Mohon tunggu...
Berty Sinaulan
Berty Sinaulan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog, Penulis, Peneliti Sejarah Kepanduan, Kolektor Prangko dan Benda Memorabilia Kepanduan, Cosplayer, Penggemar Star Trek (Trekkie/Trekker), Penggemar Petualangan Tintin (Tintiner), Penggemar Superman, Penggemar The Beatles

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kapankah Hari Museum Indonesia?

24 April 2015   12:05 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:43 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1429851839205624161

[caption id="attachment_362486" align="alignnone" width="651" caption="Tampak depan dan samping Museum Nasional (sumber foto: wisata.kompasiana.com)"][/caption]

Jumat, 24 April 2015 ini merupakan hari yang bersejarah. Seluruh pandangan dunia, khususnya Asia dan Afrika, tertuju ke Bandung, Jawa Barat. Presiden RI, Joko Widodo, dan para pemimpin negara-negara Asia-Afrika melakukan napak tilas pada peringatan 60 tahun Konferensi Asia-Afrika (KAA).

Pada napak tilas itu, salah satunya adalah mengunjungi Museum KAA. Seorang pemerhati museum berkata, untung Gedung Merdeka yang kini menjadi Museum KAA tetap dipertahankan, tidak tergerus oleh modernisasi. Bahkan kini menjadi Museum KAA. Untung pula perkembangan pembangunan fisik di Bandung tidak secepat di Jakarta, sehingga sepanjang Jalan Asia-Afrika masih banyak gedung-gedung lama yang tidak berubah bentuk fisiknya.

Kalau saja Gedung Merdeka sudah hilang, maka tentu sulit melakukan napak tilas lagi. Untung juga selain bangunan fisiknya dipertahankan, gedung itu dijadikan museum. Sehingga benda-benda bersejarah yang ada kaitannya dengan KAA, dan pemaparan tentang KAA tetap dapat disaksikan dan dipelajari oleh pengunjung.

Bicara soal museum, sebenarnya 24 April ini juga merupakan tanggal penting yang patut dicatat. Pada 24 April 1778, berdirilah  Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, cikal bakal Museum Nasional yang terletak di Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat. Museum yang juga sempat dikenal dengan nama Museum Gajah dan Museum Pusat itu. Itulah sebabnya, sebagian orang menyebut 24 April sebagai Hari Museum Nasional.

Namun belakangan ada semacam gugatan. Hari Museum Nasional sebenarnya bukan hanya untuk memperingati hari lahirnya atau keberadaan berdirinya Museum Nasional saja. Itu pun kalau mau ditelaah, 24 April 1778 adalah tanggal berdirinya suatu organisasi atau himpunan saja. Memang, himpunan atau lembaga independen itu didirikan untuk tujuan memajukan penetitian dalam bidang seni dan ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang-bidang ilmu biologi, fisika, arkeologi, kesusastraan, etnologi dan sejarah. Untuk mengembangkan penelitian itu, maka lembaga tersebut mulai mengoleksi berbagai benda dan artefak yang berhubungan dengan penelitiannya. Makin lama benda-benda koleksi itu makin banyak, sehingga jadilah suatu museum.

Seperti disebutkan dalam situs resmi Museum Nasional (www.museumnasional.or.id), pada awal 1920-an lembaga itu mendapatkan “gelar” Koninklijk, sehingga namanya berubah menjadi Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen. Nama itu terus disandang sampai Indonesia merdeka. Pada tanggal 26 Januari 1950, Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen diubah namanya menjadi Lembaga Kebudayaan Indonesia (LKI).
Bila mau diteruskan kisahnya, pada 17 September 1962 LKI menyerahkan pengelolaan museum kepada Pemerintah Republik Indonesia, yang kemudian berubah namanya Museum Pusat. Selanjutnya, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.092/0/1979 tertanggal 28 Mei 1979, Museum Pusat ditingkatkan statusnya menjadi Museum Nasional.

Jadi kapan sesungguhnya yang lebih tepat disebut sebagai Hari Museum Nasional? Sebagian menunjuk tanggal 28 Mei sebagai tanggal pengesahan penggunaan nama Museum Nasional. Ada lagi yang mengusulkan tanggal 12 Oktober, karena kabarnya pada tanggal itu, tepatnya 12 Oktober 1962 ada musyawarah besar yang dilakukan setelah LKI menyerahkan pengelolaan museum kepada Pemerintah Republik Indonesia dan memutuskan penggunaan nama Museum Pusat.

Namun ada juga yang bertahan, Hari Museum Nasional selayaknya tidak hanya terfokus pada keberadaan Museum Nasional semata. Maka ada yang mengusulkan tanggal 5 Maret, diambil dari tanggal lahir M Amir Sutaarga pada 5 Maret 1928. Beliau adalah salah satu tokoh museum Indonesia, dan menjadi Kepala Museum Pusat ketika pertama kali dibentuk pada 1962. Jasa-jasanya kepada Museum Nasional dan dunia permuseuman di Indonesia tak dapat diragukan lagi (lengkapnya bisa dibaca di: http://www.asosiasimuseumindonesia.org/2-single-articles/387-obituari-muh-amir-sutaarga.html).

Penggagas tanggal 5 Maret itu mencoba membandingkan Hari Pendidikan Nasional 2 Mei yang tanggalnya diambil dari tanggal kelahiran Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara. Seperti Ki Hajar Dewantara, Amin Sutaarga oleh sejumlah kalangan memang disebut-sebut sebagai Bapak Museum Indonesia.

Sayangnya penulis belum berhasil menemukan dokumen resmi tentang penetapan gelar “Bapak Museum Indonesia” tersebut. Tanpa mengurangi jasa almarhum Amir Sutaarga yang meninggal dunia 1 Juni 2013, bila Ki Hajar Dewantara sudah ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional secara resmi oleh Pemerintah, tampaknya para penggagas perlu mengusulkan juga agar Amir Sutaarga dapat ditetapkan pula secara resmi sebagai pahlawan permuseuman di Indonesia, paling tidak dengan penyebutan sebagai Bapak Museum Indonesia.

Kembali ke Hari Museum Nasional, tanggal apa pun yang ditetapkan seharusnya menjadi momen untuk mengajak semakin banyak masyarakat ke museum. Kalau ke mal atau pusat perbelanjaan, hampir tiap hari bisa pergi, luangkanlah waktu 1 atau 2 hari dalam sebulan untuk ke museum. Ke museum asyik juga, lho.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun