Tondano Dirusak Oknum Tidak Bertanggung JawabOleh : Bert Toar Polii
Mari Beking BagusAlumni Smanto 170-1 Tondano dibawah pimpinan Irjen. Pol. (Purn) Drs. Carlo Brix Tewu sejak tahun 2020 telah membuat gebrakan  spektakuler peduli Tondano menanggapi berbagai masukan dari WAG Tondano Kinatoanku.
Bersama tokoh-tokoh senior dari Tondano, seperti Vreeke Runtu, Harry Montolalu, Lucky Kalonta, Kiddy Mamuaya, Edu Pakasi, Ibu Joice Ansori Rumbayan, Frans Wagey, Ibu Greetty Tielman dan lain-lain, Alumni Smanto 170.1 telah menggelar dua  kegiatan besar peduli Tondano dengan cara memperindah Kota Tondano.
Ada dua program yang dikerjakan,  jangka pendek : Mari  Menanam Bunga di halaman rumah atau dalam bahasa Tondano Meimou Tumanem Wungang Waki Kalasan.
Agar menarik maka  dibuat lomba yang  dikaitkan  perayaan HUT Minahasa yang jatuh pada tanggal 5 November 2020.
Event ini telah berjalan dengan sukses.
Selain itu ada program jangka menengah, dimana  di jalan-jalan masuk ke Tondano seperti dari Tataaran sampai Tondano, dari Tounsaru, Touliang Oki, Papakelan ditanam Tabebuya kuning atau pohon terompet emas, sejenis tanaman yang berasal dari Negara Brazil yang sering dikira tanaman dari Jepang karena mirip tanaman sakura. Program jangka menengah ini dinamakan Mari Beking Bagus Tondano.
Secara simbolis, penanaman Pohon Tabebuya ditanam di Lapangan Dr Sam Ratulangi Tondano pada Senin (24/08/20).
Acara ini dihadiri Bupati Minahasa, Dr. Ir. Royke Octavian, M.Si bersama Wakil Bupati, Robby Dondokambey, S.Si dan Ketua Alumni SMA 170 Tondano serta Komunitas Tondano Kinatouanku  yang ada di Tondano. Program Mari Beking Bagus Tondano turut difasilitasi Bupati Minahasa periode 2003-2013, Drs. Stevanus Vreeke Runtu serta tim kerja Peduli Tondano, Deithy Worek, Jeff Mambu, Anetha Tilaar dan kawan-kawan.
Sekarang sudah berjalan dua tahun dan Tabebuya sudah bertumbuh dengan baik dan sudah mencapai ketinggian sekitar 2 meter lebih dan tidak lama lagi akan segera berbunga dan pasti usaha memperindah kota Tondano segera akan terwujud.
Bisa dibayangkan jika 2000 pohon yang ditanam dan tidak perlu 100% jadi, cukup 50% saja yang tumbuh baik dan berbunga bisa dibayangkan bagaimana indahnya jalan-jalan di kota Tondano.
Sayangnya usaha mulia ini tidak berjalan mulus karena janji Pemda Minahasa untuk merawat pohon yang ditanam kurang berjalan dengan baik sehingga kembali Alumni Smanto 170.1 harus menggerakan hati para Alumni yang tinggal di Tondano untuk membantu merawatnya.
Tapi yang paling menyedihkan masih ada oknum yang tidak bertanggung jawab dan merusak program ini dengan menebang dan merusak pohon tabebuya.
Awalnya hanya 1 atau 2 pohon dan masih dianggap ada unsur ketidak sengajaan tapi dua hari yang lalu ada 5 pohon yang sengaja dirusak.
Sehubungan dengan hal ini kami menghimbau seluruh masyarakat kota Tondano dan Pemda untuk lebih peduli dalam memelihara pohon tabebuya yang ditanam demi indahnya kota Tondano dengan susah payah dapat dijaga dan dan dipelihara.
Ingat kearifan lokal Minahasa yang ditinggalkan para tetua kita. Dulu torang pe tetua pada setiap ada kesempatan selalu akan berusaha menanam pohon. Pohon apa saja ditanam. Kalau ditanya untuk apa, jawabnya ringan vor anak cucu. Jelas mereka sudah berpikiran jauh kedepan karena pohon pasti banyak manfaatnya baik untuk lingkungan maupun bisa sebagai penghasilan nantinya.
Sekarang janganlah apa yang sudah ditanam malah kita merusaknya bukan menjaga atau memeliharanya. Meimou mewali-wali wangunen Tondano, the heart of Minahasa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H