Lucu (atau menyedihkan) memang sebagian orang Indonesia. Ketika ada peluncuran uang rupiah emisi 2016 yang dilakukan oleh Presiden Republik Indonesia (RI) pada 19 Desember 2016 dan ada yang mengaitkan pemilihan tanggal itu dengan Hari Bela Negara, datang juga komentar yang mengatakan bahwa, “Gak ada kaitan apa-apa, wong di undangannya gak disebut Hari Bela Negara kok”.
Sama juga ketika banyak media massa menulis ini adalah peluncuran uang kertas Negara Kesatuan RI (NKRI) secara lengkap, masih saja ada komentar, “Uang NKRI sudah pernah terbit kok, pada 17 Agustus 2014”. Barangkali yang berkomentar lupa bahwa saat itu hanya satu pecahan mata uang, yaitu pecahan Rp 100.000. Sedangkan kali ini, semua pecahan mata uang kertas, mulai Rp 100.000, Rp 50.000, Rp 20.000, Rp 10.000, Rp 5.000, Rp 2.000, dan Rp 1.000, semuanya tertulis: uang NKRI.
Bisa jadi yang berkomentar juga lupa betapa pentingnya Hari Bela Negara pada 19 Desember 2016, dan kenapa tanggal itu dipilih untuk mengingatkan bahwa uang rupiah adalah salah satu wujud kedaulatan republik tercinta ini. Lengkapnya, baca juga artikel Dari "BI" ke "NKRI" pada Hari Bela Negara.
Bukannya berkomentar positif terhadap keberadaan uang NKRI, malah dibilang uang (emisi) baru ini mirip mata uang Yuan Renminbi Tiongkok. Tidak jelas maksudnya apa. Ingin mengadu domba dengan memberi kesan bahwa RI dikuasai Tiongkok?
Lihat juga mata uang kertas Dollar Australia. Itu pun hampir mirip. Ada standar warna yang dipenuhi dan karenanya kalau digabungkan menjadi berwarna-warni, dan terdapat pula gambar tokoh-tokoh penting negara itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H