Masjid Jami' Al-Anwar Angke atau yang lebih dikenal dengan sebutan Masjid Angke di kawasan Jakarta Kota, Senin pagi, 6 Februari 2017, didatangi sejumlah orang. Mereka adalah para pengurus Lingkar Warisan Kotatua Jakarta (Lingwa) yang dipimpin langsung oleh ketua perkumpulan tersebut, Prof. Dr. Toety Heraty Roosseno.
Bersama Ibu Toety, hadir pula Wakil Ketua I yang juga arkeolog dan salah satu pakar sejarah Kotatua Jakarta, Candrian Attahiyyat, serta bendahara perkumpulan, Maria Francisca Setiati. Sebagai salah satu anggota pengurus, saya pun ikut hadir di sana. Selain berprofesi sebagai penulis dan pewarta, latar belakang pendidikan saya adalah arkeologi atau yang dikenal oleh umum dengan ilmu kepurbakalaan. Pengurus lainnya termasuk Tamalia Alisjahbana sebagai Wakil Ketua II dan sejumlah nama lainnya.
Lingwa mempunyai dewan penasehat yang merupakan para pakar arkeologi, sejarah, dan arsitektur. Diketuai oleh Prof. Dr. Mundardjito, anggota dewan penasehat perkumpulan nirlaba tersebut terdiri dari Prof. Dr. Adolf Heuken, Sudarmadji Damais, Drs. Mona Lohanda,M.Phil, dan Ir. Yori Antar. Komposisi yang lengkap dari para pakar berbagai bidang terkait dengan tujuan perkumpulan yang menaruh perhatian dan komitmen untuk membantu pengembangan revitalisasi Kotatua Jakarta.
Kehadiran para pengurus Lingwa di Masjid Angke bukanlah untuk pertama kali. Sebelum ini telah ada sejumlah pertemuan yang dilakukan di sana. Tujuannya, untuk mebantu menyelamatkan, berupa memperbaiki bangunan masjid yang disebut-sebut sebagai salah satu masjid tertua di Jakarta.
Masjid Angke yang lengkapnya beralamat di Jalan Pangeran Tubagus Angke Gang Mesjid I, RT 001/RW 05, Kelurahan Angke, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat, bisa dilacak keberadaannya berdasarkan sumber-sumber sejarah. Antara lain lewat karya F. De Haan berjudul Oud Batavia, buku terbitan 1921 yang menjadi sumber rujukan banyak peminat sejarah kota Jakarta, dan juga dilengkapi dengan peta-petanya dalam buku Oud Batavia Platen Album, terbitan 1935, disebutkan bahwa di Kampung Angke ada “Masjid orang Bali didirikan pada hari Kamis 26 Sya’ban 1174 H atau 1761 M”.
Beberapa Kali Pemugaran
Meski kemudian kabarnya masjid ini sempat terbengkalai tak terpakai, namun setelah diperbaiki atau dipugar, akhirnya bisa digunakan kembali. Berarti bila diihitung, setidak usia masjid tersebut telah mencapai 256 tahun.
Paling tidak pernah dicatat ada pemugaran pada 1919, 1951, dan 1960 oleh warga setempat. Kemudian pada 1970 kembali dilakukan pemugaran, kali ini oleh Dinas Museum DKI Jakarta. Karena skripsi ini dibuat pada 1976, maka hanya itu yang dicatat. Namun berdasarkan informasi dari Candrian Attahiyyat yang puluhan tahun mengabdi mengurus peninggalan sejarah dan purbakala di DKI Jakarta, setelah itu pun masih ada lagi beberapa kali pemugaran terhadap Masjid Angke.
Sayangnya, kini kondisi masjid tersebut agak kurang terawat. Bagian atap dan lotengnya sebagian telah rapuh, juga terdapat bocor di sana-sini. Sementara kondisi bangunan sendiri juga mulai memprihatinkan, termasuk ukiran-ukiran kuno di bagian pintu depan, sudah mulai mengelupas.
Padahal masjid ini selain tercatat sebagai masjid tertua di Jakarta yang masih bertahan, juga merupakan bukti berbaurnya beragam suku dan bangsa. Paling tidak dari sumber cerita rakyat dan juga sumber sejarah, konon kabarnya masjid itu didirikan oleh seorang perempuan Tionghoa yang memeluk agama Islam dan menikah dengan seorang pria dari Banten. Di masjid itu ada pula unsur Bali dan unsur Eropa dari segi arsitektur dan ragam hiasnya.
Upaya yang dilakukan Lingwa memang baru berupa survey untuk memastikan bagian-bagian yang harus secepatnya diselamatkan lebih dulu. Untuk memastikan keakuratan itulah beberapa kali pengurus Lingwa pergi ke Angke.
Berdasarkan arahan dari TSP itulah, baru Lingwa akan melakukan upaya perbaikan sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku. Sebagai program pertama perkumpulan tersebut, upaya merevitalisasi Masjid Angke diharapkan dapat sukses, sehingga kegiatan Lingwa dapat terus berlanjut dalam membantu revitalisasi Kotatua Jakarta maupun cagar budaya lainnya yang ada di ibu kota Republik Indonesia itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H