Sejak makin banyaknya produk telepon genggam yang mempunyai fitur kamera untuk memotret foto diam (still photo) maupun mengabadikan dalam bentuk video (film), maka bisa dikatakan tak salah ungkapan yang menyebutkan, “sekarang semua bisa memotret, sekarang memotret semua bisa”. Mulai dari anak-anak sampai orangtua, semua memanfaatkan kamera yang terdapat dalam telepon genggam masing-masing untuk memotret.
Apalagi dengan semakin banyaknya bentuk dan jenis media sosial, maka berlomba-lombalah orang untuk memotret dengan telepon genggam. Selesai mengabadikan sesuatu dalam bentuk foto atau video, bisa langsung diunggah di media sosial. Mau Facebook, Instagram, Twitter, Path, Line, atau apa pun, pilih saja mana yang disukai. Mau semuanya pun tak dilarang.
Di kalangan para anggota Gerakan Pramuka, aktivitas mengabadikan foto atau video dengan telepon genggam, juga tak kalah banyaknya. Bahkan kini menjelang Jambore Nasion al Gerakan Pramuka X tahun 2016 (Jamnas X-2016), sejak beberapa waktu lalu, para Pramuka dari seluruh provinsi di Indonesia, telah mengunggah foto-foto dan video kegiatan persiapan Jamnas X-2016 ke media sosial. Tak lupa dilengkapi tagar (hashtag) #Jamnas2016 dan #JamnasX2016.
Foto atau video yang diunggah banyak yang menarik, walau masih ada yang dapat dikatakan seadanya saja. Sekadar barisan Pramuka atau upacara seremonial yang terkesan merupakan aktivitas rutin di lingkungan Pramuka. Tapi tak mengapa, yang penting semangat untuk mengunggah foto dan video ke berbagai media sosial dan mencantumkan tagar #Jamnas2016 serta #JamnasX2016 patut dipuji.
Walaupun demikian, sebenarnya ada panduan singkat yang dapat dicoba oleh mereka yang ingin memotret menggunakan telepon genggam, panduan yang bukan hanya untuk para Pramuka, tetapi dapat dicoba oleh siapa saja.
Kedua, yang perlu diperhatikan saat memotret adalah bila memungkinkan tidak perlu menggunakan fungsizoom. Banyak telepon pintar (smartphone) saat ini menyediakan fasilitas fungsi zoom untuk mendekatkan gambar di layar kamera. Tapi bila tak perlu, tak usah digunakan. Lebih baik men-cropping hasil foto, mengambil bagian yang perlu dan membuang yang tak perlu. Hal ini patut diperhatikan, karena bila di-zoomterkadang hasilnya menjadi kurang cerah, sedangkan bila di-cropping hasilnya tetap sama cerahnya dengan hasil foto pertama. Tentu hal ini perlu dicoba beberapa kali untuk mendapatkan hasil terbaik.
Ketiga, sebelum diunggah ke media sosial, sebaiknya foto diedit dulu. Mulai dari cropping bila perlu, membuat lebih cerah (brightness), kontras, dan sebagainya, termasuk menghilangkan mata merah (red eye) yang terkadang terjadi saat kita memotret orang.
Keempat, usahakan memilih objek foto yang tidak terlalu ramai latar belakangnya, bila yang ingin ditonjolkan adalah objek tersebut. Kecuali memang ingin menunjukkan keramaian suatu acara. Bila memungkinkan, misalnya untuk foto close up seseorang, ajak orang itu ke tempat yang latar belakangnya polos, sehingga objek akan menonjol saat difoto.
Kelima, untuk memotret suatu acara, tidak harus selalu acara seremonialnya. Terkadang sisi-sisi di “pinggir” acara seremonial itu juga menarik untuk difoto. Misalnya, saat upacara Hari Pramuka, mungkin menarik untuk diabadikan seorang petugas yang membetulkan sepatunya sebelum acara dimulai. Pun ketika acara dimulai, tidak perlu harus selalu memotret orang-orang penting yang hadir di acara itu, tetapi bisa juga misalnya petugas kesehatan yang siap sedia di belakang peserta upacara, dan sebagainya.
Ayo memotret dengan telepon genggam.