Mohon tunggu...
Berty Sinaulan
Berty Sinaulan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog, Penulis, Peneliti Sejarah Kepanduan, Kolektor Prangko dan Benda Memorabilia Kepanduan, Cosplayer, Penggemar Star Trek (Trekkie/Trekker), Penggemar Petualangan Tintin (Tintiner), Penggemar Superman, Penggemar The Beatles

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Uang NKRI Tidak Mirip Yuan Tiongkok

20 Desember 2016   08:36 Diperbarui: 22 Desember 2016   22:51 3581
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lucu (atau menyedihkan) memang sebagian orang Indonesia. Ketika ada peluncuran uang rupiah emisi 2016 yang dilakukan oleh Presiden Republik Indonesia (RI) pada 19 Desember 2016 dan ada yang mengaitkan pemilihan tanggal itu dengan Hari Bela Negara, datang juga komentar yang mengatakan bahwa, “Gak ada kaitan apa-apa, wong di undangannya gak disebut Hari Bela Negara kok”.

Sama juga ketika banyak media massa menulis ini adalah peluncuran uang kertas Negara Kesatuan RI (NKRI) secara lengkap, masih saja ada komentar, “Uang NKRI sudah pernah terbit kok, pada 17 Agustus 2014”. Barangkali yang berkomentar lupa bahwa saat itu hanya satu pecahan mata uang, yaitu pecahan Rp 100.000. Sedangkan kali ini, semua pecahan mata uang kertas, mulai Rp 100.000, Rp 50.000, Rp 20.000, Rp 10.000, Rp 5.000, Rp 2.000, dan Rp 1.000, semuanya tertulis: uang NKRI.

Bisa jadi yang berkomentar juga lupa betapa pentingnya Hari Bela Negara pada 19 Desember 2016, dan kenapa tanggal itu dipilih untuk mengingatkan bahwa uang rupiah adalah salah satu wujud kedaulatan republik tercinta ini. Lengkapnya, baca juga artikel Dari "BI" ke "NKRI" pada Hari Bela Negara.

Mata uang kertas Yuan Renminbi Tiongkok. (Foto: Wall Stree Journal)
Mata uang kertas Yuan Renminbi Tiongkok. (Foto: Wall Stree Journal)
Ada lagi yang lebih lucu (atau lebih menyedihkan). Baru saja Presiden RI Joko Widodo mengungkapkan, agar warganegara Indonesia mencintai rupiah dengan tidak membuat dan menyebar gosip-gosip aneh dan kabar-kabar bohong tentang rupiah, beberapa orang yang juga warganegara Indonesia justru melakukan hal itu.

Bukannya berkomentar positif terhadap keberadaan uang NKRI, malah dibilang uang (emisi) baru ini mirip mata uang Yuan Renminbi Tiongkok. Tidak jelas maksudnya apa. Ingin mengadu domba dengan memberi kesan bahwa RI dikuasai Tiongkok?

Mata uang kertas dollar Kanada. (Foto: Istimewa)
Mata uang kertas dollar Kanada. (Foto: Istimewa)
Kalau hanya dari gambar dan warna, sebenarnya itu standar umum dalam membuat desain dan pewarnaan uang kertas. Lihat saja contohnya uang Dollar Kanada (Canadian Dollar). Mirip juga dengan uang kertas rupiah emisi 2016. Juga berwarna-warni dan terdapat gambar wajah tokoh di bagian depan mata uang kertas itu.

Lihat juga mata uang kertas Dollar Australia. Itu pun hampir mirip. Ada standar warna yang dipenuhi dan karenanya kalau digabungkan menjadi berwarna-warni, dan terdapat pula gambar tokoh-tokoh penting negara itu.

Mata uang kertas dan logam dollar Australia. (Foto: Istimewa)
Mata uang kertas dan logam dollar Australia. (Foto: Istimewa)
Masih banyak lagi negara-negara lain yang mata uang kertasnya menggunakan desain wajah tokoh di bagian depan, dan pencetakannya sesuai standar warna uang kertas di negara masing-masing. Bahkan walaupun tidak terlalu mirip, mata uang kertas Euro yang digunakan di Eropa pun berwarna-warni.

Mata uang kertas dan logam Euro. (Foto: Istimewa)
Mata uang kertas dan logam Euro. (Foto: Istimewa)
Jadi, kalau benar Anda warganegara Indonesia dan mencintai rupiah sebagai salah satu bukti kedaulatan negara, seperti dikatakan Presiden Joko Widodo, jangan dan tidak perlu membuat dan menyebar gosip-gosip aneh dan kabar bohong tentang rupiah. Mari kita jaga bersama kedaulatan NKRI, seperti ditunjukkan melalui uang kertas NKRI.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun