Kita pernah mengalami masa di mana ada keinginan kuat untuk menghapus segala yang terkait dengan Baden-Powell, seolah-olah Pramuka bukan lagi bagian dari kepanduan sedunia. Masa di mana terjadi ketegangan dengan pihak Barat (terutama Inggris dan Amerika Serikat), dan Indonesia lebih dekat ke “poros komunis”.
Maka pada akhir 1950-an dan awal 1960-an, ketika puluhan organisasi kepanduan yang ada di Tanah Air hendak disatukan, ada yang mencoba “menggiring” untuk menjadi semacam organisasi pionir, organisasi kaum muda di negara-negara komunis dan sosialis. Bahkan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) pernah mengeluarkan ketetapan yang cenderung mencoba menghapus keberadaan kepanduan internasional yang digagas B-P.
Hal itu termaktub dalam Ketetapan MPRS Nomor II/MPRS/1960 tanggal 3 Desember 1960 tentang Rencana Pembangunan Nasional Semesta Berencana. Pada Pasal 349 ayat 30 disebutkan, pendidikan kepanduan supaya diintensifkan dan menyetujui rencana pemerintah untuk mendirikan Pramuka. Lalu pada Pasal 741 disebutkan antara lain, rencana penertiban organisasi kepanduan. Namun yang mengagetkan adalah pada Lampiran C ayat 8 disebutkan, kepanduan supaya dibebaskan dari sisa-sisa Lord Baden-Powellisme.
Untunglah para tokoh Pandu, antara lain HB IX, Hs Mutahar, dan Azis Saleh bertindak cepat. Mereka berhasil menjadikan Gerakan Pramuka tetap sebagai organisasi pendidikan kepanduan dan bukan menjadi organisasi pionir, organisasi kaum muda di negara yang beraliran komunis.
Kembali ke peringatan Hari B-P sebenarnya wajar saja. Kalau pun mau digelorakan, ayo gelorakan kembali Peringatan HUT Bapak Pramuka Indonesia 12 April mendatang, tanpa perlu mempertentangkan antara B-P yang dianggap “tokoh lain” dengan HB IX. Seperti contoh yang telah diperlihatkan banyak kalangan.
Misalnya, ketika Himpunan Pandu dan Pramuka Wreda (Hipprada) yang dipimpin mantan Menko Kesra, Prof. Dr. Haryono Suyono, menyelenggarakan kegiatan Hari B-P atau Founder’s Day di bilangan Warung Buncit, Jakarta Selatan. Pada poster yang menjadi latar belakang ruang acara tergambar foto wajah B-P dan istrinya, Olave St. Clair Soames yang juga pernah menjadi pemimpin kepanduan putri sedunia, serta wajah HB IX. Wajah Ketua Umum Hipprada juga ada, sebagai penyelenggara acara tersebut.
Ketika menyampaikan sambutannya, Kak Haryono Suyono – demikian panggilan akrabnya – juga mengatakan, kita memperingati hari lahirnya B-P dan Olave yang lahir pada tanggal sama, dan juga sekaligus mengenang HB IX sebagai Bapak Pramuka Indonesia. Sekali Pandu tetap Pandu, sekali Pramuka tetap Pramuka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H