Mohon tunggu...
Berty Sinaulan
Berty Sinaulan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog, Penulis, Peneliti Sejarah Kepanduan, Kolektor Prangko dan Benda Memorabilia Kepanduan, Cosplayer, Penggemar Star Trek (Trekkie/Trekker), Penggemar Petualangan Tintin (Tintiner), Penggemar Superman, Penggemar The Beatles

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Buat Kebaikan, Bantu Orang Lain Tersenyum

7 Oktober 2016   11:14 Diperbarui: 7 Oktober 2016   11:27 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam kondisi sebaliknya pernah pula saya alami. Hampir setiap kali melewati gerbang di komplek perumahan tempat saya tinggal, saya selalu tersenyum dan mengucap salam kepada para petugas yang menjaga di situ. Hanya dengan tersenyum dan mengucap salam, mereka menjadi ramah pada saya dan keluarga. Padahal kami tinggal di situ belum terlalu lama.

Meski pun bukan berarti saya mencari keuntungan secara materi, namun dengan tersenyum dan menyapa dengan baik para penjual di pasar modern di dekat rumah saya, mereka pun balik menjadi lebih ramah. Tak jarang, saya diberi diskon atau tambahan barang dibandingkan pembeli lain yang mengeluarkan uang yang sama. Contohnya hari ini, ketika pembeli lain membayar limaribu rupiah untuk tiga ikat kangkung, saya mendapatkan empat ikat kangkung untuk harga yang sama.

Begitu pula di penjual ikan olahan yang terletak di sudut kanan pasar modern tempat saya sering berbelanja, Ketika saya membeli ikan cue yang dijual dua ekor dalam satu keranjang kecil, saya cukup membayar Rp 3.500. Sementara pembeli lain yang datang belakangan diminta membayar Rp 4.000 per keranjang terdiri dari dua ekor ikan.

Kisah tentang senyum itu masih bisa berlanjut panjang. Seperti dua hari lalu, ketika saya merasa ingin berteriak marah saat pelayanan di suatu laboratorium klinik terbilang lama, dan petugas malah melayani orang yang belum mengambil nomor, saya berusaha menarik nafas panjang dan tersenyum. Jujur, tetap tidak bisa menghilangkan kekesalan, tetapi paling tidak berhasil menjaga tekanan darah saya tidak meninggi dan tetap normal ketika diperiksa.

Jadi benar seperti lirik lagu “Smile” yang mungkin bagi banyak orang lebih dikenal sebagai lagu yang dinyanyikan penyanyi legendaris Nat King Cole, meski pun sebenarnya lantunan nada musiknya diambil dari lagu instrumental dari film Charlie Chaplin, comedian terkenal itu, yang berjudul “Modern Times”. Film itu tayang perdana pada 1936, berarti 80 tahun lalu. Entah visioner atau bukan, Charlie Chaplin bisa jadi telah meramalkan bahwa pada “modern times” atau masa modern seperti sekarang ini, senyum sungguh diperlukan.

“Smile though your heart is aching

Smile even though it's breaking.

When there are clouds in the sky

you'll get by.

If you smile through your fear and sorrow

Smile and maybe tomorrow

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun