Kabarnya, ia gantung diri dengan kabel dengan kursi kerja yang ada rodanya, yang ia geser sehingga lehernya terjerat dan kakinya melayang diatas lantai. Tidak diketahui persis hari apa ia meninggal. Pihak forensik tidak menemukan apapun yang berkaitan dengan wasiat atau apapun terkait itu di kontrakannya. Kabar resmi yang sampai di kantor, ia bunuh diri.
Jasadnya lalu dipulangkan ke daerah asalnya di Jawa. Teman-teman kantor juga tak tahu persis dimana. Salah satu staff HRD kantor yang diutus untuk melayat ke rumah keluarganya juga bercerita bahwa kelurganya sangat normal, keluarga kelas menengah pada umumnya.Â
Dari permukaan memang tidak ada yang janggal. Pun, staff HRD kantor - yang juga aku kenal - juga tidak begitu niat mendalami latar belakang keluarganya. Ia diutus kantor, menjalani formalitas, sudah.
Sambil aku menuangkan minuman sereal dan nonton berita, aku berpikir, bukankah sahabat terbaik diri kita bisa jadi adalah diri sendiri? Ya, bisa saja bukan sih, tetapi kan hubungan antara psikis dan situasi pikiran kita cukup kompleks.Â
Emosi kita saat ini kan dipengaruhi oleh memori masa lalu kita, atau berbagai hal lain. Akar dari munculnya emosi negatif atau positif, berasal dari pemikiran-pemikiran kita yang berakhir pada bagaimana kita memperlakukan diri kita sendiri.Â
Dengan berjalannya waktu, permikiran-pemikiran tersebut bisa saja menumpuk. Hal ini yang dapat meruncing ke hal-hal tertentu. Bagaimana hubungan dia dengan dirinya sendiri ya? Entah, tapi dia dapat menyembunyikannya dengan rapi. Sangat rapi.
Lalu apa penyebabnya? Mungkin utang. Apa iya dia punya utang? Dia memang belum lama ini beli microwave baru sih. Entah juga, beli itu pakai hasil utang? Atau dia membayar utang keluarganya mungkin ya?Â
Toh, gak ada yang kenal keluarganya. Gak tau juga. Atau penyakit yang disembunyikan ya? Mungkin dia ada HIV atau apa? Putus cinta mungkin. Memang dia punya pacar atau calon? Entah juga.Â
Di medsos miliknya tak pernah ada foto atau apapun yang mengindikasikan dia berpasangan. Apa mungkin seperti yang banyak kita dengar, karena korban punya trauma masa lalu yang kuat terhadap sesuatu, entah karena keluarga atau apa.
Aku pindah ke teras, menyalakan rokok. Satu hisap, dua hisap... toh apa yang bisa orang lakukan terhadapnya ya? Tidak semudah itu terbuka pada orang lain untuk "masuk" ke dalam dirinya. Pun, bisa saja, ia tidak merasa dirinya bermasalah berat, mungkin baginya masalah-masalah sentimen itu tidak perlu ditolong. Memang sih, masalah sentimen seperti itu adalah masalah kita dengan diri kita sendiri, tapi kan bagaimana ya.... Ini menjadi masalah etis.Â
Kepribadian tiap orang berbeda-beda, tidak semua orang bisa memahami suatu kejadian psikologis yang terjadi pada dirinya secara terbuka dan menyeluruh. Tidak semua orang merasa butuh bantuan orang lain. Tidak semua orang merasa bahwa kegelisahan atau kecemasan itu adalah masalah yang perlu dipertimbangkan untuk diatasi.Â