak sosok yang menyerupai Kapten Haddock, lengkap dengan kostum dan pipa serta topi pelautnya. Hiburan musik juga digelar, dan tentu saja yang paling ditunggu adalah door prize berupa pernak-pernik yang berkaitan dengan kisah Petualangan Tintin.
Sebagian anggota Komunitas Tintin Indonesia yang hadir. (Foto: Komunitas Tintin Indonesia)
Ketika ditanyakan kepada para pengunjung yang hadir, tampaknya ada “benang merah” dari kesenangan mereka pada Tintin yang sebagian besar dibaca waktu kecil. “Dapat berkeliling dunia hanya dengan membaca kisah Petualangan Tintin, yang menggambarkan petualangan Tintin keliling dunia, lengkap dengan penggambaran geografi, adat, seni, dan budaya keseluruhan di daerah yang dikunjungi,” begitu rata-rata jawaban pengunjung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Humaniora Selengkapnya