Nyaring sunyi nan teduh,
Memekakkan lalu-lalang musafir negeri
Peziarah arif nan bestari berseri mata hati.
Padat kata wicaranya,
Iringi  derap detak jantung,
Berlaksa bijak terlontar mengurai dari sinar matanya,
Kelam malam terbit-pancarkan indah bathinnya,
Surya pagi eram-pancang  lembut sinar perkasa  bathinnya
Hening jiwanya memekakkan bising raga,
Merobek hati nan membaja,
Alunkan bijak nan bajik,
Bathin musafir berseru-lantang di hening malam,
Gaungnya mengabadi di sanubari.
Dari surau keadilan  Kakek di desa.
Denyut jantungnya menggelegar di seluruh pelosok negeri,
Tik-tak-tok tik-tak tok...
Musafir pun bertakzim.
Berthy dari Duroa, Tahit Ko, DullahLaut
Jakarta, 18 Agustus 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H