Pada liburan ke Bali akhir tahun 2019 ini aku mendapatkan sebuah pencerahan. Aku berlibur bersama ibuku dan teman-teman SMAnya. Diantara rombongan tersebut, ada tante Titiek yang merupakan sahabat baik ibuku semasa SMA. Dalam perjalanan itulah aku pertama kali mengenal tante Titiek. Ibuku sangat dekat dan banyak mengobrol dengan tante Titiek, dengan demikian juga aku pun mengetahui banyak hal tentang beliau. Singkat kata, dia juga menulis di Kompasiana dan memberitahuku mengenai keberadaan Kampret.
Pada tante Titiek, aku bercerita bahwa salah satu hambatanku menulis blog adalah referensi. Mungkin karena terlalu banyak kuliah, membaca, dan kurang meluangkan waktu untuk berpikir serta meresapi pengalaman organik yang aktual, sehingga aku sulit menulis. Aku banyak berpikir mengenai referensi dan rujukan saat mulai menulis. Aku ingat suatu hari saat mengobrol ngalor-ngidul bersama seorang teman di kampus mengenai simplifikasi perilaku dari sudut pandang pekerjaan dan status ekonomi sosial yang aku refleksikan dari pengalaman pribadi yang "terkait" dengan sebuah cerpen oleh Marselli Sumarno berjudul Putri Keraton yang diterbitkan dalam buku Cerpen Pilihan Kompas 1995. Pengantar buku tersebut juga sangat bernutrisi dan tajam, tidak lain ditulis oleh Romo Y.B. Mangunwijaya.
Isi dari bagian pengantar itu menekankan pada melihat sebuah tema besar, relevansi, dan intisari dari sebuah cerpen yang ditulis secara singkat, padat, dan sistematis tanpa banyak ruang untuk bertele-tele disana. Aku melihat banyak fenomena sosial melalui sudut pandang itu. Kembali pada percakapan ngalor-ngidul bersama temanku ini, aku beropini bahwa kita mahasiswa tidak berperilaku jauh-jauh dari beberapa hal utama, yaitu tuntutan akademis, kemamuan untuk meraih achievement, motif-motif sosial, sudah.
Aku mengatakan bahwa pola-pola tersebut juga bisa saja terjadi pada masyarakat umum dengan garis besar beberapa motif utama yang menggerakkan mereka, seperti motif-motif ekonomi, sosial, dan budaya. Juga terdapat beberapa motif lain yang berperan seperti motif pengembangan dan aktualisasi diri, motif estetis, dan lain sebagainya yang tidak terlalu dominan terlihat secara kontras dalam masyarakat. Diskusi commonsense tersebut ditolak mentah-mentah oleh temanku dengan pernyataan "Kamu sudah baca berapa jurnal dan penelitian untuk menyimpulkan itu? Penelitian mana yang mengatakan hal itu?" lalu aku bilang "Dari cerpen" lalu temanku ini balik mengatakan "Memangnya cerpen itu referensi akademik Psikologi?" Waktu itu aku tak terpikirkan untuk menjawab pernyataan itu dengan Rasionalisme dan Empirisisme yang dapat dilihat secara holistik dan tidak hanya dengan melihat salah satu sudut pandang tanpa mengindahkan sudut pandang lain.
Temanku yang lain sempat mencurahkan isi hatinya saat sedang mengerjakan tesis S2, dimana commonsense dan refleksi pribadi sangat dibatasi sehingga lebih banyak terdapat kutipan dan daripada pemikiran dan pemikiran yang murni dihasilkan dari dasar-dasar referensi. Aku mulai mempertanyakan esensi menulis karena aku percaya bahwa tulisan yang kita hasilkan sebaiknya juga berguna bagi orang lain, meskipun saat itu aku melupakan ranah-ranah akademis yang mengutamakan struktur serta referensi dan blogging dalam arti menulis secara bebas.
Mengobrol banyak bersama tante Titiek, aku mengalami Yoda Moment yang membuatku kembali dapat melihat kuatnya pengaruh pengalaman aktual dan organik dalam tulisan dan karya seseorang. Tante Titiek menulis puisi, cerpen, dan refleksi dalam akun kompasiana miliknya dan saat mengobrol secara langsung, aku sangat merasa bahwa kekuatan beliau dalam menyampaikan pendapat secara lisan maupun tulisan adalah spontanitas dan kejujuran.
Bermula dari diri saya yang terjamah semangat spontanitas dan kejujuran dalam berbagi pengalaman aktual dan organik lewat blog, saya menulis entri ini.
Referensi:
Penerbit Buku Kompas. 1995. Cerpen Pilihan Kompas 1995: Laki-laki yang Kawin dengan Peri. Jakarta: Penerbit Buku Kompas
https://www.goodreads.com/author/quotes/36556.Ren_Descartes?page=2
https://plato.stanford.edu/entries/rationalism-empiricism/
https://www.kompasiana.com/tyti
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H