Mohon tunggu...
Berty Sinaulan
Berty Sinaulan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog, Penulis, Peneliti Sejarah Kepanduan, Kolektor Prangko dan Benda Memorabilia Kepanduan, Cosplayer, Penggemar Star Trek (Trekkie/Trekker), Penggemar Petualangan Tintin (Tintiner), Penggemar Superman, Penggemar The Beatles

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Setelah Indiana Jones, Kini Hadir Profesor Jack

5 Februari 2017   18:15 Diperbarui: 5 Februari 2017   18:28 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sewaktu kuliah di Jurusan Arkeologi, Fakultas Sastra (sekarang namanya Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya) Universitas Indonesia, dosen dan pembimbing skripsi saya, Dr. Ayatrohaedi yang kemudian menjadi Profesor, sering berkomentar, “Kalau mau jadi arkeolog, jangan harap kaya dalam hal materi. Satu-satunya arkeolog yang kaya di dunia ini cuma Indiana Jones”.

Tentu saja komentarnya setengah meledek. Menjadi arkeolog atau ahli kepurbakalaan memang hampir tidak bisa kaya raya dalam hal materi, namun ilmunya dapat dipakai untuk menjadikan bangsa dan negara serta umat manusia keseluruhan menjadi “kaya”, melalui pengetahuan tentang masa lalu yang dapat dimanfaatkan untuk membantu menyelesaikan permasalahan di masa kini dan di masa depan.

Tapi siapakah Indiana Jones? Bagi penggemar film – khususnya film-film Hollywood – tokoh imajinasi yang diperankan aktor Harrison Ford ini, bukan karakter yang asing. Selain berupa film untuk tayangan bioskop, sineas terkemuka Amerika Serikat (AS) George Lucas yang menciptakan tokoh Indiana Jones itu, juga membuat film serial televisi berjudul The Young Indiana Jones Chronicles.

Bila film-film layar lebar Indiana Jones mulai ditayangkan pertama kali pada 1981 dengan judul Raiders of the Lost Ark, maka tayangan televisinya diputar pertama kali pada 1992.

Indiana Jones adalah nama panggilan dari Dr. Henry Walton Jones, Jr. Dikisahkan bahwa dia adalah seorang arkeolog, dosen, sekaligus tentara, dan agen rahasia. Demikian terkenalnya kisah Indiana Jones itu, sampai dibuatkan permainan komputer yang cukup laris di pasaran. Bahkan di Disneyland, arena wisata dan bermain di AS dan di Paris, Prancis, disediakan pula wahana Indiana Jones yang merupakan salah satu wahana favorit pengunjung yang datang ke sana.

Dalam kisah-kisah Indiana Jones sering diceritakan bahwa sang arkeolog berhasil menemukan harta karun dari masa lalu, Namun bukan hanya itu yang membuat Mang Ayat – panggilan Prof. Dr. Ayatrohaedi – menyebut Indiana Jones sebagai arkeolog terkaya di dunia. Hasil penghasilannya bermain dalam sejumlah film Indiana Jones, menjadikan Harrison Ford memiliki kekayaan yang cukup fantastis.

Kung Fu Yoga

Nah, setelah Indiana Jones, para arkeolog kini sambutlah Profesor Jack. Tampil dalam film Kung Fu Yoga yang kini sedang diputar di bioskop-bioskop di Tanah Air, inilah film terbaru aktor laga Jackie Chan. Bermain sebagai seorang profesor arkeologi di Museum Terakota di Xi’an, Tiongkok, film arahan sutradara Stanley Tong yang antara lain diproduseri oleh Jackie Chan juga, menggabungkan dua bangsa terbesar di dunia, Tiongkok dan India, dalam satu film.

DI salah satu adegan, terdapat dialog antara Profesor Jack dengan anak salah satu temannya tentang perbedaan antara arkeolog dan pemburu harta karun.Ini mengingatkan kita kembali pada Indiana Jones. Ketika film Indiana Jones populer sempat terjadi diskusi, benarkah Indiana Jones itu seorang arkeolog atau sekadar pemburu harta karun?

Kedua profesi itu memang berbeda, walau sama-sama berusaha mencari dan menemukan kembali peninggalan masa lalu. Arkeolog mencari peninggalan masa lalu untuk mempelajari mendapatkan informasi tentang masa lalu manusia yang bisa dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat luas di masa kini. Sedangkan pemburu harta karun lebih mengutamakan mencari harta karun untuk kemudian dijual kepada para kolektor dan mendapatkan keuntungan materi yang sangat besar. Pemburu harta karun tidak peduli informasi yang terkandung dalam peninggalan masa lalu, bagi mereka yang penting adalah bendanya yang dapat dijual agar menjadi kaya.

Di luar itu ada yang menarik pada akhir film Kung Fu Yoga. Tanpa perlu pidato panjang lebar tentang perlunya umat manusia dari beragam latar belakang memupuk saling toleransi untuk kehidupan lebih baik, di film tersebut digambarkan betapa dua bangsa, Tiongkok dan India, kalau bersatu mengembangkan sikap saling menghormati, maka selain dunia menjadi damai, juga sekaligus menjadi lebih sejahtera untuk seluruh umat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun