Mohon tunggu...
Berty Sinaulan
Berty Sinaulan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog, Penulis, Peneliti Sejarah Kepanduan, Kolektor Prangko dan Benda Memorabilia Kepanduan, Cosplayer, Penggemar Star Trek (Trekkie/Trekker), Penggemar Petualangan Tintin (Tintiner), Penggemar Superman, Penggemar The Beatles

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kalung Bermata Berlian untuk Winda

17 Februari 2017   18:58 Diperbarui: 23 Februari 2017   18:31 671
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kalung berlian CZ by Kenneth Jay. (Foto: pinterest.com)

Kini Winda telah berusia 22 tahun. Dia telah lulus kuliah dalam bidang perbankan, dan kini memulai karier sebagai management trainee alias MT di sebuah bank swasta nasional di Jakarta. Mulai dari sekolah sampai kuliah, bahkan masuknya Winda untuk bekerja di bank, tak lepas dari bantuan Paman Ben.

Suatu hal yang terus-menerus membingungkan Winda mengenai keberadaan sang paman yang tak henti membantunya, sampai seminggu lalu bertemu kembali dengan Paman Ben di sebuah rumah makan di Jakarta. Winda datang bersama neneknya yang duduk di kursi roda, sedangkan Paman Ben datang seorang diri.

Hari itu, Paman Ben memberikan hadiah kepada Winda. Seuntai kalung dengan mata berlian yang tersimpan dalam kotak berwarna ungu. “Ini hadiah ulang tahunmu,” tutur Paman Ben.

Winda terkaget-kaget mendapatkan hadiah dari seorang lelaki yang telah berusia separo baya. Orang yang disebut Paman Ben memang telah cukup tua, berusia lebih dari 55 tahun. Dari percakapan mereka, Winda tahu bahwa Paman Ben hidup seorang diri. Dia tidak menikah, dan hanya tinggal di rumah ditemani seekor anjing dan dua ekor kucing.

“Wah, jangan-jangan paman mau melamar saya nih,” Winda mencoba bercanda ketika membuka kotak perhiasan itu, “Biasanya ‘kan cincin, tapi ini kalung”.

Entah apa yang ada di pikiran Winda saat itu. Mungkin dia juga galau, berpikir mengapa yang melamarnya adalah lelaki tua. Sang nenek yang duduk di sampingnya ikut tertawa kecil. 

“Bukan, bukan,” sergah lelaki itu, “Masa’ paman mau melamar keponakannya sendiri”.

Lalu berceritalah Paman Ben. Membuka semua tabir misteri dan teka-teki siapa dia sebenarnya. Mengalir ceritanya hampir tanpa henti, dibuka dengan perkenalan Ben dengan ibu Winda yang bernama Wanda Setiawati, hampir seperempat abad lalu.

@@@

Surabaya, November 1993.

Memperingati Hari Pahlawan dan sekaligus Hari Ulang Tahun Kota Surabaya, di tempat itu digelar pameran filateli internasional dengan nama “Indopex ‘93”, singkatan dari Indonesia Philately Exhibition 1993. Ini adalah pameran internasional pertama di Indonesia dalam bidang filateli, yang diikuti oleh koleksi-koleksi filateli terbaik dari negara-negara di Asia-Pasifik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun