Mohon tunggu...
Berty Sinaulan
Berty Sinaulan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog, Penulis, Peneliti Sejarah Kepanduan, Kolektor Prangko dan Benda Memorabilia Kepanduan, Cosplayer, Penggemar Star Trek (Trekkie/Trekker), Penggemar Petualangan Tintin (Tintiner), Penggemar Superman, Penggemar The Beatles

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sumpah Pemuda, Bulan Bahasa, Buka Kamus!

19 Oktober 2016   14:54 Diperbarui: 23 Oktober 2016   12:55 440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagian Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang menjelaskan arti

Kemungkinan karena kekurangtahuan mengenai penggunaan istilah, sehingga terasa membingungkan antara “Bapak Museum” dan “Bapak Permuseuman”. Kebetulan pula sedang Bulan Bahasa, maka yang saya lakukan adalah membuka Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang dapat diakses secara online melalui: kbbi.web.id.

Dari situs web resmi itu dapat diketahui perbedaan arti kata “museum’ dan “permuseuman”. Museum berarti gedung yang digunakan sebagai tempat untuk pameran tetap benda-benda yang patut mendapat perhatian umum, seperti peninggalan sejarah, seni, dan ilmu; tempat menyimpan barang kuno. Sedangkan permuseuman berarti perihal museum; seluk-beluk museum.

Bila dicoba dimasukkan menjadi satu rangkaian kalimat “Bapak Museum” berarti bapak dari gedung yang digunakan sebagai tempat pameran atau penyimpanan benda-benda yang patut mendapat perhatian umum. Sedangkan kalau disebut “Bapak Permuseuman” berarti bapak yang terkait dengan perihal museum atau bapak yang mengerti seluk-beluk museum.

Melihat penjelasan KBBI tersebut, tampaknya memang lebih cocok disebutkan bahwa Amir Sutaarga adalah Bapak Permuseuman Indonesia, dan bukannya Bapak Museum Indonesia. Sebagaimana juga telah dinyatakan dalam situs web resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bahwa “M. Amir Sutaarga: Bapak Permuseuman Indonesia” (baca di sini: artikel lima).

Lalu bagaimana dengan SBY? Apakah akan tetap disebut sebagai Bapak Permuseuman Indonesia 2016 atau sebutan lainnya, semoga semua pihak yang terkait dengan permuseuman di Indonesia, dan tentunya Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman (PCBM) sebagai lembaga Pemerintah yang menangani perkembangan permuseuman di Tanah Air, bisa duduk bersama untuk mendapatkan saling kesepahaman dalam memberikan penyebutan yang tepat.

Saya sendiri tetap bangga dengan SBY, dan saya pikir semua pihak yang terkait dengan permuseuman tak bisa melupakan jasa beliau, terutama – bagi saya pribadi – adalah pendirian dan pengembangan Museum Kepresidenan RI yang terletak di Komplek Istana Bogor. Demikian pula pengembangan Museum Nasional di Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, yang juga dikenal dengan sebutan Museum Gajah, maupun museum-museum lainnya di Indonesia.

Saya juga sepakat dengan pernyataan Ketua Umum AMI, Putu Supadma Rudana, yang dalam pertemuan beberapa hari lalu, menyatakan bahwa penghargaan itu tidak dimaksud untuk mengkultuskan SBY dan melupakan peran Amir Sutaarga. Namun sebagai upaya agar Pemerintah dan masyarakat luas lebih mengapresiasi aktivitas permuseuman di Tanah Air, atau seperti yang dikatakan Putu, “Semoga museum lebih dimuliakan negara”.

Kini, agaknya sekali lagi yang diperlukan adalah kesepahaman antara semua pihak, agar tidak rancu mengenai penyebutan “Bapak Museum” atau “Bapak Permuseuman”. Saya sendiri sudah mendorong AMI untuk menerbitkan siaran pers, dan mudah-mudahan tulisan ini dapat menjadi bahan awal untuk penulisan siaran pers bersangkutan.

Pastinya, kita semua gembira karena AMI mengakui penuh bahwa jasa Amir Sutaarga tak dapat dilupakan dalam mengembangkan museum di Indonesia. Sementara, mengingat bahwa Amir Sutaarga belum secara resmi ditetapkan sebagai Bapak Museum/Permuseuman Indonesia, ada baiknya AMI, Komunitas Jelajah dan komunitas terkait lainnya, bersama dengan Direktorat PCBM, dapat bersama-sama membantu penetapannya dan mengumumkan secara terbuka kepada publik.

Intinya, dari soal “Bapak Museum” dan “Bapak Permuseuman”, saya kembali membuka kamus, dan itulah cara kecil saya memperingati Bulan Bahasa tahun ini. Selalu ada hikmah di setiap peristiwa, tanpa bahasan soal museum ini, belum tentu saya membuka lagi KBBI.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun