Mohon tunggu...
Berty Sinaulan
Berty Sinaulan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog, Penulis, Peneliti Sejarah Kepanduan, Kolektor Prangko dan Benda Memorabilia Kepanduan, Cosplayer, Penggemar Star Trek (Trekkie/Trekker), Penggemar Petualangan Tintin (Tintiner), Penggemar Superman, Penggemar The Beatles

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Belanda dan Inggris "Main" Tukar-tukaran 3B: Bangka, Bengkulu, dan Banda

13 Februari 2017   15:42 Diperbarui: 13 Februari 2017   16:07 3215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambaran suasana proses Perjanjian Breda. (Foto: wikipedia.com)

Dalam sejarah nasional Indonesia, Belanda dan Inggris ternyata senang “main” tukar-tukaran, seperti orang bermain monopoli saja. Menukar rumah A dengan gedung B, menukar mobil dengan tanah, dan sebagainya.

Sehari lalu, 12 Februari 2017 adalah tepat 515 tahun, pelayaran kedua dari petualang asal Portugis, Vasco da Gama, yang berangkat dari Lisabon, Portugal ke India. Sebanyak 20 armada kapal dipimpin da Gama, melanjutkan sukses pelayaran pertamanya pada 1497 yang berhasil mencapai cita-cita Raja Portugal yang telah disusun selama 80 tahun untuk menemukan jalur laut secara langsung dari Eropa ke India, dengan mengelilingi Afrika.

Sukses  yang membuat Portugal berhasil menguasai India selama lebih dari 450 tahun, serta menghasilkan keuntungan bagi Portugal dengan mengeruk segala jenis kekayaan bumi dari India.

Vasco da Gama. (Foto: profilbos.com)
Vasco da Gama. (Foto: profilbos.com)
Setelah berhasil dengan pelayaran kedua pada 1502, Vasco da Gama sekali lagi berangkat dari Portugal ke India pada 1524. Sayang ketika dia berada di Goa, India, da Gama terserang penyakit malaria. Upaya mengobatinya tidak berhasil dan pada malam Natal, 24 Desember 1524, Vasco da Gama meninggal dunia di Cochin, atau yang dalam Bahasa Indonesia lebih dikenal dengan nama kota Kochi.

Bangka Ditukar Kochi

Kochi yang dijuluki “Ratu dari Laut Arab” dan merupakan salah satu galangan kapal terbesar di India sampai saat ini, sejak lama juga erat kaitannya dengan India. Berdasarkan catatan sejarah, para pelaut dari Kerajaan Kalingga di Pulau Jawa dari sekitar abad ke-6 serta pelaut-pelaut dari Kerajaan Sriwijaya di Pulau Sumatera dari sekitar abad ke-7, telah berlayar sampai ke India.

Bahkan, disebutkan pula pada abad ke-10 sejumlah pelaut dan ahli kapal dari Jawa dan Sumatera telah memimpin pembuatan kapal-kapal layar di Kochi. Walau pun tidak atau belum ada sumber sejarah yang lebih terinci, diperkirakan kemungkinan kapal-kapal dari Eropa – termasuk kapal-kapal yang merupakan bagian dari armada Vasco da Gama, sempat pula diperbaiki dan bahkan dibuat baru di Kochi. Pembuatannya itulah yang dipimpin oleh keturunan para ahli kapal dari Jawa dan Sumatera, yang berdiam di Kochi.

Peta Benteng Kochi dari tahun 1672. (Foto: wikipedia.com)
Peta Benteng Kochi dari tahun 1672. (Foto: wikipedia.com)
Terkait dengan Kochi kini masuk ke dalam negara bagian Kerala, ternyata kota tersebut pernah dipertukarkan dengan Pulau Bangka yang sekarang menjadi bagian dari Provinsi Bangka Belitung. Tukar-tukaran antara Belanda dan Inggris dilakukan melalui Perjanjian Inggris (Anglo Dutch Treaty) pada 13 Agustus 1841. Dari pihak Inggris yang mewakili adalah Robert Stewart, sedangkan dari pihak Belanda diwakili oleh Hendrik Fagel. Pada perjanjian di London pada 13 Agustus 1814 itu, Belanda memberikan Kochi kepada Inggris, dan sebaliknya Inggris memberikan Pulau Bangka kepada Belanda.

Bengkulu Ditukar Singapura

Tidak sampai di situ. Tukar-tukaran wilayah jajahan antara Belanda dan Inggris berlanjut sepuluh tahun kemudian. Dalam Perjanjian Inggris yang ditandatangani di London pada 17 Maret 1824, Belanda masih diwakili oleh Hendrik Fagel  yang kali ini ditemani oleh Anton Reinhard Falck. Sementara yang mewakili Inggris adalah  George Canning dan Charles Watkins Williams Wynn.

Dalam perjanjian tersebut, Bengkulu yang tadinya merupakan jajahan Inggris, ditukar dengan Singapura ditambah Malaka dan Pulau Pinang, yang sebelumnya merupakan milik Belanda. Jadi Belanda mendapat Bengkulu, sebaliknya Inggris memperoleh Singapura, Malaka, dan Pulau Pinang yang sekarang biasa kita sebut Penang di Malaysia.

Fort Marlborough di Bengkulu. (Foto: indonesia-tourism.com)
Fort Marlborough di Bengkulu. (Foto: indonesia-tourism.com)
Itulah sebabnya kalau sekarang kita ke Bengkulu, di sana masih terdapat peninggalan bersejarah berupa Benteng Marlborough. Sebuah benteng yang tadinya merupakan milik Kerajaan Inggris dan telah berdiri sejak 1741. Bahkan bunga yang terkenal dari Bengkulu diberi nama Rafflesia Arnoldi, untuk menghormati Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jenderal Inggris terkenal yang kemudian juga sempat memimpin Singapura. Raffles menjadi pemimpin kolonial di Bengkulu dalam kurun 1818 sampai 1824.

Run Ditukar New York

Masih ada lagi. Saat ini rasanya hampir tak ada yang mengenal nama kota New York, salah satu kota “mendunia” yang terletak di Amerika Serikat. New York dulu bernama New Netherland , dan merupakan bagian dari koloni Kerajaan Belanda di Benua Amerika. Siapa sangka, New York ini pernah pula dijadikan “tukar-tukaran” antara Belanda dan Inggris dengan banda, tepatnya dengan Pulau Run (ada juga yang menulisnya Rhun), salah satu pulau di Kepulauan Banda, Maluku.

Adalah Perjanjian Breda yang ditandatangani di Kota Breda pada 31 Juli 1667. Kali ini selain Inggris dan Belanda, juga terlibat pihak Prancis, dan Denmark-Norwegia.  Dalam pembicaraan sebelum ditandatanganinya perjanjian,  Inggris yang diwakili Denzil Holles dan Henry Coventry mencoba menawarkan untuk mengembalikan New Netherland  kepada Belanda untuk ditukar dengan pabrik gula Inggris di pantai Suriname, yang berhasil dikuasai komandan Angkatan Laut Belanda bernama Abraham Crijnssen pada awal 1667.

Gambaran suasana proses Perjanjian Breda. (Foto: wikipedia.com)
Gambaran suasana proses Perjanjian Breda. (Foto: wikipedia.com)
Pihak Belanda menolak karena di Hindia-Belanda yang sekarang menjadi Republik Indonesia, mereka ingin mengamankan monopoli pala. Akhirnya setelah pembicaraan panjang lebar, Belanda berhasil memaksa Inggris untuk menyerahkan klaim mereka atas Banda, tepatnya Pulau Run di Kepulauan Banda. Sebaliknya, Belanda merelakan New Netherland untuk dikuasai sepenuhnya oleh Inggris.

Begitulah, kisah tiga pulau yang dipertukarkan antara Belanda dan Inggris, yaitu 3B: Bangka, Bengkulu, dan Banda (Pulau Run). Khusus untuk kisah Perjanjian Breda, saat ini adalah peringatan 350 tahun yang menurut informasi, akan dirayakan cukup meriah dengan berbagai kegiatan pada Juli mendatang di Kepulauan Banda khususnya dan di Provinsi Maluku umumnya.

Baca juga

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun