Mohon tunggu...
Berty Sinaulan
Berty Sinaulan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog, Penulis, Peneliti Sejarah Kepanduan, Kolektor Prangko dan Benda Memorabilia Kepanduan, Cosplayer, Penggemar Star Trek (Trekkie/Trekker), Penggemar Petualangan Tintin (Tintiner), Penggemar Superman, Penggemar The Beatles

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Kita Perlu Mengenal Papua Jauh Lebih Dalam

30 Desember 2016   16:42 Diperbarui: 31 Desember 2016   09:56 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prangko Frans Kaisiepo. (Foto: PT Pos Indonesia)

Saat diluncurkannya uang rupiah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) emisi 2016 bertepatan Hari Bela Negara 19 Desember 2016, hampir sebagian besar publik menyambut gembira. Pada uang kertas emisi 2016 itu tidak lagi tertulis “Bank Indonesia” tetapi “NKRI” sebagai pihak yang mengeluarkan rupiah. Sekaligus menunjukkan kedaulatan negara yang diwujudkan melalui lembaran dan koin rupiah.

Namun ada saja yang usil. Ada yang mempertanyakan, mulai dari mengira rupiah mirip Yuan, satuan mata uang Renminbi dari Tiongkok, sampai wajah-wajah yang ditampilkan pada uang rupiah emisi 2016. Salah satu yang dipertanyakan adalah uang kertas NKRI pecahan Rp 10.000. Pertanyaan bernada melecehkan itu datang dari sejumlah pengguna media sosial. Dipertanyakan, siapakah tokoh tersebut? Apakah jasanya bagi Indonesia?

Contoh uang NKRI pecahan Rp 10.000 bergambar Pahlawan Nasional Frans Kaisiepo. (Foto: Tribun News).
Contoh uang NKRI pecahan Rp 10.000 bergambar Pahlawan Nasional Frans Kaisiepo. (Foto: Tribun News).
Lebih menyedihkan lagi, komentar-komentar terhadap pertanyaan melecehkan itu. Ada yang bilang tidak kenal, tidak tahu jasanya, tidak pernah dengar namanya, sampai tidak pernah belajar di sekolah tentang tokoh tersebut.

Padahal, wajah yang tercantum dalam uang kertas NKRI pecahan Rp 10.000 itu adalah Frans Kaisiepo. Seorang pahlawan nasional kelahiran Wardo, Papua, pada 10 Oktober 1921, dan meninggal NKRi dunia di Jayapura, Papua, pada 10 April 1979. 

Dia juga pernah menjabat sebagai Gubernur Papua dari 1964 sampai 1973, dan atas jasa-jasanya pada penyatuan Papua dengan NKRI, maka dia ditetapkan sebagai pahlawan nasional dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Cendrawasih, Papua.

Bukan hanya itu. Namanya juga diabadikan sebagai nama bandar udara internasional di Biak, Papua. Selain itu, salah satu Kapal Republik Indonesia (KRI) milik TNI Angkatan Laut juga diberi nama KRI Frans Kaisiepo.

Prangko Frans Kaisiepo. (Foto: PT Pos Indonesia)
Prangko Frans Kaisiepo. (Foto: PT Pos Indonesia)
Sebelum wajahnya diabadikan dalam uang kertas NKRI, pahlawan nasional asal Papua itu juga telah ditampilkan dalam prangko RI pada 1999. Sebagaimana uang, prangko juga merupakan lambang kedaulatan suatu negara. Jadi agak aneh, kalau masih banyak yang tak mengenal salah satu tokoh penting dalam sejarah NKRI.

Pencerminan Masyarakat

Di luar upaya yang tampaknya sengaja ingin melecehkan tokoh asal Papua tersebut, bisa dibilang apa yang terjadi merupakan pencerminan masyarakat luas bahwa Papua memang belum dikenal. Padahal NKRI tidak lengkap tanpa Papua. Justru dari Papua banyak hal yang membantu kedaulatan, keindahan, dan kekuatan negara tercinta ini.

Frans Kaisiepo hanya salah satu contoh saja. Masih banyak hal-hal lain yang belum diketahui atau hanya diketahui sedikit oleh masyarakat luas. Itu baru sebatas sesama anak bangsa, apalagi orang dari luar Indonesia, bisa jadi banyak pula yang tidak tahu apa-apa tentang Papua.

