Setiap 5 Desember, dia selalu datang. Setiap kali itu pula terdengar nyanyian: “Sinterklaas kapoentje/gooi wat in mijn schoentje/gooi wat in mijn laarsje/Dank u, Sinterklaasje” (Sinterklaas kapoentje/lemparkan sesuatu di sepatu kecilku/lemparkan sesuatu di sepatu bot kecilku/terima kasih Sinterklas).
Begitulah lirik lagu yang dinyanyikan anak-anak, terutama di Belanda, setiap 5 Desember. Ya, di Negeri Kincir Angin itu, 5 Desember dirayakan sebagai Hari Sinterklaas atau bisa di-Indonesia-kan menjadi Sinterklas. Siapakah Sinterklas ini? Ada yang mengatakan dia mirip Santa Claus yang membagi-bagi hadiah di malam Natal pada 24 Desember. Sosok orangtua berambut dan berjanggut putih dengan pakaian dan topi kemerahan, yang membuat anak-anak bahagia di hari Natal.
Tapi berbeda di negara-negara lain, di Belanda anak-anak menunggu Sinterklas, bukan pada malam hari menjelang Natal 25 Desember, tetapi pada 5 Desember. Saat itu, Sinterklas yang ditemani asistennya, Zwarte Piet atau si Piet Hitam, berkeliling dari rumah ke rumah. Memberi hadiah, melemparkannya ke sepatu anak-anak dan sepatu bot kecil yang di dalamnya disiapkan sejumput rumput. Konon kabarnya, ketika Sinterklas memasukkan hadiah ke dalam sepatu anak-anak itu, dia akan mengambil rumput untuk makanan kuda berwarna abu-abu bernama Amerigo yang mengantar Sinterklaas ke sana ke mari.
Selian ditemani Zwarte Piet, kostum yang dipakai Sinterklaas juga agak berbeda dengan Santa Claus. Meski sama-sama didominiasi warna merah dan sedikit putih, tetapi pada topinya terlihat perbedaan. Topi Sinterklaas lebih mirip penutup kepala pemimpin agama, sedangkan topi Santa Claus terlihat lebih santai.
Dalam lagu Sinterklaas Kapoentje, selain sepatu kecil atau sepatu anak-anak, disebutkan juga sepatu bot kecil. Bisa jadi karena saat Desember cuaca di Belanda sudah dingin, jadi ke mana-mana harus mengenakan sepatu bot.
Dalam kisah-kisah lain, diceritakan bahwa Sinterklas sebenarnya datang dari Spanyol, dan di sana orang-orang banyak mempekerjakan orang Moor dari Afrika menjadi pembantu-pembantu mereka. Jadi mungkin itulah yang digambarkan antara Sinterklas dan Zwarte Piet yang merupakan orang kulit hitam. Kalau Sinterklas membawa karung berisi hadiah-hadiah, Zwarte Piet membawa sebatang rotan atau sapu lidi. Dia akan mencari anak-anak nakal yang selama setahun tidak berbuat baik.
Satu hal yang pasti, baik Sinterklaas maupun Santa Claus hanya kisah legenda. Sesuatu yang membuat bulan Desember menjadi lebih meriah, terutama bagi mereka yang merayakan Natal. Mau diikuti atau tidak perayaan itu, semuanya terpulang ke tiap pribadi, terutama para orangtua yang ingin memberikan hiburan bagi anak-anaknya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H