Mohon tunggu...
Bert Toar Polii (Bertje)
Bert Toar Polii (Bertje) Mohon Tunggu... Editor - Atlet, Pelatih, Jurnalis Bridge

Lahir 30 Agustus 1953 di Tondano. Penerima Satya Lancana Dharma Olahraga dari Presiden Jokowi, Atlet legenda dari Menpora dan Tuama Leos, Keter wo Nga'asan dari Rukun Keluarga Besar Ratulangi saat memperingati 128 tahun Dr. GSSJ Ratulangi. Sampai sekarang masih aktif sebagai atlit, pelatih dan jurnalis.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Tahun 2024 Sejarah Terkelam Bridge Indonesia

19 Oktober 2024   10:49 Diperbarui: 19 Oktober 2024   10:51 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahun 2024 Sejarah Terkelam Bridge Indonesia

Oleh : Bert Toar Polii

Tahun 2024 tinggal hitungan hari akan berlalu dan jika itu terjadi maka akan menjadi catatan sejarah terkelam buat bridge Indonesia.

Mengapa? Karena tahun ini menjadi tahun dimana PB Gabsi tidak menggelar Kejurnas Bridge seperti biasanya termasuk Mukernas Bridge yang selalu diadakan dua tahun sekali pada tahun genap.

Selama ini PB Gabsi menggelar dua Kejurnas setiap tahun, yaitu Kejurnas Bridge  Antar Gabungan dan Kejurnas Bridge Antar Klub.

Kejurnas Bridge Antar Gabungan kemudian berubah nama menjadi Antar Kabupaten/Kota.

Antar kota dimulai pada tahun 1965 di Jakarta dengan memperebutkan Scorpio Bowl. Nama piala diambil dari nama perusahaan otomotif Scorpio motors dimana pemiliknya Alex Frans Logyantara yang menjadi pencetus event ini.

Tahun 1972 justru diganti menjadi Antar Gabungan dan Piala diganti menjadi Piala Presiden Soeharto mulai tahun 1969.

Pada mulanya, setiap regu terdiri dari kombinasi tiga tim empat-kawan dengan jumlah pemain minimum 12 orang dan maksimum 18 orang. Oleh karena jumlah peserta makin bertambah banyak, mulai tahun 1974 peserta dibagi dalam dua klasemen. Klasemen A terdiri dari delapan Gabungan terbaik hasil Kejurnas sebelumnya, dan sisanya di klasemen B. Tahun 1975, Sidang Pengda yang berlangsung di Banjarmasin, menambah jumlah peserta Klasemen A menjadi 10 Gabungan. Kemudian berdasarkan keputusan Kongres GABSI tahun 1980 di Baleendah, Bandung, sejak tahun 1982 setiap Tim Antar Gabungan terdiri dari kombinasi 2 tim empat-kawan, dan jumlah peserta klasemen A menjadi 16 Gabungan. Kongres GABSI 2010 di Batam kemudian merubah menjadi hanya satu pat-kawan. Namun tetap mempertahankan sistim pertandingan dua pat-kawan tapi hanya untuk Antar Propinsi.

Kejuaraan Antar Propinsi sendiri baru dimulai tahun 1995 di Kuta Bali dengan satu pat-kawan dan baru berubah jadi dua Patkawan tahun 2012 di Jakarta.

Setelah mempelajari perkembangan bridge sejak berkecimpung di olahraga ini tahun 1971 maka pada Kejurnas Bridge Lubuk Linggau 2016 saya menulis ide untuk menggabungkan kedua nomor pertandingan besar ini dalam satu event dan bisa terlaksana setahun sekali sehingga runtinitas pembinaan terjaga. Selain itu ada subsidi silang antara Propinsi dan Kabupaten/Kota. Gayung bersambut, Mukernas GABSI Lubuk Linggau meminta PB Gabsi mempelajari ide ini. Setelah dicermati, ide ini menarik dan mungkin dikerjakan apalagi tuan rumah Surabaya siap melaksanakan maka akhirnya ide ini terwujud. Tahun 2017 di Sidoardjo dan 2018 di Padang  kedua event Antar Propinsi dan Gabungan digabung.

Tahun 2019 di Jakarta kembali hanya mempertandingkan Kejurnas Antar Propinsi karena dikaitkan dengan PRA-PON 2020 di Papua. Selanjutnya tidak ada Kejurnas Bridge karena pandemic covid-19 dan baru tahun 2023 diadakan Kejurnas Bridge lagi dan kembali hanya dipertandingkan nomor Antar Propinsi karena juga dikaitkan dengan PRA-PON Sumut-Aceh 2024.

Tahun 2022 di Kejurnas Bridge Solo dipertandingkan nomor Antar Gabungan. Berkaca dari dua Kejurnas Bridge terakhir seharusnya tahun ini Kejurnas Bridge Antar Gabungan atau kembali di gabung seperti tahun 2017 dan 2018. Seharusnya model Kejurnas tahun 2018 dan 2019 dipertahankan karena sudah dipelajari dan diputuskan.

Sayangnya karena PB Gabsi terpilih tahun 2022 di Kejurnas Bridge ke 58 & Kongres Gabsi di Solo, sepertinya sudah mati suri sehingga tidak ada rencana Kejurnas Bridge tahun sejak 2024. . Termasuk Kejurnas Bridge Antar Pelajar. Mahasiswa dan Junior yang seharusnya menjadi cikal bakal pemasalan olahraga bridge di masyarakat.

Memang ada edaran dari Panpel Festival Bridge Kota Batu ada Kejurnas Bridge Mahasiswa XXIII dan Pelajar XVIII pada tanggal 12-16 Nopember 2024. Tapi melihat jadwal yang hanya dua hari pertandingan rasanya tidak pantas untuk dinamakan Kejurnas Bridge, lebih tepat kalau disebut festival, karena kualitas tidak mungkin tercapai. Betul kata Joto Then mantan Ketua Bidang Teknik PB Gabsi periode sebelumnya, apakah ini terjadi karena PB Gabsi auto pilot?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun