Liputan Perjalanan Raja
Banyak ahli yang menyebutkan Nagarakrtagama termasuk kakawin yang paling banyak dibahas dan diteliti. Hal itu disebabkan karena isinya bukan semata-mata karya sastra yang biasanya tulisan fiksi, tetapi kelebihan Nagarakrtagama justru karena isinya non-fiksi. Isinya menceritakan tentang silsilah keluarga raja, lalu keadaan Kerajaan Majapahit, maupun hasil liputan Mpu Prapanca mengikuti perjalanan Raja Hayam Wuruk.
Pada pupuh – bisa juga disebut bait – 1 sampai 7 diceritakan silsilah keluarga Raja Hayam Wuruk. Kemudian pada 8 ada penggambaran kota Majapahit. Selanjutnya, pupuh 9 sampai 11 bercerita tentang pejabat dan pegawai kerajaan, pupuh 12 tentang perumahan kaum terkemuka di Majapahit, lalu pupuh 13 sampai 15 tentang negara bawahan dan negara-negara sahabat Majapahit.
Sedangkan bagian lainnya juga berisi laporan tentang hal-hal penting di Majapahit. Semuanya adalah karya Mpu Prapanca yang dihasilkannya setelah dia mengikuti Raja Hayam Wuruk ke sana ke mari. Jadi walaupun tidak dsebut, namun Mpu Prapanca bisa dikatakan telah bertindak seperti seorang wartawan, mencatat hasil perjalanan mengikuti raja, dan menuliskannya dalam Nagarakrtagama.
Dan karena Mpu Prapanca membuat Kakawin Nagarakrtagama berdasarkan hasil liputan mengikuti raja, tak salah pula bila dikatakan Prapanca adalah seorang wartawan Istana. Suatu hal yang tak berlebihan, karena sebagai seorang kawi – sebutan untuk penulis kakawin – tugasnya di samping menulis kakawin, juga mempelajari dan merawat naskah-naskah yang disimpan di keraton kerajaan, bahkan juga mempelajari dan mengembangkan tari dan musik yang dikenal di keraton kerajaan tersebut.
Jelaslah betapa eratnya seorang kawi seperti Mpu Prapanca dengan istana. Jadi, kalau Prapanca diajak ikut dalam perjalanan dinas Raja Hayam Wuruk, bukanlah hal aneh. Justru jelas sekali, Prapanca memang tampaknya ditugaskan untuk mencatat laporan perjalanan, seperti seorang wartawan Istana mengikuti perjalanan Presiden saat ini, dan menuliskan hasil liputannya.
Walaupun gaya penulisan Nagarakrtagama adalah gaya penulis karya sastra seperti puisi, tetapi isinya merupakan laporan jurnalistik yang dapat diandalkan. Bila isinya selalu memuji-muji dan tidak pernah menjelekkan Raja Hayam Wuruk, agaknya bisa disejajarkan juga dengan wartawan Istana saat ini, yang karena tugas dan “pos”nya memang di Istana, yang dihasilkan tentu saja karya jurnalistik dari sudut pandang Istana.
Intinya, Mpu Prapanca memang dapat disejajarkan sebagai seorang wartawan, dan lebih tepatnya seorang wartawan Istana. Bahkan mungkin tak berlebihan kalau dikatakan Mpu Prapanca adalah cikal bakal dan sosok wartawan Istana pertama di negeri kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H