Hujan terus-menerus sejak Jumat malam sampai Sabtu pagi ini, 11 Februari 2017, di kawasan Bintaro, Tangerang Selatan, menyebabkan saya mengurungkan niat untuk ke luar rumah. Padahal, biasanya kalau akhir pekan, di pagi hari saya bersama istri senang mengunjungi Pasar Modern Bintaro. Selain berbelanja bahan makanan, kami juga bisa sarapan pagi bersama dengan pilihan banyak tempat makan dan berbagai jenis makanan masak.
Tapi kali ini, terpaksa hanya menanak nasi dan kemudian membuat nasi goreng dengan telur dadar ditambah potongan ketimun yang masih ada di lemari es. Kebetulan, entah kenapa tadi pagi sekitar pukul 05.30 WIB, saya ke dapur dan membersihkan beras lalu memasukkannya ke dalam rice cooker. Padahal biasanya tugas itu dilakukan oleh pembantu atau sekarang lebih populer disebut asisten rumah tangga. Untung juga, sudah ada nasi matang. Tinggal dikeluarkan dari rice cooker, didinginkan sebentar, lalu diolah jadi nasi goreng.
Sesudah sarapan, saya teringat kembali dengan fortune cookie alias kue keberuntungan yang diperoleh dari kantor istri saya menjelang Hari Raya Imlek. Wah, bukankah sekarang hampir 15 hari setelah Hari Raya Imlek yang dalam tahun Masehi dirayakan pada 28 Januari 2017? Berarti sekarang saatnya menjelang perayaan Cap Go Meh, yang merupakan hari ke-15 atau hari terakhir Hari Raya Imlek.
Jadi tak salah juga kalau kembali mengambil fortune cookie dan membukanya kali ini. Fortune cookie ini adalah sebuah kue tipis – seperti kue semprong – yang di dalamnya ada potongan kertas berisi kata-kata bijak. Kue keberuntungan ini sebenarnya pertama kali diciptakan di Amerika Serikat, namun dalam perjalanan waktu, seolah telah menjadi bagian dari budaya Tionghoa.
Di banyak restoran yang menyajikan makanan Tionghoa, terkadang disediakan pula fortune cookie sebagai bonus bagi konsumen yang menyantap di situ. Pada kegiatan-kegiatan yang terkait dengan seni dan budaya Tiongkok, kue keberuntungan itu acapkali pula hadir sebagai pelengkap.
Kebenaran Mudah Diingat
Kembali pada kue keberuntungan yang saya miliki. Ketika membuka kue tersebut, di dalamnya ada potongan kertas. Biasanya, tulisan yang di dalam fortune cookie terdiri dari dua bagian, satu bahasa Inggris, dan satu lagi bahasa Mandarin. Namun kali ini, saya hanya mendapatkan yang berbahasa Inggris saja.
Saat ini, media sosial seolah menjadi sarana untuk berkata bohong, menyampaikan berita-berita yang jauh dari kebenaran, sampai-sampai istilah hoax menjadi trending topic di hampir semua jenis media sosial. Hoax, kabar bohong atau pemberitaan palsu, menjadi mengemuka akhir-akhir ini. Termasuk di Indonesia.
Parahnya, karena hampir tiap saat di dalam media sosial yang diunggah adalah berita-berita bohong, jadi justru yang menjadi teringat dan dipercaya oleh sebagian kalangan. Orang tidak lagi ingat untuk bercerita atau berkata benar, tapi karena hoax yang merajalela, orang jadi ikut-ikutan berbohong.
Tampaknya, tulisan dalam kue keberuntungan yang saya peroleh itu dapat menjadi pengingat bagi kita semua, termasuk diri saya sendiri. Selalu berkata yang benar, selalu sampaikan kebenaran, karena itu adalah hal paling mudah diingat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI