Isu primordialisme yang efektif mengubah prediksi pilkada DKI makin tumpul, karena rasionalitas pemilih DKI Â sedang makin dominan.
Meskipun mungkin sementara orang dapat beranggapan pernyataan Anies terlambat, hemat kita: better later than never. Sekecil apa pun manfaat pernyataan Anies itu, Â perlu diappresiasi demi pesta demokrasi yang makin dewasa. Bhineka tunggal Ika bagi publik DKI, ya Nusantara, tidak lagi sekedar slogan, sebaliknya publik makin mensyukuri perbedaan adalah spirit yang tiada henti kita jadikan jiwa dan jati diri bangsa. Meski di bagian jelang akhir pilkada DKI, Anies telah memulainya. Â
Akhirnya, kalau saja mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan yang bahkan mengaku bosan karena sudah sangat sering difitnah, dapat memberi pernyataan to the point terhadap ‘kawan tanding’ (sparing partner) paslon pilkada, ya Ahok-Djarot, yang bukan hanya bosan difitnah karena isu SARA, tetapi mengalami kejamnya fitnah (SARA) dan menghantarnya hingga ‘bosan’ jadi tersangka hingga terdakwa, seruan Anies jadi bermakna lebih dari sekedar ‘kesalehan sosial-politik’ seorang Anies.
Penulis, pengajar Multiculticulturalism-Cultural Diversity & State Philosophy pada President University, Jababeka, Cikarang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H