Oleh : Bert Toar Polii
Sebelumnya tukang bridge pernah menulis tentang peluang Indonesia untuk menuju Kejuaraan Dunia Bridge di Maroko menemui jalan terjal.
Ini karena melihat persiapan tim yang sepertinya kurang terprogram dengan baik serta beberapa pergantian pemain yang tentu saja akan menghadapi hambatan dalam masalah partnership.
Di nomor open team seharusnya tidak ada masalah, tapi saingannya sangat keras. Tim China yang jadi juara sudah dipersiapkan lama karena sekaligus juga dipersiapkan untuk Asian Games Hangzhou.
Namun seharusnya mereka mampu bersaing terutama ketika melawan Singapura di babak play-off pertama. Sayangnya justru sepertinya para pemain kita terbebani sehingga membuat banyak kesalahan sendiri.
Sebab pada babak penyisihan Indonesia sempat mengalahkan Singapura 17.34 -- 2.66 VP dan kalah tipis 8.42-11.58 VP.
Pada dua partai tersebut kedua tim turun dengan kombinasi pemain yang sama.
Berbeda yang terjadi di babak play-off pertama, Indonesia mengganti satu pasangan sedangkan Singapura tetap. Padahal Indonesia sebagai tuan rumah bisa memilih lawan. Pengalaman tukang bridge ketika menjadi Non Playing Captain akan menurunkan pasangan yang pernah menang untuk menghadapi lawan yang sama.
Tahun 2011 tukang pernah beruntung dengan strategi ini ketika menjadi NPC timnas putri. Di babak play off melawan Jepang saya mendapat informasi dari pemain putri bahwa ada pemain Jepang yang tidak suka dengan gaya bermain dari salah satu pasangan putri kita. Berdasar info tersebut saya gunakan strategi tersebut dan mengusahakan agar pasangan tersebut bisa berhadapan dengan lawan yang ia tidak inginkan dan berhasil. Tahun yang sama di Veldhoven Belanda justru saya diuntungkan oleh sifat arogan NPC putri Amerika Serikat yang ingin pemainnya berhadapan dengan pasangan Suci Amita Dewi/Kristina Wahyu Murniati yang mengalahkan mereka. Mereka menganggap enteng tim kita karena baru pertama kalinya lolos ke babak 8 besar. Kita akahirnya mampu mengalahkan mereka,
Strategi yang sama diterapkan PC Jepang Senior dimana ketika mereka bisa memilih pasangan Yamada/Imakura akan memilih pasangan saya karena merasa nyaman berhadapan dengan saya dibanding pasangan Jepang lainnya.