"Mama, kakak nggak mau tarawih, habisnya kemaren Rara nggak taraweh"
"Hayo..kakak nggak mau tarawih karena nggak ada temen atau mau nonton Dewi Bintari..?"
"Hehehe..tapi kakak tetep nggak mau taraweh, capek..bosen.." Ketahuan alasan sebenarnya terkuak, si kakak coba cari alasan lain.
"Kak..taraweh itu kan karena siapa hayo? Allah atau teman?" Kalo taraweh dapat pahala dari Allah. Sekarang kakak pilih...mau dapat pahala dari Allah atau mau nonton Dewi Bintari..?"
"Ya..udah..kakak taraweh, tapi kenapa budhe nggak taraweh? Kenapa Rara nggak taraweh?"
....Dan akhirnya si emak..coba cari jawaban rasionalisasi kenapa mereka tidak taraweh. ....Dan sekarang, meski magnet sinetron "Dewi Bintari" sangat menggoda buat kakak, kakak sudah menikmati sholat taraweh bahkan 2 hari terakhir ini begitu sholat taraweh selesai selalu berkomentar, "Kok cepet ma.. Kakak pingin lebih lama lagi". --- Taraweh, adalah sholat sunnah yang ada di bulan Ramadhan ini. Di awal Ramadhan bisasanya mesjid penuh dan di hari-hari berikutnya semakin sedikit. Satu yang terlihat tetap konsisten, adalah anak-anak. Taraweh buat anak kecil (baca usia balita)bisa menyenangkan tapi juga sekaligus bisa membosankan karena durasi yang cukup lama sehingga membuat capek, apalagi kalau tidak ada teman bermain. Buat anak semua tempat adalah tempat bermain, termasuk juga masjid atau mushola.
"Buat ibu-ibu yang membawa anak, harap jaga dan perhatikan anak-anaknya, karena merekalah penerus bangsa dan yang selama ini konsisten ikut taraweh sampai akhir Ramadhan".
"Anak-anak harap tenang"
Begitu isi wejangan, salah satu pengurus masjid. Membawa anak sholat taraweh di mesjid seperti dua mata pisau, bisa bermanfaat dan juga sebaliknya. Bermanfaat? Ya...Karena bisa sebagai ajang belajar bagaimana ibadah sholat taraweh, beramal di kotak amal dan juga bersosialisasi dengan anak-anak lain, bahkan berkenalan dengan orang-orang baru. Juga sebagai tempat anak belajar bersabar dan bertoleransi ke orang lain. Mudharat? Apabila aktivitas anak selama sholat taraweh mengganggu khekhusyukan diri sendiri dan orang lain. Bagaimana bisa khusyuk? Ketika tiba2 hati dag dig dug, khawatir.. Terlihat dengan ekor mata, sang kakak sudah naik tiang sampai atas. [caption id="attachment_196594" align="aligncenter" width="300" caption="Duuh...kok ya...naek-naek sih kak... (Doc: BY)"][/caption]
"Kak..kakak kan perempuan...masak naek-naek kayak gitu, bahaya dan menggangu yang lain kan..?"
"Habis..namanya ada "umardani"-nya sih...jadi kayak laki-laki" belanya.
Bagaimana bisa khusyuk juga? Ketika tiba-tiba dijadikan kuda-kudaan sama si kecil atau terdengar teriakan si kecil mencari emaknya, karena begitu semua berdiri, menggunakan mukena..semua orang sama. Belum lagi, ketika hati tergelitik mau tertawa karena terdengar si kakak bermain peran seperti sinetron "Dewi Bintari" bersama teman-teman barunya. Teringat saat kecil (SD), saya sempet befikir, "Ihhh..apa sih susahnya untuk mengikuti sholat dengan tenang" ketika melihat teman-teman asyik ngobrol. Tapi sekarang, ketika sudah menjadi emak, mengajarkan anak untuk tenang dan mengikuti sholat merupakan pekerjaaan ekstra luar biasa yang terus masih dalam proses. [caption id="attachment_196596" align="alignleft" width="300" caption="Duuhh..masih kecil kok sukanya tebar pesona ya...? (Doc: BY)"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H