Untuk sepenuhnya mencerminkan tema pertukaran dalam Turnamen Undangan "Jalur Sutra Maritim", kompetisi ini mengadopsi format yang unik. Pada tahap pertama, tim luar negeri akan bersaing dengan tim lokal Tiongkok, memberikan kesempatan untuk saling adu keterampilan.
Selain itu untuk mengapresiasi sepenuhnya sejarah dan warisan budaya Quanzhou, sebuah kota warisan dunia yang dikenal sebagai "Song dan Yuan Tiongkok, Jalur Sutra Maritim Quanzhou", tur budaya satu hari ke situs warisan dunia Quanzhou diatur selama kompetisi. Jadi pada tanggal 20 April tidak ada kompetisi khusus untuk wisata.
Hotel tempat kita menginap dan bertanding adalah : HOTEL QUANZHOU.
Quanzhou Hotel dikenal sebagai Quanzhou Hotel, yang kaya akan warisan sejarah dan budaya serta pelayanan prima. Hotel ini dianugerahi hotel bintang lima pertama di Quanzhou pada tahun 2004. Terletak di kawasan bisnis inti Quanzhou, sebuah kota sejarah dan budaya terkenal di Tiongkok, hotel ini memiliki lokasi yang sangat baik, dan dekat dengan tempat belanja.
Suhu di Quanzhou sangat bersahabat, siang hari berkisar 24*C paling 29 *C sedangkan malam hari 18 sampai 23. Tanggal 20-22 diperkirakan ada hujan. Tanggal 17-19 suhunya sangat baik dan cerah.
Ada 4 restoran Indonesia di Quanzhou, yaitu : Pandan Indonesian, Lombok Indonesian, Sha Ba MalaiXiYa dan Xiang Lan Yi Ni bisa lihat disini : https://www.tripadvisor.co.id/Restaurants-g298555-c10690-Guangzhou_Guangdong.html
Di Quanzhou juga ada kampong Bali dan ini sedikit ulasannya :
Di kota Quanzhou sendiri, kampung Bali Nansan terlihat unik
dengan candi bentar khas Bali lengkap dengan "pelinggih" atau tempat pemujaan umat Hindu di kiri kanan pintu gerbang masuk.
Suasana di sekitar kampung tersebut cukup asri dan sejuk mengingat berada di kaki bukit Qingyuan.
Tidak seperti kampung biasanya, kampung Bali Nansan itu berdiri megah beberapa blok apartemen dan dilengkapi dengan sistem keamanan "cluster" untuk rumah susun.
Kampung tersebut didirikan pemerintah Tiongkok yang diberikan khusus bagi warga keturunan Tionghoa di Bali yang memilih kembali ke China pada tahun 1960`an.
Sebagian besar warga yang menghuni kampung itu berasal dari Buleleng dan Tabanan serta beberapa lainnya dari Bali seperti Badung.
Selain itu ada Mesjid Qingjing yang wajib dikunjungi.
Karena poisisinya yang vital di jalur sutera, pada jaman dahulu banyak pedagang dari timur tengah dan Tiongkok barat yang mampir ke Quanzhou. Kebanyakan dari mereka adalah muslim jadi di bangunlah masjid ini. Suasana masjid sangat tenang. Ukurannya pun tidak terlalu besar. Sebenarnya tidak terlalu spesial masjid ini tapi untuk penggemar sejarah mungkin bisa berkunjung untuk mengetahui kebudayaan berbeda di Quanzhou.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H