Mohon tunggu...
Berty Sinaulan
Berty Sinaulan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog, Penulis, Peneliti Sejarah Kepanduan, Kolektor Prangko dan Benda Memorabilia Kepanduan, Cosplayer, Penggemar Star Trek (Trekkie/Trekker), Penggemar Petualangan Tintin (Tintiner), Penggemar Superman, Penggemar The Beatles

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

[Mudasiana] Pelajaran Tak Gunakan Barang Palsu dari Jaket Jeans Berusia 20 Tahun

8 Maret 2017   09:24 Diperbarui: 8 Maret 2017   09:32 2110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Prangko resmi
Prangko resmi
Itulah tugas saya saat berangkat ke San Francisco. Beberapa koleksi yang amat mahal, dan saya pasti tak sanggup menggantinya bila hilang, terpaksa saya bawa sendiri ke dalam kabin pesawat. Sementara sisanya saya masukkan ke dalam kopor yang saya kunci ganda, untuk pengamanan koleksi di dalam kopor.

Saya sendiri telah berangkat beberapa hari sebelum pameran dimulai, karena harus menyiapkan koleksi-koleksi peserta Indonesia untuk diserahkan kepada panitia dan mengeceknya saat dipasang di panil-panil pameran. Seingat saya, dengan menggunakan pesawat dari maskapai penerbangan Singapore Airlines, saya berangkat menempuh rute Jakarta – Singapura – San Francisco pada 26 Mei 1997.

Sejak dari rumah, jaket jeans merah itu telah saya gunakan. Meski pun diberitahu oleh panitia pameran filateli, saat itu cuaca di San Francisco tidak dingin, tetapi saya tetap memakai jaket. Apalagi saya akan menempuh perjalanan jauh dengan pesawat terbang, dan cuaca di dalam pesawat pasti cukup dingin. Jaket jeans merah itu membantu menghangatkan tubuh saya.

Ditegur Penumpang Lain

Namun pengalaman memakai jaket jeans merah dalam perjalanan ke San Francisco juga menjadikan pengalaman tak terlupakan bagi saya. Suasana perjalanan dari Bandara Soekarno Hatta di Jakarta (sekarang telah ditetapkan masuk ke Provinsi Banten) ke Bandara Changi di Singapura, berjalan biasanya saja.

Setelah transit di Changi, perjalanan dilanjutkan menuju San Francisco. Di sinilah saya mendapatkan pengalaman berharga saat mengenakan jaket jeans merah itu. Dari Singapura ke San Francisco, di sebelah saya duduk seorang lelaki yang mungkin seusia dengan saya, sekitar 30 tahunan.

Baru terbang beberapa lama, tiba-tiba dia menunjuk ke arah jaket jeans merah saya. “Where did you got those patches?,” tanyanya.

Maksudnya dari mana saya mendapatkan badge-badge yang tertempel di jaket jeans merah saya itu. Saya langsung tahu bahwa dia orang AS, karena kebiasaannya mereka menyebut badge atau lambang dari kain dengan patch atau patches bila jamak. Sedangkan badge bagi orang AS malah merujuk pada lambang dari logam yang sering kita sebut pin.

Saya lalu bercerita bahwa saya membelinya di sebuah tempat di Jakarta, Indonesia. Di langsung mengomentari, bahwa dia sudah menduga bahwa badge-badge itu bukan produk AS.

“Kenapa bisa menduga seperti itu?,” tanya saya.

Dia lalu menjelaskan bahwa dia pun penggemar NBA, dan dia belum pernah melihat produk NBA asli mempunyai badge NBA seperti yang saya jahit di jaket jeans merah saya. “These patches must be fake,” tuturnya, menerangkan bahwa badge yang saya kenakan pasti palsu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun