Namun tradisi yang juga kemudian digunakan di Indonesia, sempat redup. Pada awal 1960-an, Indonesia berada pada situasi “anti-Barat” dan hal itu berdampak pada gerakan kepanduan yang ada. Organisasi-organisasi kepanduan yang ada dilebur menjadi satu, yang hampir saja diarahkan menjadi semacam organisasi Pionir di negara-negara Eropa Timur yang “berbau” komunis dan sosialis. Untunglah, karena kesigapan sejumlah tokoh Pandu, maka organisasi yang dinamakan Gerakan Pramuka tetap berada di jalur kepanduan sebagaimana dirintis Baden-Powell.
Namun tekanan tetap ada, antara lain melalui Ketetapan MPRS No. II/MPRS/1960 yang antara lain isinya “supaya kepanduan dibebaskan dari sisa-sisa Baden Powellisme”. Selain menyatakan tidak aktif bergabung dalam World Organization of the Scout Movement (WOSM), bentuk-bentuk yang mengarah kepada Baden-Powell juga dihapuskan. Mulai dari peringatan Hari Baden-Powell pada 22 Februari sampai penggunaan manik kayu, setangan leher “tartan” Gilwell, dan pengikat setangan leher berbentuk simpul Turk.
Belakangan, untuk menjadi penanda bagi para Pembina Pramuka di lingkungan Gerakan Pramuka, didesain dan dibuatlah selendang Mahir dengan motif batik dan pita mahir untuk dipasang di seragam para Pembina Pramuka yang telah lulus Kursus Pembina Pramuka Mahir Lanjutan (KML). Pita mahirnya berbeda-beda, warna hijau untuk Pembina Pramuka Siaga (peserta didik yang berusia 7-10 tahun), warna merah untuk Pembina Pramuka Penggalang (11-15 tahun), dan warna kuning untuk Pembina Pramuka Penegak dan Pandega (peserta didik yang berusia 16-20 tahun dan 21-25 tahun).
Kini, zaman telah berubah. Gerakan Pramuka tercatat mempunyai anggota lebih dari 20 juta orang dan merupakan organisasi nasional kepanduan terbesar di dunia. Bahkan setengah dari 40 juta Pandu di seluruh dunia berada di Indonesia. Sejak beberapa tahun terakhir ini, Gerakan Pramuka juga telah melaksanakan program pendidikan orang dewasa sebagaimana diarahkan oleh WOSM dalam WOSM Adult in Scouting Policy. Tentu dengan mengikuti pula WB Framework yang merupakan bagian penting dari kebijakan WOSM itu.
Jadi penggunaan kembali satu set manik kayu untuk para Pembina Pramuka yang minimal telah menyelesaikan jenjang KML, bukan berarti sikap kebarat-baratan, atau dianggap mau kelihatan go international, atau bahkan tidak nasionalis. Gerakan Pramuka tidak perlu go internasional, karena memang sudah merupakan bagian dari persaudaraan universal sedunia di bawah naungan WOSM. Lalu, bukan berarti pula kebarat-baratan. Bagaimana pun juga, Gerakan Pramuka sebagaimana organisasi nasional kepanduan di negara lain memang berasal dari ide seorang perwira tentara kerajaan Inggris, Lord Baden-Powell.
Ada juga seorang tokoh Gerakan Pramuka yang bernama Idik Sulaeman. Beliau adalah salah satu penggagas dan pendiri Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka), kelompok petugas pengibar bendera yang selalu bertugas setiap peringatan 17 Agustus di Istana Negara. Tokoh pendidik ini juga mencurahkan hampir seluruh hidupnya untuk pengembangan Gerakan Pramuka.
Baik Sri Sultan Hamengku Buwono IX maupun Idik Sulaeman, bersama sejumlah tokoh Gerakan Pramuka tetap mengenakan kalung manik kayu mereka walaupun berseragam Pramuka. Padahal jiwa nasionalisme dan patriotisme mereka kepada Republik Indonesia tak perlu diragukan lagi.
Acara Indaba
Bisa jadi karena manik kayu atau keseluruhan WB Framework dianggap “baru” di Indonesia, maka masih timbul banyak pertanyaan, bahkan komentar-komentar di media sosial. Dari dianggap kebarat-baratan, tidak nasionalis, sampai karena penyerahan satu set manik kayu kepada mereka yang berhak diadakan di acara Indaba, maka ada pula yang menganggap ini adalah manik kayu Indaba, dan bahkan seluruh peserta acara Indaba pasti dapat manik kayu.
Padahal tidak demikian kenyataannya. Penyerahan manik kayu kepada yang berhak dapat dilakukan di mana saja, tidak perlu di acara Indaba. Kali ini diadakan di acara Indaba, hanya sebagai inaugurasi awal, sekaligus memanfaatkan momen di mana para tokoh Pramuka dari seluruh Indonesia berkumpul bersama pada kegiatan Jambore Nasional X Gerakan Pramuka (Jamnas X).