Mohon tunggu...
Berty Sinaulan
Berty Sinaulan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog, Penulis, Peneliti Sejarah Kepanduan, Kolektor Prangko dan Benda Memorabilia Kepanduan, Cosplayer, Penggemar Star Trek (Trekkie/Trekker), Penggemar Petualangan Tintin (Tintiner), Penggemar Superman, Penggemar The Beatles

Selanjutnya

Tutup

Healthy

"Jelita yang Nggak Perlu Bau Nenek-nenek", Tertolong Minyak Kayu Putih Aromatherapy

6 November 2016   21:43 Diperbarui: 7 November 2016   11:14 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa waktu lalu seorang sahabat ketika kuliah – tepatnya adik kelas – dulu mengunggah tulisan “Emak-emak JELITA itu senengnya Piknik, Selfie2 sambil begaya.. plus, Pake Minyak Angin!! ;)”. Biar sudah emak atau ibu tentu bahagia bila dibilang “jelita”. Tapi teman saya itu menambahkan bahwa kata “jelita” bukan sekadar berarti cantik dan indah. “Jelita” juga merupakan singkatan “JElang LImapuluh TAhun”. Memang, adik kelas saya itu bila dihitung dari angkatan masuknya ketika kuliah dulu, rata-rata sudah berusia menjelang limapuluh tahun. Bahkan ada yang sudah memasuki angka “50”.

Di usia menjelang limapuluh tahun, jalan-jalan atau piknik bersama keluarga, teman, dan kerabat, tetaplah hal yang disukai. Bagi banyak orang, kata “piknik” sekaligus berarti bebas dari rutinitas sehari-hari, saat gembira dan menyenangkan. Zaman sekarang, berarti juga sibuk dengan selfie atau istilah dalam Bahasa Indonesia yang mulai dipopulerkan adalah “swafoto”.

Jangan kira karena usia menjelang senja, lalu tak lagi ingin bergaya. Siapa pun, rasanya senang bergaya di depan kamera, walaupun ada perkecualian pada beberapa orang. Menggunakan kamera pintar, apalagi kalau ada si “tongkat narsis” alias “tongsis”, makin mudahlah bergaya untuk diabadikan. Tak perlu bantuan fotografer atau orang lain, berkumpul bersama dapat dengan mudah swafoto. Klik, dan terabadikanlah kegembiraan saat piknik tersebut.

Persoalannya, karena semakin meningkatnya usia, terkadang tubuh agak rentan terhadap cuaca dan kondisi di sekitarnya. Piknik ke pegunungan, terkena angin dingin, tubuh pun mulai menggigil. Piknik ke pantai, terkena panas terik, kepala pun mulai pusing. Bahkan sekadar piknik bersama di pusat perbelanjaan pun, mesin pendingin ruangan yang ada, bisa membuat masuk angin.

Tak pelak, mengoleskan minyak angin menjadi salah satu solusinya. Benar, dengan minyak angin, tubuh yang menggigil dapat kembali hangat. Tak salah pula, dengan minyak angina, kepala pusing menjadi segar kembali. Persoalan yang sering terjadi adalah, mengoleskan minyak angin pada tubuh, membuat aromanya tersebar ke mana-mana.

“Kayak bau nenek-nenek” atau “Uh, macam kakek-kakek aja, lu”, begitu sering terdengar. Mungkin ucapan yang diungkapkan itu, lebih kepada pengalaman bahwa umumnya orang tua yang biasanya menggunakan minyak angin. Itulah sebabnya, belakangan cukup banyak yang menolak menggunakan minyak angin. “Malu ah, ntar dikira kayak nenek-nenek lagi,” ujar seorang teman yang ditawari untuk menggunakan minyak angin sewaktu dia batuk-batuk, dan disarankan untuk mengoleskan minyak angin di lehernya.

Pertama di Indonesia

Untunglah, saat ini sudah ada produk minyak kayu putih yang aromanya lebih dari sekadar aroma minyak kayu putih biasanya. Saya pertama kali berkenalan dengan produk tersebut sewaktu mengikuti Kompasianival 2016 di Gedung SMESCO, Jakarta Selatan. Di sanalah, saya sadar bahwa ini memang produk yang sangat dinanti oleh banyak orang, terutama untuk mereka yang belum memasuki usia “nenek dan kakek” atau pun mereka yang tak ingin dibilang tua. 

Saya bergaya dengan produk minyak kayu putih aromatherapy di booth Cap Lang pada acara Kompasianival 2016 beberapa waktu lalu. (Foto: koleksi pribadi)
Saya bergaya dengan produk minyak kayu putih aromatherapy di booth Cap Lang pada acara Kompasianival 2016 beberapa waktu lalu. (Foto: koleksi pribadi)
Produk Cap Lang ini jelas inovasi baru, dan seperti disebutkan oleh pihak produsennya, ini adalah yang pertama di Indonesia. Produk yang diberi nama Minyak Kayu Putih Aromatherapy itu memang mengandung minyak ekaliptus sehingga memiliki tingkat kehangatan yang lebih tinggi, namun sekaligus menebarkan aroma yang lebih lembut dan menenangkan dibandingkan produk sejenis lainnya.

Produk ini sebenarnya sudah diluncurkan pada 2011 untuk minyak kayu putih aromatherapy ekaliptus (atau eukaliptus). Namun untuk tiga varian lainnya, yaitu rose, lavender, dan green tea, baru diluncurkan pada 2015. Setidaknya ada empat ukuran botol yang ditawarkan, mulai dari ukuran 15 mililiter (ml), 30 ml, 60 ml, dan 120 ml. Khusus untuk aromatherapy ekaliptus, juga disediakan botol yang lebih besar, berukuran 210 ml.

Kehadiran botol-botol mungil itu sebenarnya juga menguntungkan bagi para konsumen. Misalnya, mau menghadiri undangan resepsi pernikahan, atau mau makan malam dan nonton film di bioskop, biasanya baik wanita maupun pria, tak ingin membawa tas yang terlalu besar. Kaum wanita cukup membawa tas pesta atau tas kecil seperti “pouch” saja, sedangkan kaum pria malah sering tak membawa tas apa pun. Cukup dompet di dalam saku celana.

Di sinilah kehadiran botol mungil minyak kayu putih aromatherapy dari Cap Lang sangat berguna. Orang bilang “size does matter”, di sini juga terbukti. Bukan besarnya, tapi justru kecilnya, sehingga mudah dimasukkan ke dalam tas kecil atau di saku celana. Saat dikeluarkan untuk digunakan pun, tak menyolok mata orang lain. Bisa disembunyikan di balik telapak tangan, dan setelah minyaknya diteteskan ke jari-jari, tinggal dioleskan ke bagian tubuh yang dianggap perlu.

Di luar itu, yang paling penting, aromanya yang semerbak dan tidak seperti minyak kayu putih pada umumnya, Jadi tak perlu takut dibilang “kayak nenek-nenek atau kakek-kakek”. Tertolong oleh kehadiran minyak kayu putih aromatherpay ini. Seperti teman saya tadi, walau pun sudah “Jelita” alias menjelang limapuluh tahun, dan mungkin siapa tahu ada di antara mereka yang sudah menjadi nenek karena telah memiliki cucu, disebut “kayak nenek-nenek” bisa jadi membuat bibir mereka cemberut. 

Jadi kenapa tidak gunakan minyak kayu putih Aromatherapy dari Cap Lang ini? Apalagi ternyata, minyak kayu putih dapat digunakan lebih dari sekadar untuk mengobati saja, seperti bila badan demam atau kepala pusing. Contohnya, minyak kayu putih aromatherapy green tea dapat digunakan saat bangun tidur. Oleskan di leher dan di tangan, hal itu akan membantu sang pemakai menjadi lebih segar dan bersemangat untuk memulai aktivitas seharian. Tak heran bila “tagline” untuk minyak kayu putih aromatherapy green tea ini adalah “Brighten Your Mood Therapy”.

Lalu, minyak kayu putih aromatherapy rose dapat dipakai ketika “mood” atau suasana hati kita sedang turun. Dioleskan di pelipis dan leher, dapat membantu memperbaiki suasana hati saat sedang banyak pekerjaan, lembur, atau menghadapi masalah sosial, dan bagi kaum perempuan saat mengalami premenstrual syndrome (PMS). Memperbaiki suasana hati atau “mood” itulah yang menjadi “tagline”-nya, “Your Mood Boostertherapy”.

Ada pun minyak kayu putih aromatherapy lavender dapat dipakai saat sebelum tidur. Menjelang tidur gunakan minyak kayu putih untuk melakukan pijat-pijat kecil di sekujur tubuh. Hal ini membantu membuat pikiran jadi lebih santai dan tidur pun lebih nyenyak. Sesuai dengan “tagline”-nya, “Calm & Relaxation Therapy”.

Kalau untuk minyak kayu putih aromatherapy eukaliptus, memang disediakan dalam botol yang besar 210 ml, karena sangat bermanfaat digunakan saat tubuh kita sakit. Oleskan di bagian tubuh yang diperlukan, minyak kayu putih ini sangat berguna pada saat kita sedang batuk, kedinginan, hidung tersumbat, dan sejenisnya. Itulah sebabnya, “tagline” untuk minyak kayu putih aromatherapy eukaliptus ini adalah “Pure Relieving You Therapy”.

Empat produk minyak kayu putih aromatherapy dari Cap Lang seperti tergambar dalam poster. (Foto: koleksi pribadi)
Empat produk minyak kayu putih aromatherapy dari Cap Lang seperti tergambar dalam poster. (Foto: koleksi pribadi)
Nama yang Tepat

Di luar manfaat yang bisa dirasakan langsung pemakainya, penggunaan nama aromatherapy atau dalam Bahasa Indonesia disebut aromaterapi, adalah nama yang tepat. Aromaterapi sebagaimana diketahui umum, adalah salah satu jenis pengobatan alternative yang menggunakan bahan cairan tanaman yang mudah menguap. 

Jenis pengobatan yang telah ada sejak ribuan tahun lalu itu, disebut aromaterapi pertama kali oleh seorang ilmuwan Prancis pada 1920-an. Dalam perkembangannya, aromaterapi terbukti banyak membantu menyehatkan tubuh manusia. Dan kini, salah satunya dihadirkan melalui minyak kayu putih aromatherapy dari Cap Lang.

Dari segi fisik, seseorang dapat terbantu dengan minyak kayu putih aromatherapy itu. Dari segi psikis pun, tak perlu malu lagi. Aromanya tetap lembut dan menyegarkan, dan cocok untuk dipakai siapa pun. Bahkan termasuk nenek dan kakek yang ingin tetap “trendy”, tampil menarik meski sudah berusia tua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun