Sekian tahun lalu, kalau tidak salah di akhir 1990-an, pernah terjadi percakapan antara seorang teman dan saya. Kami berbincang tentang cerita bergambar atau komik. Segala hal dibahas, mulai dari yang umum sampai ke hal-hal yang makin 'rumit'. Seperti kenapa Hulk ketika marah dan membesar menjadi manusia raksasa, warna kulitnya berubah hijau? Lalu kenapa kryptonite si batu planet yang dapat melemahkan kekuatan Superman juga berwarna hijau?
Sampai yang aneh-aneh, seperti Kenapa Donald Duck alias Donald Bebek mempunyai tiga keponakan yang dalam terjemahan Bahasa Indonesia disebut Kwik, Kwak, dan Kwek? Kenapa tidak empat? Lalu kenapa tidak dicari lagi di mana Sancaka, tokoh yang bisa berubah menjadi pahlawan super Gundala, agar bisa menangkapi semua koruptor, bahu-membahu bersama Godam dan pahlawan-pahlawan super lainnya.
Ngobrol ngalor-ngidul ke sana ke mari, sampai ke kisah Petualangan Tintin (The Adventures of Tintin). Ini adalah serial komik karya Georges Prosper Remi yang lebih dikenal dengan nama penanya, Herge. Dimulai sebagai cerita bergambar bersambung di sebuah surat kabar di Belgia, Herge terus mengembangkan kisahnya sampai akhirnya terkumpul 23 seri kisah Petualangan Tintin. Ditambah satu kisah yang belum selesai, karena Herge lebih dulu wafat sebelum menyelesaikannya.
Totalnya memang hanya 23 seri ditambah 1 seri yang belum selesai, tetapi belakangan diterbitkan juga. Walaupun demikian, kisah Petualangan Tintin rupanya menarik perhatian pembaca. Tercatat sudah diterjemahkan dalam lebih dari 50 bahasa di dunia dan dicetak serta didistribusikan di ratusan negara dan teritori.
Tapi bagaimana kisah Petualangan Tintin dibandingkan dengan komik-komik lainnya? Ambil contoh komik-komik karya Walt Disney seperti Mickey Mouse, Donald Duck, dan kawan-kawan, serta komik-komik superhero seperti Superman, Batman, dan lain-lain. Tak ada catatan resmi, tetapi agaknya kisah Petualangan Tintin kalah banyak peredarannya.
Salah satu penyebabnya adalah karena setelah Herge meninggal dunia pada 1983, pada pewarisnya melarang ada komik-komik baru kisah Petualangan Tintin. Berbeda dengan Mickey Mouse, Donald Duck, dan kawan-kawan. Meski pun Walt Disney telah lama meninggal dunia, namun komiknya terus dibuat oleh generasi penerusnya. Demikian pula kisah-kisah superhero seperti Superman dan Batman, yang terus diciptakan kisah-kisah barunya.
Percakapan itu juga dipengaruhi karena dalam Bahasa Indonesia pun, kisah Petualangan Tintin tak lagi diterbitkan oleh penerbitnya PT Indira. Generasi yang belakangan, pasti lama-lama sudah tak tahu lagi kisah itu.
Untunglah, ternyata Tintin tetap bertahan. Edisi bahasa Indonesia kini telah diambil alih oleh PT Gramedia Pustaka Utama (GPU). Ketika sekitar 2008 terbit edisi terbitan GPU, banyak pembaca lama kisah Petualangan Tintin yang kurang puas. Pasalnya, selain banyak perub ahan nama-nama tokoh karena edisi GPU disesuaikan dengan bahasa aslinya, Bahasa Perancis, juga formatnya lebih kecil. Hanya setengah ukuran buku kisah Petualangan Tintin yang diterbitkan dalam berbagai bahasa, termasuk oleh PT Indira.
Apalagi ketika Steven Spielberg bersama Peter Jackson mem-film-kannya pada 2011. Penggemar lama dan penggemar baru kisah Petualangan Tintin semakin antusias dengan komik tersebut. Dan tanpa disadari, tahun ini kisah itu telah berusia cukup panjang. Tepatnya pada 10 Januari 2017, kisah Petualangan Tintin genap berusia ke-88.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H