Mohon tunggu...
Berthy B Rahawarin
Berthy B Rahawarin Mohon Tunggu... Dosen -

berthy b rahawarin, aktivis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kompasianival itu Jokowi Banget Coi, Keren Abis!

13 Desember 2015   08:51 Diperbarui: 13 Desember 2015   11:23 666
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

[caption caption="TRIO JUARA "JAWARA" KOMPASIANIVAL"][/caption] 

Kompasianival itu Jokowi banget Coi, Gila! Kereen Abis! Judul ini tidak sekedar menyamakan ‘spirit dan pesan’ yang lahir dari sosok seorang presiden Jokowi (gaya bahasa ‘kultus individu’ yang tidak perlu, tetapi sesuai kenyataan belaka),  jejak hidupnya pun adalah seorang ‘pekerja keras,’ bicara seperlunya. Maka, sebelum tulisan ini hanya tampak sebagai puja-puji-sanjung kepada peserta Kompasianival yang datang dari pelbagai kota di Indonesia, saya menulis dengan kesan yang dalam dari ‘makna kerja’ dari seorang Ismael Basbeth, Quintus Lamere dan 'Pak Raden'

Daripada dikira ini sebuah puja-puji ‘asal panitia dan para sponsor (grup Gramedia-Kompas) senang, apalagi agar “Presiden Jokowi juga senang’ karena diagendakan akan hadir juga ke kompasianival, saya memuji seluruh stake-holder acara kompasianival penuh, mulai dari dari adik-adik siswa SMK Al-Kaaf, Malang, yang bola lampu ciptaannya telah dipasarkan di beberapa kota di Indonesia, dengan rekomendasi standar Eropa, hingga  hadirnya salah seorang aktor Indonesia, pemeran dalam film laga Star  Wars, Yayan Ruhiyan, dan beberapa peserta ‘kreatif’ lainnya. Saking ‘riang-kagum’ yang diam, 5 jam hadir tanpa petunjuk mendapat air minum di mana, hmmm…  mendengar  sutradara-penulis naskah film Ismael Basbeth, saya sungguh kagum padanya, lupa pula haus dan capek. Wah ini balik, bahasa advertorial, tanpa saling kenal, apalagi saling bayar. Hehehe..

Panggung 'Filosofi' Basbeth, Quintus dan 'Pak Raden'

Bagi Ismael Basbeth atau Quintus Lamere, bukan harga (uang) berapa atas karya mereka yang pertama, tapi seberapa besar Anda menhargai ‘hasil karya kreatif’ mereka, sebelum Anda ‘menilainya’ dengan ‘angka uang’. Kritik Ismael Basbeth, “Orang (calon pemodal) akan datang mendekati Anda (seperti terhadap sutradara yang lain), dan memulai pertama “Berapa harga Anda?” Hal yang menghinakan karya ‘kreatif seseorang’.

Guru Quintus Lamere menuturkan kisah ‘klasik’ (untold story) tentang dua orang calon pembeli “karya lukis”. Si penghayat (kolektor) sangat ingin memiliki sebuah lukisan sang pelukis. Sehingga ia rela menukarkan dengan beberapa koleksi lukisannya, dan sejumlah uang, asalkan ia bisa mendapatkan lukisan Sang Pelukis, yang telah berulang-kali dinaikkan harganya oleh Sang Kapitalis. Bagi Sang Kapitalis, “Money can buy anything”. Bagi Si Pelukis, yang berhak atas “karya lukisannya adalah “Sang Kolektor Penghayat makna.”

Mimpi (pesan) Ismael Basbeth parallel dengan sikap Kolektor Penghayat Makna dalam kisah guru Quintus Lamere. Paradoks kritik seni dan ‘harga’(angka) yang diberikan masyarakat, akan senantiasa berulang untuk setiap masa, dan setiap karya. Bagi Ismael Basbeth, Quintus, atau ‘penggila-penghayat karya’, angka  (harga) hanyalah sebuah konsekuensi kerja keras, bukan tujuan utama dan pertama. Mereka tidak hipokrit tentang ‘harga’ (angka) untuk kerja-keras mereka, tetapi memahami ‘ideologi’ yang lahir dari karya mereka tidak boleh dinomor-duakan, apalagi ditanggalkan dari ‘makna’ kerja bagi mereka. Tapi tentang keseimbangan itu idea-idea dan hasil karya, bagian akhir hidup Pak Raden Suyadi Unyil adalah kritik lain bagi kita semua.

Juaranya 'Jawara'

Namun, sebagai seorang filsuf-pencari makna kerja, saya terkejut dan kagum akan figure Ismael Basbeth, penulis naskah dan sutradara film, yang memberi inti ‘filosofi kerja’ atau ‘ makna kreatif dari kerja. Tampil dengan celana pendek ala Bob Sadino, sehingga, filosofi kerjanya Ismael Basbeth, saya ‘kawinkan’ sebagai pesan dengan pesan Bob Sadino tentang kerja.

Kompasianival adalah demo ‘agenda aksi’ dan inpirasi para ‘Jawara’ Indonesia di bidangnya masing-maing. Bangga menjadi Indonesia. Maulana Syuhada menunjukkan kepada duniaThe Magic of Angklung di daratan Eropa, Yayan Ruhiyan menunjukkan ‘jawara’ sejati di laga Star Wars, dan Ismael Basbeth menunjukkan karya, tapi juga filosofi yang kuat dari karya. Pak Raden 'Unyil' Suyadi  dan Quintus Lamere tidak ada di panggung Kompasianival, seperti anda yang belum sempat hadir.. Tapi makna Juara Indonesia telah ditancapkan. Inspirasi yang mahal dari event Kompasianival. Selamat datang presiden Jokowi. Di sini para juara dan ‘jawara’ bekerja dan bermimpi “ Indonesia harus Juara, dengan kerja keras.”

Maka 'juaranya jawara' itu Yayan Ruhiyan, 'bukan Presiden Jokowi. Tapi Kompasianival itu, memang Jokowi, banget!

 

*) Penulis, (mantan) pelukis, pemerhati seni. ;)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun