Midsommar (2019) menjadi salah satu film horor yang cukup membuat saya resah secara psikologis. Awalnya, saya menonton film Midsommar karena trailer yang ditayangkan di bioskop. Saya merasa, visual yang ditayangkan sangatlah indah sehingga memunculkan rasa penasaran untuk menonton film Midsommar.Â
Kebetulan, saya bukanlah tipe orang yang mengecek informasi film secara lengkap seperti genre, durasi tayang, dan lain sebagainya sebelum menonton. Saya memilih untuk menonton film dengan informasi yang masih kosong sehingga tidak menyebabkan ekspetasi yang terlalu berlebihan dan saya dapat menikmati film tanpa spoiler.
Sebuah kesalahan yang mengakibatkan saya tidak tahu bahwa film Midsommar diperuntukkan untuk usia 21 tahun ke atas, saya juga tidak mengetahui bahwa ternyata film ini bergenre horor, dan parahnya film ini tidak menakuti dengan hantu namun mengancam psikis seseorang, hehe terdengar sedikit lebay , namun apa daya saya lebih sering menikmati film dengan genre komedi atau romantis.
Beruntungnya film ini sudah melewati Lembaga Sensor Film (LSF) sebelum ditayangkan di bioskop tanah air. Film Midsommar pada awalnya hampir gagal tayang di Indonesia karena permasalahan sensor, namun pihak distributornya yakni Feat Pictures berhasil memperbaiki Midsommar sehingga layak tayang di Indonesia pada 11 September 2019 dengan klasifikasi U-21.
Selain mengganggu pikiran dengan adegan anehnya, saya juga cukup terganggu karena jalan cerita yang seakan tidak detail. Usai menontonnya di bioskop, saya baru tahu bahwa ada scene sepanjang 9 menit yang dipotong oleh Lembaga Sensor Film (LSF) karena terdapat adegan yang bertentangan dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2019.
Pada pasal 8, poin mengenai kekerasan, narkotika, pornografi dilarang untuk ditampilkan di dalam sebuah film. Sehingga, banyak adegan yang dipotong demi bisa ditayangkan di Indonesia (Padahal, di Amerika sudah dipotong dari yang berdurasi 171 menit menjadi 147 menit agar bisa dinikmati usia 17 tahun ke atas. Di Indonesia ditambah lagi pengurangan scene sehingga durasinya menjadi 138 menit).
Sejujurnya, penyensoran film baik adanya demi meminimalisir hal-hal yang tidak diinginkan, salah satunya merusak moral penonton. Dalam kasus Midsommar yang sudah melewati tahap penggolongan usia yakni 21 tahun ke atas, apakah masih perlu pemotongan scene yang saya pikir terlalu berlebihan?
Scene Memakan Jamur yang Menimbulkan Efek Halusinasi
Aksi Pengorbanan Penduduk Paling Tua
Scene bunuh diri dengan melompat dari tebing memang ditampilkan sekilas, namun ketika menyayat tangan tidak ditampilkan dan langsung lompat di adegan melumuri darah ke batu. Menurut saya, adegan menyayat tangan di kategori U-21 tentu tidak 'seberbahaya' itu. Justru adanya pemotongan ini membuat tanda tanya akan jalan ceritanya. Ditambah ketika adegan memukul kepala kakek dengan palu dan membakar mayat juga dihilangkan.Â
Minuman Christian (Jack Reynor)
Pemotongan scene film membuat Midsommar banyak kehilangan cerita pentingnya, namun tetap saja film ini layak dinobatkan menjadi film horor terbaik. Bagaimana menurutmu?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI