Ini Minggu pagi dan kamu, ayahmu, serta adik perempuan berjalan-jalan ke pasar. Tujuan pertama adalah toko buah karena sudah dua hari terakhir kamu ingin sekali apel malang. Untuk tugas merangkai bunga besok, si Adik ingin membeli bunga mawar dan matahari. Sedangkan Ayah kehabisan stok biji kopi untuk digerus dan diseduh dengan mesin kopinya di rumah.
Sayang, dari satu toko ke toko lain, rak-rak pajangan untuk semua kebutuhan kalian kosong. Tiba-tiba, kamu sadar kalau ini semua ada hubungannya dengan berita yang kamu baca satu bulan yang lalu dari layar Smartphonemu: "Populasi Lebah Terakhir Telah Punah di Dunia". Tentu saja cerita di atas tidak pernah terjadi, tapi hal yang serupa atau lebih buruk bisa saja. Bagaimana mungkin?
Biodiversitas atau juga disebut keanekaragaman hayati menggambarkan seberapa beragam bentuk-bentuk kehidupan yang ada di suatu wilayah mencakup flora, fauna, dan makhluk hidup mikroskopis. Setiap jenis makhluk hidup di dalam sebuah habitat memiliki peran yang unik.Â
Oleh karena itu mempertahankan keragaman hayati sangat penting, lebih penting dari sekadar kita masih dapat melihat panda dan macan tutul di kebun binatang. Kepunahan satu atau beberapa jenis makhluk hidup di dalam suatu habitat dapat mengancam keanekaragaman hayati secara luas. Untuk memahami ini mari kita amati diagram jejaring makanan di atas.
Karena perburuan liar, populasi rusa (bulatan biru) di habitat ini turun drastis. Akibatnya, jumlah pemangsa alaminya yakni serigala dan singa gunung juga menurun karena kehilangan salah satu sumber makanan mereka.Â
Selain itu, populasi tumbuhan yang biasa dimakan rusa meningkat tak terkendali dan menyerap nutrisi di tanah lebih cepat dari yang bisa disediakan oleh dekomposer, sehingga lama-kelamaan tanah menjadi tandus. Ketika tanah menjadi tandus, produsen tidak dapat tumbuh dan berkembang biak dengan baik dan dapat menyebabkan habitat ini runtuh dari efek domino.Â
Para herbivor akan mati kelaparan karena kekurangan tumbuhan untuk dimakan, konsumen sekunder akan mati karena kekurangan herbivor untuk dimangsa, dan seterusnya sampai tingkat konsumen teratas.
Selain hubungan memangsa dan dimangsa, suatu spesies dapat mempengaruhi lingkungan melalui aktivitas yang dilakukannya. Lebah mengumpulkan nektar dari bunga-bunga untuk menghasilkan madu sumber makanannya. Saat hinggap di bunga-bunga, lebah sekaligus juga membantu terjadinya penyerbukan. Bunga yang diserbuki kemudian akan menghasilkan buah dan biji.Â
Dari biji ini lah tumbuhan baru dapat berkecambah. Sehingga spesies seperti lebah sangat penting perannya dalam perkembangbiakan tumbuhan-tumbuhan termasuk yang dibudidayakan manusia.Â
Bahkan, faktanya, sepertiga dari semua makanan yang diproduksi dari pertanian, dan hampir 90% penyerbukan dilakukan oleh lebah (Herlinda & Sari 2023). Hal menarik lain seputar penyerbukan adalah tanaman vanilla yang memiliki harga yang tinggi. Ini akibat di Madagaskar, negara produsen terbesar vanilla, petani harus membayar orang untuk melakukan penyerbukan secara manual, dari satu tanaman ke tanaman lain. Sementara di tempat asalnya, Meksiko, ada spesies lebah melakukan penyerbukan terhadap tanaman vanilla secara cuma-cuma (Anuradha et al. 2013).
Pohon-pohon dan alga menghasilkan oksigen untuk kita bernapas. Serangga kecil, jamur, dan mikrob mempercepat pembusukan materi organik dan menyuburkan tanah. Reptil dan amfibian kecil memakan serangga penyebab wabah seperti nyamuk.Â
Semua itu contoh jasa-jasa lingkungan yang dikerjakan oleh berbagai jenis makhluk hidup secara cuma-cuma. Menghentikan penyebab kepunahan dan penurunan keragaman hayati penting karena setiap spesies yang ada di alam memiliki peran yang sering tidak kita tidak sadari, namun sangat mahal dan tak ternilai apabila peran tersebut hilang akibat kepunahan.
Sumber:
- Herlinda, S., & Sari, J. M. P. (2023, January). Penyerbuk yang Berperan Meningkatkan Produksi Tanaman Semusim dan Tahunan secara Berkelanjutan. In Seminar Nasional Lahan Suboptimal (Vol. 10, No. 1, pp. 40-60).
- Anuradha, K., Shyamala, B. N., & Naidu, M. M. (2013). Vanilla-its science of cultivation, curing, chemistry, and nutraceutical properties. Critical reviews in food science and nutrition, 53(12), 1250-1276.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H