Mohon tunggu...
Berty Sinaulan
Berty Sinaulan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog, Penulis, Peneliti Sejarah Kepanduan, Kolektor Prangko dan Benda Memorabilia Kepanduan, Cosplayer, Penggemar Star Trek (Trekkie/Trekker), Penggemar Petualangan Tintin (Tintiner), Penggemar Superman, Penggemar The Beatles

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Beda Kenyamanan Kelas Bisnis dan Ekonomi di Pesawat Udara

21 Februari 2017   13:47 Diperbarui: 21 Februari 2017   16:14 3858
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Deretan kursi penumpang kelas ekonomi di pesawat udara. (Foto: initisari-online.com)

Tulisan Aan Hartono yang berjudul “Antara Mayor Yoyok dan Mayor Agus” (baca lengkapnya di sini) memang pantas dijadikan artikel “Pilihan” oleh Kompasiana. Melalui artikel tersebut, kita dapat lebih mengenal bahwa di dunia yang serba hedonis dan banyak yang selalu ingin berkuasa, ternyata masih ada sosok Mayor Yoyok yang merasa cukup sekali saja menjadi Bupati Batang.

Sementara di tempat lain, orang berlomba-lomba menjadi penguasa daerah sampai dua kali, bahkan kalau bisa lebih seolah sampai seumur hidup. Setelah dua kali periode memimpin, lalu diusahakan agar istri atau anaknya yang menjadi pemimpin di daerah bersangkutan. Selanjutnya, diupayakan lagi supaya keluarga yang lain dapat ikut memimpin. “Politik dinasti”, begitu banyak diungkap para analis politik.

Tapi saya tak ingin membahas hal tersebut. Saya hanya sedikit tersentak dengan bagian akhir tulisan Aan Hartono tersebut. Di situ disebutkan, “Nyamannya naik pesawat kelas ekonomi dan bisnis ternyata sama. Hanya saat kita dalam penerbangan yang membedakannya. Ketika kita sudah sampai ditujuan, kita akan turun pada waktu dan tempat yang sama. Seorang penumpang kelas bisnis tidak diperkenankan membawa kursinya ketika telah sampai. Begitu pula penumpang kelas ekonomi”.

Memang, kalau soal membawa kursi ke luar pesawat udara tentu adalah hal tak mungkin. Bagaimana pula mencopot kursi yang terkait erat pada badan pesawat dalam waktu singkat, seperti singkatnya waktu yang diperlukan ketika setelah tiba di tujuan, kita mengambil barang bawaan yang disimpan di kabin pesawat untuk membawanya ke luar.

Tapi soal kenyamanan, jelas berbeda antara kelas ekonomi dan kelas bisnis di pesawat udara. Ini juga bukan soal gengsi, seperti di bagian akhir dituliskan Aan Hartono, “.... Keduanya sama-sama meninggalkan segala kenyamanan dalam pesawat.................. .. Gengsi..? ah sudahlah.. tanggalkan rasa itu.. gengsi juga hanya masalah rasa dan waktu”.

Harga tiket kelas bisnis pesawat udara memang jauh lebih mahal dibandingkan dengan harga tiket kelas ekonomi, ada yang dua kali bahkan sampai tiga kali lipat. Tapi ini bukan soal gengsi, namun masalah kenyamanan. Apalagi kalau perjalanan dengan pesawat udara menempuh jarak sampai 5 jam atau lebih dan melewati berbagai zona waktu.

Itulah sebabnya, sejumlah perusahaan besar di Indonesia (mungkin juga di negara lain), mengizinkan karyawannya terutama dengan level manajer ke atas, untuk naik pesawat udara kelas bisnis bila melakukan perjalanan dinas lebih dari lima jam. Apalagi kalau misalnya dari Jakarta ke negara-negara di benua Eropa yang rata-rata ditempuh oleh pesawat udara antara 16-18 jam, atau dari Jakarta ke negara-negara di Benua Amerika yang waktu tempuhnya dengan pesawat udara rata-rata di atas 24 jam.

Bayangkan, betapa melelahkannya duduk di kelas ekonomi yang kursinya sempit dan jarak antara satu kursi dengan kursi lain amat terbatas, baik ke samping maupun ke depan dan belakang. Itulah sebabnya, kalau terpaksa naik pesawat kelas ekonomi dengan jarak tempuh lebih dari 5 jam, banyak yang memilih duduk di aisle (lorong). Paling tidak bisa melonjorkan kaki sejenak, walau harus hati-hati juga, karena setiap saat orang bisa lewat lorong atau pramugari dan pramugara lewat membawa kereta dorong berisi makanan.

Duduk Nyaman

Perbedaan utama antara kelas bisnis dan kelas ekonomi di pesawat udara memang dari tempat duduknya. Kelas bisnis, tempat duduknya jauh lebih nyaman. Ini sangat berpengaruh untuk perjalanan jauh dengan pesawat udara. Duduk di tempat yang lebih nyaman, membuat kondisi tubuh lebih fit. Sedangkan di kelas ekonomi, karena tempat duduknya sempit, membuat seseorang mudah mengalami apa yang dikatakan masyarakat umum “badan pegal dan kaku-kaku”.

Ini sebenarnya antara lain akibat terjadinya deep vein trombosis atau pembekuan darah di kaki. Belum lagi pundak dan punggung juga ikut terasa kaku dan pegal, karena terlalu lama duduk. Kalau dibiarkan hal ini dapat berbahaya. Untuk itulah, seperti sering disarankan oleh banyak tenaga medis di bidang penerbangan, usahakan melakukan peregangan dan sesekali berjalan-jalan di lorong pesawat. 

Belum lagi kelelahan karena perjalanan panjang dan melewati zona waktu yang berbeda, dapat menyebabkan pula jet lag. Dari banyak referensi, jet lag diartikan sebagai penat terbang atau mabuk pascaterbang yang secara medis disebut desinkronosis. Ini adalah sebuah kondisi fisiologis yang terjadi akibat gangguan terhadap ritme sirkadian tubuh, salah satu gangguan tidur ritme sirkadian. Mabuk pascaterbang muncul akibat perjalanan cepat lintas meridian jarak jauh, sebagaimana yang dilakukan menggunakan pesawat jet.

Susah tidur seringkali dialami orang yang berpergian naik pesawat udara, walaupun dalam perjalanan jauh. Apalagi kalau yang bersangkutan naik di kelas ekonomi yang kursinya terbilang terbatas ukurannya. Berbeda dengan di kelas bisnis, di mana orang lebih nyaman dan bisa tidur nyenyak selama perjalanan sebelum sampai ke tujuan.

Jadi perbedaan harga tiket di kelas bisnis dan ekonomi pesawat udara memang bukan sekadar gengsi, ada kenyamanan yang berujung pada kondisi tubuh yang lebih fit bila naik kelas bisnis. Kalau soal makanan, mungkin hanya sedikit perbedaan. Sedangkan soal pelayanan para awak kabin, semuanya sama baik untuk kelas bisnis maupun kelas ekonomi. Sekali lagi, seseorang yang memilih naik pesawat udara di kelas bisnis lebih karena masalah kenyamanan dan kesehatan penumpang yang bersangkutan.

Namun kalau tak cukup uang untuk naik kelas bisnis? Seperti telah disebutkan, jangan lupa lakukan peregangan dan sedikit berjalan-jalan selama perjalanan jauh dengan pesawat udara. Di samping tentu saja yang penting, kondisi tubuh sebaiknya telah dipersiapkan agar fit melakukan perjalanan jauh.

(Catatan: Tulisan ini tidak untuk merendahkan artikel Aan Hartono, karena jelas bagi saya tulisan itu sangat menarik, menampilkan sosok yang tidak “gila” kekuasaan. Tulisan ini hanya ingin mendudukkan persoalan tentang perbedaan kelas bisnis dan kelas ekonomi dalam pesawat udara).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun