Mohon tunggu...
Berti Khajati
Berti Khajati Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Alumni IKIP Muhammadiyah Purworejo (1998) dan SPs UHAMKA Jakarta (2021) menulis puisi, cerpen, pentigraf, cerita anak dan artikel nonfiksi lainnya bersama berbagai komunitas literasi di dalam dan luar negeri, mengabdi sebagai Kepala Sekolah di SDN Samudrajaya 03 Tarumajaya - Kab. Bekasi. Mempunyai quote "Filternya ada di dalam jiwa."

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Senandung Cinta Watugunung

28 April 2019   15:05 Diperbarui: 28 April 2019   15:13 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Alkisah Sang Dewi Sinta, permaisuri Prabu Palindriya
terbakar cemburu pada madunya
lepaskan pelukan Sang Raja, hutan belantara sebagai rumahnya
memondong kecewa dan kandungannya
Jaka Buduk terlahir papa di luar pagar istana
tumbuh meremaja, berkelanalah Sang Jejaka
menjelma Radite, sedap namanya terdengar di telinga

Berganti bulan dan tahun, matahari terus berevolusi
Radite berkuasa, raja Gilingwesi berjuluk Prabu Watugunung
gemar berburu melepaskan rindu, tiada buruan dibawa pulang
putri jelita menjerat kalbunya, terpateri cinta keduanya
membuahkan dua puluh delapan putra

Suatu ketika, permaisuri menyisir rambut Sang Raja
bekas luka memicu tanya, gerangan apa
Watugunung mengenang masa bersama Sang Bunda
dipukul sendok nasi hadiah bengalnya
tak syak, Sang Permaisuri terpana
Watugunung bercinta dengan ibunda
oh dewata, dosa apa kiranya

Keraton yang damai telah terusik
genderang perang mengobarkan nyala api
Watugunung terkapar mencium bumi
kembali dalam roh abadi

Nelangsa Sang Dewi Sinta
beserta putra  bela pati dalam nyala api
genap tiga puluh jiwa, terabadikan dalam almanak Jawa

Bekasi, 09 Maret 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun