Mohon tunggu...
Berty Sinaulan
Berty Sinaulan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog, Penulis, Peneliti Sejarah Kepanduan, Kolektor Prangko dan Benda Memorabilia Kepanduan, Cosplayer, Penggemar Star Trek (Trekkie/Trekker), Penggemar Petualangan Tintin (Tintiner), Penggemar Superman, Penggemar The Beatles

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Puisi Lama Tentang Ahok

24 April 2017   18:34 Diperbarui: 25 April 2017   03:00 679
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhir-akhir ini, saya memang senang kembali berpuisi, menulis berbagai puisi,  walaupun entah apakah sudah pantas disebut puisi atau baru sebatas baris-baris tulisan saja. Di samping itu, saya juga kembali mengumpulkan puisi-puisi yang pernah saya tulis, yang selama ini tercecer di berbagai tempat. Ada yang di laptop lama, ada yang di falsh disk, ada yang di compact disc, bahkan ada juga yang di external hard disk. 

Ternyata cukup banyak juga puisi yang pernah saya tulis. Itu belum termasuk puisi-puisi yang saya tulis dan tersimpan di prosesor komputer lama, yang entah apakah masih bisa dibuka dan diselamatkan. Seingat saya, dengan komputer itu pun, saya sempat menulis cukup banyak puisi dalam kurun 1990-an sampai awal 2000-an. 

Dari sekian banyak puisi yang saya berhasil selamatkan ada satu puisi tentang Ahok, yang kini untuk pertama kali saya publikasikan kepada umum:

Ahok

Bersama Joko Widodo yang datang dari Solo

seorang lelaki keturunan Tionghoa ikut,

keduanya mencalonkan diri untuk

jadi gubernur dan wakil di ibu kota republik ini.

Lelaki keturunan Tionghoa itu

Basuki Tjahaja Purnama begitu namanya

yang konon akrab dipanggil Ahok

datang dari Belitung dia asalnya.

Teman kabarkan pernah sekolah dia

sama sepertiku, sama seperti temanku

di SMA Tiga PSKD di Jalan Kwini

di tengah kota Jakarta.

Tapi tak kukenal dia, teman bilang

dia memang adik kelas, jauh rupanya

angkatan kami berbeda, saatku lulus

dan jadi mahasiswa, dia baru masuk,

tak kukenal dia.

Tapi teman lagi bilang, dia orang jujur

patut didukung, bahkan gajinya dia

buka secara transparan pada publik,

dan ini yang penting bagiku.

Bukan soal pernah sama sekolah

tapi jadi pejabat publik yang

penting adalah kejujuran,

integritas untuk terus melayani

rakyat, agar sejahtera

semuanya, tak terkecualikan.

Begitulah, pada Ahok, pun

tentunya juga pada Joko Widodo,

kuberharap,

tetaplah jujur.

Jakarta, 20 Mei 2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun