Mohon tunggu...
Berty Kristina Napitupulu
Berty Kristina Napitupulu Mohon Tunggu... Guru - Berjalan bersama dengan Tuhan

Pembelajar seumur hidup untuk memanusia dan memanusiakan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perempuan

23 September 2021   23:58 Diperbarui: 24 September 2021   00:00 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tuhan menghendaki umat-Nya, apapun gendernya untuk hidup menghasilkan buah Roh (bnd. Galatia 5: 22-23). Lebih dari pada itu bukankah Yesus Kristus mati di kayu salib untuk menebus baik laki-laki maupun perempuan dengan darah-Nya yang kudus? Artinya, laki-laki dalam perempuan, di dalam Kristus sama berharganya. Paradigma laki-laki lebih berharga dari perempuan sungguh merusak desain Allah menciptakan laki-laki dan perempuan dengan keunikan masing-masing. 

Perempuan memang dibangun dari tulang rusuk Adam, tetapi itu tidak membuat Adam menjadi lebih manusia dibanding Hawa (perempuan). Keduanya Allah ciptakan untuk saling melengkapi sebagai gambar dan rupa Allah, yang Allah katakan sungguh amat baik. 

Paulus dalam suratnya ke jemaat di Korintus menegaskan bahwa di dalam Tuhan tidak ada perempuan tanpa laki-laki dan tidak ada laki-laki tanpa perempuan. Sebab sama seperti perempuan berasal dari laki-laki, demikian pula laki-laki dilahirkan oleh perempuan; dan segala sesuatu berasal dari Allah (1 Korintus 11:11-12 ). 

Sepanjang sejarah dunia  menunjukkan kaum perempuan (feminin) dirugikan dalam semua bidang dan dinomor duakan oleh kaum laki-laki (maskulin) khususnya dalam masyarakat yang patriarchal sifatnya. Perempuan dianggap dan diperlakukan lebih inferior dari pada  laki-laki. Tidak jarang perempuan 'bernilai' tergantung kedudukan pria yang ada dalam hidupnya. Di dalam bidang politik ada satu masa di mana perempuan tidak memiliki hak dipilih atau memilih. 

Pada masyarakat tradisional, pria ditempatkan diluar rumah sebagai pencari nafkah sedang perempuan ditempatkan di rumah. 

Keadaan ini memang  terus mengalami perubahan dengan munculnya orang-orang yang memperjuangkan kesetaraan gender, termasuk salah satunya gerakan feminisme. Namun tetap perlu mencermati, jangan atas nama kesetaraan gender, perempuan malah menyangkali hakikat dirinya yang unik sebagai perempuan. 

Nilai-nilai budaya yang dihidupi seharusnya dievaluasi dan ditundukkan dibawah nilai-nilai kebenaran firman sebagai tolok ukur absolut.  

Baik laki-laki maupun perempuan, mempersembahkan diri sebagai persembahan yang hidup kepada Tuhan Sang Pemberi hidup adalah hakekat hidup. Soal bagaimananya, mungkin dipengaruhi oleh gender dan keunikan lainnya, yang dimiliki masing-masing orang (apapun gendernya).  

Untuk itu, mari ciptakan budaya hidup yang baru, budaya yang memperlakukan baik laki-laki maupun perempuan sebagai sesama manusia. 

Perintah Tuhan jelas: kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Baik laki-laki maupun perempuan, tidak ada yang mau "dinomor duakan", jadi kenapa harus dibuat sulit, hilangkan saja nomornya karena laki-laki dan perempuan sehakekat: gambar dan rupa Allah. Perempuan perlu mulai menghargai dirinya sebagai pribadi yang sama berharganya dengan laki-laki sehingga bisa memperlakukan sesama perempuan juga dengan sudut pandang yang sama. 

Selamat berperan dan berkarya perempuan Indonesia, aktualisasikan diri sesuai dengan keunikan potensi yang sudah Tuhan anugerahkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun