Siang itu, saya bersama istri menikmati Hari Minggu di suatu pusat perbelanjaan di Bintaro, Tangerang Selatan. Memasuki suatu toko buku dan alat-alat tulis, mata saya tertuju pada sebuah buku berjudul “Gerakan Pramuka Mempersiapkan Generasi Muda”. Sebagai seorang yang sejak kecil bergabung dalam organisasi pendidikan bagi anak-anak dan remaja di luar pendidikan dalam lingkungan keluarga dan pendidikan di sekolah, tentu saja saya tertarik membuka-buka halamannya.
Baru sepintas, saya menemukan kesalahan yang berulang terjadi. Kesalahan pada penggunaan logo atau lambang kepanduan, baik dari organisasi kepanduan sedunia (World Organization of the Scout Movement/WOSM), maupun logo Gerakan Pramuka, kepanduan nasional di Indonesia saat ini.
Padahal buku tersebut diberi kata sambutan oleh Menteri Pemuda dan Olahraga, Imam Nahrawi, dan Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Adhyaksa Dault. Tentu bukan kesalahan kedua pejabat itu, karena mereka mungkin hanya sekadar memberi sambutan saja dan belum sempat melihat bukunya secara lengkap.
Namun karena buku ini ditujukan bagi para Pramuka, khususnya peserta didik yang baru belajar mengenal gerakan kepanduan, penempatan logo (yang salah) itu dapat membekas dalam ingatan anak-anak. Sampai dewasa nanti, bila tidak diberitahu, bisa jadi mereka terus menyangka seperti itulah logo WOSM dan logo Gerakan Pramuka.
Kenapa saya sebut kesalahan yang berulang? Sesungguhnya, ini memang sudah berulang kali terjadi di banyak kesempatan dan melalui berbagai media termasuk di media sosial, dan saya pun – tentu yang lain juga – sudah berulang kali mengingatkan kesalahan semacam ini, agar segera diperbaiki.
Itulah cikal bakal lahirnya gerakan kepanduan di Inggris yang kemudian dengan cepat menyebar ke seluruh dunia, termasuk ke Indonesia. Saat ini tercatat ada 162 negara dan teritori yang memiliki organisasi nasional kepanduan, yang di Indonesia kini dikenal dengan nama Gerakan Pramuka.
Ketika membentuk gerakan kepanduan itulah Baden-Powell memperkenalkan logo atau lambang yang dalam Bahasa Perancis disebut “Fleur-de-Lys”. Ada yang menamakan sebagai bunga lili, dan bagian tengah yang menunjuk ke atas oleh Baden-Powell disebut sebagai arah mata kompas, suatu peralatan penunjuk arah yang kelak menjadi bagian tak terpisahkan dari kegiatan kepanduan di mana pun.