Mohon tunggu...
Bertha Virginia
Bertha Virginia Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi Semester 5 Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Voice Over Talent | Announcer | Content Creator

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Sensor dalam Film "Midsommar" yang Kelewat Sadis

11 Desember 2020   22:41 Diperbarui: 11 Desember 2020   22:48 1233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Midsommar (2019) menjadi salah satu film horor yang cukup membuat saya resah secara psikologis. Awalnya, saya menonton film Midsommar karena trailer yang ditayangkan di bioskop. Saya merasa, visual yang ditayangkan sangatlah indah sehingga memunculkan rasa penasaran untuk menonton film Midsommar. 

Kebetulan, saya bukanlah tipe orang yang mengecek informasi film secara lengkap seperti genre, durasi tayang, dan lain sebagainya sebelum menonton. Saya memilih untuk menonton film dengan informasi yang masih kosong sehingga tidak menyebabkan ekspetasi yang terlalu berlebihan dan saya dapat menikmati film tanpa spoiler.

Sebuah kesalahan yang mengakibatkan saya tidak tahu bahwa film Midsommar diperuntukkan untuk usia 21 tahun ke atas, saya juga tidak mengetahui bahwa ternyata film ini bergenre horor, dan parahnya film ini tidak menakuti dengan hantu namun mengancam psikis seseorang, hehe terdengar sedikit lebay , namun apa daya saya lebih sering menikmati film dengan genre komedi atau romantis.

Beruntungnya film ini sudah melewati Lembaga Sensor Film (LSF) sebelum ditayangkan di bioskop tanah air. Film Midsommar pada awalnya hampir gagal tayang di Indonesia karena permasalahan sensor, namun pihak distributornya yakni Feat Pictures berhasil memperbaiki Midsommar sehingga layak tayang di Indonesia pada 11 September 2019 dengan klasifikasi U-21.

Sumber: Tangkapan layar akun Twitter
Sumber: Tangkapan layar akun Twitter
Film thriller garapan Ari Aster memang kerap membuat film horor yang bukan dengan kemunculan hantu, namun membuat penontonnya tidak nyaman atau mengganggu pikiran penonton. FIlm Midsommar yang menjadi garapan film ke-2 memang terbukti mengganggu pikiran saya dengan adegan yang membuat saya terus berkata dalam hati "hah? kenapa gini sih?".

Selain mengganggu pikiran dengan adegan anehnya, saya juga cukup terganggu karena jalan cerita yang seakan tidak detail. Usai menontonnya di bioskop, saya baru tahu bahwa ada scene sepanjang 9 menit yang dipotong oleh Lembaga Sensor Film (LSF) karena terdapat adegan yang bertentangan dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2019.

Pada pasal 8, poin mengenai kekerasan, narkotika, pornografi dilarang untuk ditampilkan di dalam sebuah film. Sehingga, banyak adegan yang dipotong demi bisa ditayangkan di Indonesia (Padahal, di Amerika sudah dipotong dari yang berdurasi 171 menit menjadi 147 menit agar bisa dinikmati usia 17 tahun ke atas. Di Indonesia ditambah lagi pengurangan scene sehingga durasinya menjadi 138 menit).

Sejujurnya, penyensoran film baik adanya demi meminimalisir hal-hal yang tidak diinginkan, salah satunya merusak moral penonton. Dalam kasus Midsommar yang sudah melewati tahap penggolongan usia yakni 21 tahun ke atas, apakah masih perlu pemotongan scene yang saya pikir terlalu berlebihan?

Scene Memakan Jamur yang Menimbulkan Efek Halusinasi

Sumber: Pinterest.com/jaime kriel
Sumber: Pinterest.com/jaime kriel
Ketika sampai di scene Dani (Florence Pugh) dan teman-temannya duduk di hamparan rumput, saya sebenarnya cukup kebingungan karena menebak hal apa yang terjadi. Ternyata, scene memakan jamur menjadi permasalahan dalam sensor film. Menurut saya pribadi, ini 'agak' lebay sih.

Aksi Pengorbanan Penduduk Paling Tua

Sumber: Svarga.news
Sumber: Svarga.news

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun