Mohon tunggu...
Berty Sinaulan
Berty Sinaulan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog, Penulis, Peneliti Sejarah Kepanduan, Kolektor Prangko dan Benda Memorabilia Kepanduan, Cosplayer, Penggemar Star Trek (Trekkie/Trekker), Penggemar Petualangan Tintin (Tintiner), Penggemar Superman, Penggemar The Beatles

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mematok Harga Tinggi, Pengusaha Odong-odong Alun Kidul Yogyakarta Perlu Dibina

3 Januari 2017   21:44 Diperbarui: 4 Januari 2017   10:23 6273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bisa saja ada yang mengatakan, bahwa itu hanya hal kecil saja. Hanya satu-dua orang yang berlaku seperti itu. Tapi kalau gara-gara satu atau dua orang yang 'menggetok' harga sewa odong-odong di Alkid, akhirnya banyak pengunjung jadi tak mau lagi datang dan menyewa odong-odong di sana, maka yang rugi akhirnya banyak pihak. Bukan hanya pemilik odong-odong, tetapi juga mereka yang bekerja di lapangan menyewakan odong-odong, petugas parkir yang memarkir kendaraan pengunjung, tukang makanan dan minuman, dan banyak lagi.

Pada gilirannya, justru warga setempat yang menjadi rugi. Rugi materi karena pengunjung berkurang, dan rugi bisa-bisa kehilangan nama baik, karena siapa tahu ada saja yang bilang, “Jangan ke sana, nanti digetok harganya”.

Perlu Didorong
Tampaknya, di sini perlu peran Pemerintah setempat, khususnya Dinas Pariwisata dan pihak-pihak terkait lainnya untuk memasyarakatkan konsep “Sadar Wisata”. Suatu konsep yang menggambarkan partisipasi dan dukungan segenap komponen masyarakat dalam mendorong terwujudnya iklim yang kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya kepariwisataan di suatu wilayah dan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Gerakan Nasional Sadar Wisata. (Foto: bisniswisata.co.id)
Gerakan Nasional Sadar Wisata. (Foto: bisniswisata.co.id)
Sadar wisata terkait pula dengan “Sapta Pesona”. Bisa dikatakan, Sapta Pesona adalah penjabaran konsep sadar wisata yang terkait dengan dukungan dan peran masyarakat sebagai tuan rumah dalam upaya untuk menciptakan lingkungan dan suasana kondusif yang mampu mendorong dan tumbuh berkembangnya industri pariwisata.

Sebagaimana namanya: sapta, ada tujuh unsur yang perlu dilakukan untuk meningkatkan potensi pariwisata di tempat masing-masing, yaitu aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah, dan kenangan. Disebut terakhir, 'kenangan' bukan berarti paling tak penting. Justru kenangan itulah yang menjadi daya tarik untuk wisatawan-wisatawan lain datang ke tempat tersebut.

Bila wisatawan mendapatkan kesan dan kenangan buruk atas satu objek atau destinasi wisata, lalu dia menyebarluaskan kenangan buruk itu – apalagi di era media sosial yang amat mudah dilakukan siapa saja saat ini – tentu berakibat kurang baik bagi objek atau destinasi wisata tersebut.

Bisa saja ditetapkan bahwa hanya odong-odong yang berlisensi – misalnya dari Dinas Pariwisata – yang boleh menjalankan aktivitasnya di sana. Sebelum diberikan lisensi, sebaiknya dilakukan dulu penataran “Sadar Wisata” dan sekaligus “Sapta Pesona” kepada mereka.

Hanya saja yang perlu pula dicegah, jangan sampai untuk mendapatkan lisensi tersebut lalu harus membayar biaya besar juga. Karena tentunya biaya mendapatkan lisensi akan dibebankan pula kepada pengunjung yang menyewa odong-odong. Justru pihak Dinas Pariwisata misalnya menggandeng dunia usaha wisata yang besar, dapat mengadakan penataran dan pemberian lisensi secara gratis atau dengan biaya minim.

Dunia usaha wisata yang besar dapat diminta membantu penataran dan pemberian lisensi itu, misalnya dengan kompensasi dimuat logo perusahaannya pada odong-odong atau rompi dan kaus petugas pelayanan odong-odong itu. Dapat juga dengan menyediakan kotak kecil dalam tiap odong-odong, di mana perusahaan-perusahaan wisata atau lainnya dapat memasukkan brosur yang kemudian bisa diambil oleh pengunjung yang menyewa dan menaiki odong-odong itu.

Jadi seperti lirik lagu Yogyakarta dari KLA Project, “.... nikmati bersama, suasana Jogja...”, semoga wisatawan tetap dapat menikmati suasana Yogyakarta sambil antara lain naik odong-odong di Alkid yang menimbulkan kesan dan kenangan indah tak terlupakan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun