Menonton film ini mungkin akan menjadikan setiap orang langsung menganggap "ah ini semua karena gadget", "tuh kan, ga ada sinyal lebih harmonis", dan masih banyak lagi. Jika pandangan kamu seperti itu, tidak masalah, karena setiap orang berhak memandang dari sudut pandangnya tersendiri.
Bagi saya pribadi, film ini memang mencoba memberikan kita pesan, bahwa ketika sinyal tidak ada dan menjadikan gadget tidak berarti, di situlah hubungan tatap muka mengambil nilai penting. Namun, bukan berarti kehadiran gadget tidak penting. Ernest pun menggambarkan kembali tentang benefit adanya gadget yang selalu membantu setiap orang, dalam hal pekerjaan dan kemudahan lainnya.
Lantas, menurutmu, gadget itu baik atau tidak?Â
Tentu semua kembali lagi kepada penggunanya. Memanfaatkan sesuatu yang keren seperti gadget tentu ada batasannya bukan? Sebab, sesuatu yang berlebihan juga tidak bagus loh.Â
Ada satu yang enggak bisa dibeli dengan uang. Ada satu yang lebih berharga ketimbang uang. Ada satu hal yang bisa kita berikan kepada orang lain, yang bisa kita habiskan demi orang lain, dan sama sekali enggak membuat kita rugi. Hal itu adalah waktu.
Kebersamaan dan Waktu
Bicara soal menghargai waktu adalah pesan yang saya dapatkan dari menonton film ini. Saya merasa terpanggil karena jika diingat kembali, rasanya waktu bersama keluarga di era digital ini agak sulit rasanya. Berkumpul mungkin setiap hari, namun yang selalu berada di pandangan adalah gadget.Â
Gadget tidak ada, rasanya canggung untuk berbicara bersama keluarga. Padahal dahulu sebelum maraknya penggunaan gadget, meomen bersama keluarga adalah hal yang selalu ditunggu-tunggu.
Kita sibuk menghubungi mereka yang jauh di mata, namun lupa akan orang yang berada di sekitar kita.Â
Susah mendapatkan sinyal yang disebabkan karena berlibur di Sumba membawa perubahan bagi ibu dan anak ini. Mereka beradaptasi dengan situasi tanpa dunia luar dan mau tidak mau harus saling berkomunikasi. Alhasil, hubungan mereka pun menjadi lebih baik.