Beberapa waktu lalu, di sejumlah akun media sosial anggota Gerakan Pramuka, beredar pembahasan dengan tema “Pramuka dan Komunisme”. Bagaimana gerakan pendidikan kepanduan nasional nyaris berubah menjadi semacam gerakan pionir, organisasi pemuda di negara komunis seperti di Jerman Timur pada masa lalu atau pun Kosmomol, organisasi pemuda komunis di Uni Sovyet.
Saat itu, situasi politik di Indonesia memang sedang condong ke “kiri”, dengan upaya membentuk poros Indonesia-Tiongkok-Uni Sovyet. Hal itu segera terlihat ketika Presiden Soekarno memerintahkan penggabungan semua organisasi kepanduan dalam satu wadah saja, dibentuk panitia yang terdiri dari Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Prof. Dr. Prijono, Achmadi, Moeljadi Djojomartono, dan Dr. Azis Saleh.
Di sinilah, Prijono dan Achmadi yang cenderung beraliran “kiri” tanpa sepengetahuan anggota panitia lainnya menyiapkan Keputusan Presiden (Keppres), yang bahkan telah ditandatangani oleh Presiden Soekarno. Untunglah, ada Mutahar. Dia mengetahui adanya Keppres Nomor 109 Tahun 1961 tertanggal 31 Maret 1961 tentang pembentukan Gerakan Pramuka yang isinya mengarah mirip dengan gerakan pemuda komunis.
Jadi jelas, tanpa mengecilkan peran tokoh-tokoh lainnya, Gerakan Pramuka berutang budi pula pada H Mutahar, atau lengkapnya Husein Mutahar, yang juga akrab dipanggil Kak Mut. Beberapa waktu lalu, saya pernah memuat tulisan berjudul “Mengenang Mutahar, Mengenang Kecintaan Pada Merah Putih” di Kompasiana, yang kemudian oleh Pengelola Kompasiana judulnya diubah menjadi “H Mutahar, Bapak Paskibraka yang Dititipi Bendera Merah Putih oleh Bung Karno” dan dijadikan headline (lengkapnya baca di sini).
“Gerak Pramuka”
Bagaimana dengan lagu mars-nya? Biasanya, di suatu organisasi atau instansi, ada lagu hymne dan ada juga mars. Kalau hymne atau disebut juga gita puja, biasanya berirama agak lambat dan berisi puji-pujian, maka mars berirama lebih cepat, menggebu, penuh semangat. Di lingkungan Gerakan Pramuka saat ini, tidak banyak yang tahu bahwa Kak Mut bukan hanya mencipta hymne, tetapi juga mars Pramuka.
Mars Pramuka tersebut berjudul Gerak Pramuka. Sampai 1990-an, mars Gerak Pramuka tersebut masih sering dinyanyikan dengan penuh semangat oleh para anggota Gerakan Pramuka. Setelah cukup lama terlupakan, lagu itu kembali diperdengarkan pada rangkaian peringatan Hari Pramuka ke-40 pada 2001 atau lebih dari 15 tahun lalu.
Saat itu, lagu mars Gerak Pramuka sempat dinyanyikan dalam lomba paduan suara di Auditorium Kwartir Nasional (Kwarnas) Gerakan Pramuka di Jalan Medan Merdeka Timur Nomor 6, Jakarta Pusat, pada 11-12 Agustus 2001. Para pengunjung yang menyaksikan lomba paduan suara itu, ikut menyanyikan syair lagu tersebut dengan penuh semangat.
Menjelang peringatan Hari Pramuka ke-50 pada 14 Agustus 2011, Kwarnas menyelenggarkan sejumlah lomba, salah satunya adalah lomba cipta lagu dengan irama mars. Pemenangnya adalah Munatsir Amin dengan lagu berjudul Jayalah Pramuka.
Selanjutnya pada Musyawarah Nasional Luar Biasa Gerakan Pramuka yang membahas perbaikan Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) Gerakan Pramuka untuk disesuaikan dengan Undang-Undang No.12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka, lagu itu diusulkan oleh penciptanya untuk masuk dalam AD dan ART dan disetujui oleh Munaslub. Jadilah lagu mars “Jayalah Pramuka” masuk dalam AD dan ART Gerakan Pramuka.
Meski saat itu sudah ada yang mengingatkan bahwa sebenarnya telah ada lagu mars Pramuka ciptaan Kak Mut, tetapi karena satu dan lain hal, persoalan lagu ini kurang dibahas. Entah apakah karena sudah ada lagu Hymne Satya Darma Pramuka ciptaan Kak Mut sebagai Hymne Pramuka, maka untuk lagu Mar Pramuka dipilih lagu orang lain, atau karena sebab lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H