Mohon tunggu...
Berty Sinaulan
Berty Sinaulan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog, Penulis, Peneliti Sejarah Kepanduan, Kolektor Prangko dan Benda Memorabilia Kepanduan, Cosplayer, Penggemar Star Trek (Trekkie/Trekker), Penggemar Petualangan Tintin (Tintiner), Penggemar Superman, Penggemar The Beatles

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menyelamatkan Bendera WAGGGS, Menyelamatkan Sejarah Kepanduan Puteri

8 Juni 2016   23:09 Diperbarui: 8 Juni 2016   23:12 1006
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bendera WAGGGS dengan lambang yang telah diperbarui. Bendera ini berukuran 1,4 x 2,2 meter. (Foto: ISJ)

WAGGGS adalah singkatan dari World Association of Girl Guides and Girl Scouts atau asosiasi dunia kepanduan puteri, yang dibentuk secara resmi pada 1928. Awalnya  memang tidak ada Pandu puteri.  Baden-Powell menginisiasi lahirnya gerakan pendidikan di luar keluarga dan luar sekolah pada 1907, hanya mrngajak anak-anak dan remaja puteran yang diberi sebutan Boy Scouts.

Namun saat parade dan defile Boy Scouts yang diorganisir oleh Baden-Powell di Crystal Palace, di selatan kota London pada 1909, Baden-Powell terkejut melihat pada parade itu ada juga defile yang terdiri anak dan remaja puteri. “Siapakah kalian?” tanya Baden-Powell, yang dijawab serempak, “Kami adalah Girl Scouts”.

Baden-Powell kemudian merasa perlu membentuk kelompok khusus puteri yang akhirnya diberi nama Girl Guides dan diasuh oleh adik Baden-Powell sendiri, Agnes. Maka pada 1910, terbentuk kelompok Girl Guides, sebagai padanan dari organisasi Boy Scouts untuk putera. Ketika Baden-Powell menikah dengan Olave St. Soames, jabatan pemimpin Girl Guides diserahkan kepada istri Baden-Powell itu.

Sementara itu, Juliette Low membentuk organisasi puteri serupa di Amerika Serikat yang diberi nama Girl Scouts pada 1912. Organisasi kepanduan puteri terus berkembang dan pada 1928 WAGGGS secara resmi terbentuk melalui suatu konferensi di Pared, Hungaria, yang dihadiri oleh perwakilan dari 26 negara dari seluruh dunia.

Badge bundar dengan lambang WAGGGS yang ditemukan di reruntuhan Gudang Perkemahan Putera di Bumi Perkemahan Pramuka Wiladatika Cibubur, Jakarta Timur. (Foto: ISJ)
Badge bundar dengan lambang WAGGGS yang ditemukan di reruntuhan Gudang Perkemahan Putera di Bumi Perkemahan Pramuka Wiladatika Cibubur, Jakarta Timur. (Foto: ISJ)
Lambang WAGGGS pertama kali disahkan pada konferensi di New York, Amerika Serikat, pada 1948. Walaupun sebenarnya desain lambang WAGGGS telah dipakai sejak 1930. Berpuluh tahun kemudian, tepatnya pada 1990, lambang itu diperbarui dengan tetap mempertahankan desain utama berbentuk trefoil (desain seperti tiga daun bertumpuk).

Desain trefoil  berwarna kuning emas dengan latar belakang biru cerah yang melambangkan matahari yang menyinari anak-anak (puteri) di seluruh dunia. Tangkai di bawah melambangkan cinta kasih dan kemanusiaan, jarum di tengah melambangkan penunjuk arah kompas bahwa para anggota selalu berjalan ke arah yang benar, dan dua bintang melambangkan Janji dan Ketentuan Moral (kalau di Indonesia dikenal dengan Trisatya dan Dasadarma).

Ketika Indonesia masih dalam pendudukan Belanda dan bernama Hindia-Belanda, telah ada organisasi kepanduan puteri yang terpisah dengan putera. Organisasi ini pun menginduk pada WAGGGS. Apalagi saat lahirnya WAGGGS pada 1928, negeri Belanda termasuk salah satu dari 26 negara pendiri organisasi kepanduan puteri sedunia itu. Tak heran bila di tanah jajahannya, juga dikembangkan kepanduan puteri dan menginduk kepada WAGGGS.

Setelah Indonesia merdeka sampai sebelum lahirnya satu wadah organisasi kepanduan putera dan puteri yang diberi nama Gerakan Pramuka, masih ada setidaknya Persatuan Kepanduan Puteri Indonesia (PKPI) dan Persaudaraan Organisasi Pandu Puteri Indonesia (POPPINDO). Kedua organisasi itu bekerja berdampingan, dan walaupun belum secara resmi masuk menjadi anggota WAGGGS, tetapi hubungan baik dengan organisasi kepanduan puteri sedunia itu tetap terjaga.

Bahkan setelah pertama kali bersama Baden-Powell pada 1934 berkunjung ke Indonesia (Hindia-Belanda), Olave St. Soames yang kemudian lebih dikenal dengan nama Lady Baden-Powell, kembali berkunjung ke Indonesia pada 1958. Kehadirannya disambut bersama oleh PKPI dan POPPINDO.

Setelah menjadi Gerakan Pramuka, hubungan dengan WAGGGS awalnya tidak begitu berkembang. Namun awal 1970-an, Gerakan Pramuka kembali menjalin hubungan dengan WAGGGS, antara lain dengan ikut sertanya dua Andalan Nasional, Kak Mastini Hardjoprakoso dan Nyi Mudjono Probopranowo, dalam Konferensi WAGGGS yang diadakan di Teheran, Iran, pada Agustus 1978. Saat itu, Gerakan Pramuka masih berstatus sebagai peninjau.

Selanjutnya, pada Konferensi WAGGGS di Orleans, Prancis, pada 1981, Gerakan Pramuka kembali mengirim delegasi. Namun keinginan untuk menjadi anggota WAGGGS tampaknya belum memenuhi syarat. Barulah beberapa tahun kemudian, keinginan Gerakan Pramuka terpenuhi dan secara resmi menjadi anggota WAGGGS.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun