Masjid Arrahman di Jalan Sudirman Pekanbaru masih lenggang. Masih ada satu jam sebelum shalat Jumat (04/12/2015).
Dari kejauhan, seorang anak, berkaos putih celana kain duduk di samping rak sepatu. Tangannya yang kurus, telaten mengusap sepatu-sepatu yang dititipkan jamaah Masjid. Bintang namanya.
Bintang adalah Siswa kelas satu di SMP PGRI Pekanbaru. Sudah tiga tahun dirinya menjadi penyemir sepatu. "Dari kelas empat SD bang, untuk bantu-bantu orang tua," katanya sambil mengoleskan semir hitam, jumat (04/12/2015).
Tidak ada raut lelah. Siang itu Bintang menjalani profesinya tanpa sungkan. Ia tak sendiri. Tak jauh di sampingnya, ada Habibi, dan sama juga mencari duit sebagai penyemir sepatu. "Semir bang? semir?" tanya Habibi.
Kru bertuahpos menggeleng. Tampaknya Habibi lebih pemalu. Habibi pergi, menanyakan hal yang sama kepada jamaah lain, yang memang sudah mulai ramai. 30 menit lagi, waktu Shalat Jumat masuk.
Sepatu yang minta disemir terus bertambah pada Bintang. Kalau dihitung ada sekitar 10 sepatu dan sendal. "Kalau hari biasa enam sepatu bang. Kalau Jumat dari Zuhur sampai Maghrib bisa 30 sepatu," katanya.
Bintang mematok sekali semir Rp 5ribu. Selain membuat sepatu yang kebanyakan milik pekerja kantoran mengkilap, Bintang juga menjaga agar jangan sampai hilang. "Tapi waktu shalat tetap ikut shalat bang," katanya.
Sebenarnya Bintang bisa saja tidak menyemir lagi. Karena saat ini ibunya sudah dibantu orang lain membuka usaha laundry sedangkan ayahnya merupakan supir mobil molen. Dulu sekali saat Bintang masih SD, ibunya menjual koran.
Namun meski mulai mapan, Bintang tak ingin menyusahkan orangtuanya. Tak seperti anak sebayanya yang lebih asik menghabiskan waktu dan duit orang tua di warnet, PS, atau jalan-jalan ke pusat perbelanjaan. Bintang memilih mencari duit sendiri, walau menyemir sepatu.
Bintang tidak melupakan sekolahnya. Menyemir sepatu hanya dilakoninya pulang sekolah. Hasil semir sepatu untuk dibeli peralatan sekolah. "Kalau uang sekolah masih dibantu orang tua," sebutnya.
Seperti kebanyakan anak seusianya. Bintang juga punya cita-cita. "Mau jadi polisi bang," katanya tegas.
Sayup-sayup mulai terdengar suara petugas masjid memberi tahu sebentar lagi waktu shalat Jumat tiba. Bintang dan penyemir sepatu mungil lainnya berbegas selesaikan tugasnya. Sebentar lagi khatib mau naik mimbar. (Riki)
source: http://bertuahpos.com/berita/cerita-bintang-penyemir-sepatu-yang-mau-jadi-polis.html
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H