Raja Ampat. (Foto: raja-ampat.biz)
Raja Ampat. (Foto: raja-ampat.biz)
Padahal banyak keindahan yang hanya bisa dilihat atau dinikmati di Papua. Contohnya, dari sisi pariwisata “ujung Timur” Indonesia itu. Kalau disebut, paling-paling orang hanya tahu daerah tujuan wisata, Raja Ampat, yang memang sedang boomingsaat ini. Salah satu destinasi bagi para penyuka wisata bahari, terutama menyelam, Raja Ampat bahkan disebut-sebut sebagai salah satu tempat diving tercantik di dunia.

Tapi “dunia” pariwisata Papua lebih dari sekadar Raja Ampat saja. Masih banyak destinasi wisata lain yang menarik untuk dikunjungi. Pemandang alam berupa, pantai, laut, hutan, dan pegunungan, lalu budaya, sejarah, bahkan tempat-tempat interaksi masyarakat sehari-hari, merupakan destinasi wisata menarik untuk didatangi di Papua.

Bila Anda senang menikmati pemandangan alam bebas, cobalah berkunjung ke Taman Nasional (TN) Teluk Cendrawasih, yang letaknya berada di dua kabupaten, Wondama dan Nabire. Mempunyai luas hampir 1,5 juta hektare, 90 persen luasnya adalah lautan. Inilah yang menyebabkan TN Cendrawasih menjadi kawasan konservasi laut terbesar dan terluas di Indonesia.

Tercatat hampir 200 jenis moluska dan lebih dari 200 jenis ikan terdapat dalam TN Cendrawasih ini. Bagi pencinta diving, bisa pula dinikmati sensasi menyelam bersama penyu, lumba-lumba, dan bahkan hiu dan paus yang tak sulit dijumpai di sana.

Taman Nasional Cendrawasih. (Foto: hoteldanwisata.com)
Taman Nasional Cendrawasih. (Foto: hoteldanwisata.com)
Sedangkan bagi mereka yang ingin menikmati budaya setempat, datanglah ke Lembah Baliem. Terletak di sekitar Pegunungan Jayawijaya pada ketinggian 1.600 meter dari permukaan laut (mdpl), wisatawan dapat berinteraksi langsung dengan penduduk asli yang sebagian masih menggunakan busana setempat dan tinggal di rumah-rumah adat. Cuacanya yang cukup sejuk, sekitar 10 sampai 15 derajat Celcius dengan pemandangan alam yang indah, juga membuat wisatawan senang datang ke sana.

Sebagai catatan, bila Anda datang pada bulan Agustus, biasanya di sana diselenggarakan Festival Lembah Baliem. Pengunjung dapat melihat langsung re-enacment dari perang antarsuku yang biasa terjadi di Papua pada masa lalu,  sekaligsu menikmati berbagai pertunjukan seni budaya dan mencoba mencicipi makanan khas daerah tersebut.

Di banyak tempat di Papua, wisatawan juga dapat melihat langsung cara pembuatan dan membeli berbagai seni kerajinan khas daerah tersebut. Mulai dari noken, tas tradisional Papua, sampai ragam budaya suku Kamoro yang sudah terkenal ke seluruh dunia. Bahkan perlengkapan sehari-hari, seperti mangkuk, sendok, dayung, sampai alat musik gendang, ditampilkan dengan ukiran khas yang sangat menarik dan indah.

Cartenz Pyramid, satu dari the 7 Summits. (Foto: pesonaindo.com)
Cartenz Pyramid, satu dari the 7 Summits. (Foto: pesonaindo.com)
Tentu saja bagi pencinta alam, mendaki dan mencoba mencapai Puncak Jaya atau lebih dikenal dengan nama Cartenz Pyramid, merupakan salah satu idaman saat berkesempatan berkunjung ke Papua. Berada di ketinggian 4.884 mdpl, puncak gunung salju di negara beriklim tropis ini, sungguh menggoda banyak pendaki untuk menikmati keindahannya. Bahkan Cartenz Pyramid masuk pula dalam daftar the 7 Summits, tujuh puncak gunung tertinggi di semua benua, yang menjadi daftar gunung-gunung untuk didaki para petualang gunung terkemuka dari seluruh dunia.

Wisata ke Tembagapura

Namun di luar itu, hampir semua tempat di Papua menarik untuk dijadikan destinasi wisata. Bahkan walaupun harus dengan izin, bila sempat datang ke lahan pertambangan PT Freeport Indonesia di kawasan Tembagapura, bakal jadi kenangan yang luar biasa. Melihat sendiri proses pertambangan, menyaksikan dan menikmati kehidupan sebuah kota modern di tengah-tengah pegunungan dan hutan di ujung Timur NKRI.

Perusahaan pertambangan itu juga memiliki Institut Pertambangan Nemangkawi (IPN). Tujuan lembaga pendidikan tersebut adalah menyediakan program pra-magang, magang, dan kesempatan pengembangan karier lanjutan, terutama tentunya bagi putera dan puteri Papua. Ini bakal menjadi tujuan wisata menarik bagi kaum muda, baik mereka yang studi di bidang pertambangan maupun kaum muda umumnya.

Gerbang Tembagapura yang dijuluki (Wartasatu.com)
Gerbang Tembagapura yang dijuluki (Wartasatu.com)
Dibangun di lahan seluas 6 hektare, IPN memiliki perpustakaan teknis, tiga blok ruang kelas, dan dua bengkel besar. Juga tersedia tiga area simulasi tambang bawah tanah dalam skala penuh, sehingga mereka yang belajar di IPN berkesempatan melakukan praktik lapangan dengan baik.

Setidaknya ada lebih dari 300 instruktur di IPN yang telah terakreditasi secara internasional. Mereka inilah yang membantu pendidikan para siswa, yang juga berkesempatan mencoba 10 simulator dan 20 truk serta alat  berat, yang nantinya harus mampu dikuasai dan dikendalikan mereka yang bekerja di bidang pertambangan.

Wisata ke Tembagapura menjadi semakin menarik karena kawasan itu terletak di ketinggian. Terdapat pula jalur kereta kabel. Sehingga saat menaikinya, wisatawan seolah-olah berada di atas awan. Tak pelak, kota itu dijuluki pula “Negeri di Atas Awan”. Suasana sejuk amat menyenangkan wisatawan yang datang, apalagi kota itu ditata indah. Lengkap dengan flora khas pegunungan, bunga-bungaan indah berwarna-warni yang jarang dijumpai di tempat-tempat lain.

Pergi ke Pasar

Dari ketinggian di Tembagapura, kita dapat juga ke tempat lain. Melihat-lihat pasar tradisional rakyat di sana juga tak kalah menariknya. Presiden RI, Joko Widodo, juga menaruh perhatian terhadap keberadaan sarana perekonomian rakyat ini. 

Beberapa bulan lalu, beliau meresmikan Pasar Mama yang terdapat di Distrik Gurabesi, Kecamatan Jayapura Utara, Kota Jayapura. Pasar yang sudah diharapkan keberadaannya sejak lama oleh masyarakat setempat, akhirnya dipenuhi oleh Presiden Joko Widodo dengan pembangunannya di sana. Selain di sana, pasar tradisional rakyat semacam itu juga akan dibangun di 15 tempat lainnya di Papua.

Presiden RI, Joko Widodo, di Papua. (Foto: sp.beritasatu.com)
Presiden RI, Joko Widodo, di Papua. (Foto: sp.beritasatu.com)
Pasar memang penting sebagai sarana pertumbuhan perekonomian rakyat. Tetapi sesungguhnya, pasar semacam itu juga dapat dijadikan destinasi wisata. Banyak wisatawan yang senang berkunjung ke pasar-pasar rakyat. Bahkan itu termasuk diakui sendiri oleh Menteri Perdagangan Ri, Enggartiasto Lukita.

Ketika memberi sambutan pada acara “Festival Pasar Rakyat – Merayakan Harmoni Kehidupan” di Aula Serbaguna Bentara Budaya, Komplek Kompas Gramedia, Palmerah, Jakarta, 21 Desember 2016, Menteri Perdagangan mengakui dia dan istrinya kalau ke luar negeri pun senang berkunjung ke pasar rakyat.

Masih banyak lagi destinasi wisata yang patut dipromosikan di Papua. Destinasi wisata yang sulit – kalau tak mau dikatakan tak mungkin – ditemukan di tempat lain. Ini yang menjadi salah satu hal, betapa pentingnya Papua bagi NKRI. Negara tercinta kita ini memang baru lengkap dengan Papua. Jadi, ayo ke Papua.

Ajakan “ayo ke Papua” sekaligus ajakan untuk mengangkat dunia pariwisata daerah itu. Tentu bila pariwisata di sana terangkat, kehidupan penduduk pun diharapkan akan ikut meningkat pula. Suatu hal yang penting, yang juga ditekankan beberapa kali oleh Presiden Joko Widodo, untuk mengangkat harkat dan martabat serta kesejahteraan penduduk Papua, yang merupakan bagian tak terpisahkan dari NKRI.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun