[caption id="attachment_359844" align="aligncenter" width="560" caption="Sampul Hari Pertama prangko seri Konferensi Dunia PBB tentang Penanggulangan Bencana dengan tanda tangan Ketua Kwartir Nasional (Kwarnas) Gerakan Pramuka, Dr. Adhyaksa Dault, SH, MSi, dan cap stempel Kwarnas."][/caption]
Setiap tahun, Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika (dulu namanya Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi), Kementerian Komunikasi dan Informatika, selalu menyelenggarakan lomba desain prangko. Tema desainnya berbeda-beda. Untuk lomba pada 2014, tema yang dipilih adalah desain prangko yang terkait dengan bencana alam.
Prangkonya sendiri diterbitkan pada 2015, dalam rangka menyambut Konferensi Dunia Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) tentang Penanggulangan Bencana. Suatu konferensi tingkat dunia yang diadakan di Jepang.
Begitulah, lomba akhirnya digelar dan ada tiga pemenang. Untuk kategori A (di atas 20 tahun), pemenangnya adalah Marwan Chandra Nugroho dari Yogyakarta. Sementara pada kategori B (12 sampai 20 tahun), desain terbaik adalah karya Hilmi Surya Majid, yang juga berasal dari Yogyakarta. Sedangkan pada kategori C (di bawah 12 tahun), pemenangnya adalah karya Febionnetta Probowati dari Semarang, Yogyakarta.
Hasil karya mereka kemudian diterbitkan secara resmi pada 14 Maret 2015, bertepatan dengan pembukaan Konferensi Dunia PBB tentang Penanggulangan Bencana yang diadakan di Sendai, Prefektur Miyagi, Jepang, 14 sampai 18 Maret 2015. Bersamaan dengan penerbitan satu set yang terdiri dari tiga prangko dengan desain berbeda namun tiap desain berharga satuan (nominal) yang sama yaitu Rp 3.000, diterbitkan pula Sampul Hari Pertama (SHP).
Sampul atau amplop yang disebut SHP adalah pelengkap penting yang dikeluarkan bersamaan dengan penerbitan suatu prangko baru. SHP itu biasanya berupa sampul atau amplop yang di bagian kiri depan dicetak gambar dan tulisan yang temanya sesuai dengan satu set prangko baru yang ditempel lengkap di bagian kanan atas depan sampul itu. Kemudian dilengkapi dengan cap atau stempel pos khusus yang dibubuhkan pada prangko-prangko tersebut.
Sebagaimana informasi dalam detail teknis prangko baru itu yang lembaran detail teknisnya disiapkan oleh PT Pos Indonesia sebagai instansi yang mendistribusikan semua prangko Indonesia yang baru terbit, maka tiap prangko ada judul atau penjelasannya. Untuk prangko yang desainnya dibuat oleh Marwan Chandra Nugroho, judulnya adalah “Penanggulangan Resiko Bencana”, kemudian karya Hilmi Surya Majid berjudul “Penanggulangan Bencana Banjir”, dan karya Febionnetta Probowati berjudul “Bantuan Kemanusiaan”.
Uniknya, paling tidak dari sudut penulis, salah satu prangko dan gambar pada SHP yang merupakan karya Marwan Chandra Nugroho menampilkan desain seorang Pembina Pramuka sedang membimbing atau mengajarkan cara pemakaian masker kepada dua anggota Gerakan Pramuka, yang bila dilihat dari seragamnya adalah Pramuka Penggalang.
Bagi anggota Gerakan Pramuka yang kritis mungkin mempertanyakan, mengapa Pembina puteri membimbing Pramuka putera, padahal di kalangan Gerakan Pramuka dikenal satuan terpisah, di mana Pembina putera membina peserta didik putera, dan begitu pula Pembina puteri membina peserta didik puteri.
Penjelasannya bisa saja, saat itu yang dijadikan desain oleh sang desainer adalah aktivitas di sebuah kelas di sekolah, hanya kebetulan saat itu adalah hari latihan Pramuka, sehingga baik guru maupun siswa berseragam Pramuka. Bisa juga desain itu menggambarkan kejadian sebenarnya, di mana ada gunung meletus (di gambar terlihat pada latar belakang), dan dalam keadaan darurat, maka Pembina puteri tadi mengajarkan cara pemakaian masker pada peserta didiknya.
Tapi apa pun itu, kegiatan Pramuka yang terkait dengan penanggulangan bencana memang bukan hal yang baru. Sejak lama, anggota Pramuka di mana pun banyak yang terlibat dalam kegiatan penanggulangan bencana. Bahkan sejak akhir 1997 ketika krisis ekonomi yang berkembang menjadi krisis multi dimensi di Indonesia, Kwartir Nasional Gerakan Pramuka sebagai induk organisasi pendidikan kepanduan di Indonesia, sepakat untuk lebih mengedepankan aksi-aksi nyata Pramuka dalam memberikan bakti bagi masyarakat lewat kegiatan yang dinamakan Pramuka Peduli.
Maka di banyak daerah, berkembanglah kegiatan Pramuka Peduli. Bahkan untuk aksi-aksi penanggulangan bencana, ada yang membentuk Brigade Penolong, tim SAR Pramuka, dan sebagainya. Ketika Aceh dan sebagian Sumatera Utara dilanda gempa dan tsunami, para anggota Gerakan Pramuka termasuk yang pertama-tama ikut membantu di sana.
Bencana banjir, gunung meletus, dan berbagai bencana alam lainnya, Pramuka pun ikut turun serta. Ada yang langsung turun secara fisik, tak sedikit pula yang memobilisasi bantuan dan mengirimkannya ke mereka yang membutuhkan bantuan.
Jadi, penerbitan prangko dan SHP kali ini dapat dianggap pula sebagai bukti dan apresiasi pada kegiatan Pramuka tersebut. Pramuka Peduli sudah tercatat dalam prangko dan SHP Indonesia, dokumen resmi yang diterbitkan oleh Pemerintah Republik Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H