Mohon tunggu...
Ms. Talita
Ms. Talita Mohon Tunggu... -

Just Wanna Be My Self

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Adanya Mucikari Berusia Belia (SMP) Akibat Pengaruh Buruk Televisi

11 Juni 2013   17:45 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:12 1054
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Miris melihat seorang siswi smp menjadi mucikari bagi teman-temannya. Bahkan, media massa menjulukinya germo cilik. Terlepas dari persoalan ekonomi atau karena ada om-om hidung belang yang telah lebih dulu mmenjadi pelanggannya, tapi yang perlu diperhatikan di sini adalah pengaruh dari apa yang disebarkan oleh televisi, utamanya tayangan-tayangan sinetron yang memajang ABG-ABG belasan tahun sebagai aktor dan aktris.

Mereka bergaya dengan pongah, menampilkan sisi materialisme dan gaya hidup hedonis. Belum lagi intrik-intrik dalam skenario sinetron yang menyebabkan ABG-ABG tersebut berdaya pikir mirip penjahat kelas kakap. Akibatnya, muncul ABG-ABG karbitan yang dewasa sebelum waktunya. Contoh saja ada grup boyband anak-anak yang baru seumur jagung tapi sudah digilai fans seumur mereka bak superstar dunia. Lalu mereka di media bergaya songong dengan tutur bahasa dan penggunaan kata yang mungkin mereka sendiri tak tahu artinya apa. Sementara itu, talk show-talk show kacangan mengundang selebritis muda ini untuk berceloteh soal hal-hal lazimnya orang dewasa dengan penampilan glamor.

Berbeda dengan generasi remaja SMP di waktu tahun 80/90-an yang mana untuk mengenal istilah berhubungan dengan lawan jenis dalam arti "pacaran" saja masih risih dan takut. Tapi sekarang ini kalau kita perhatikan, remaja-remaja ini nongkrong dan bercampur baur dengan gaya peluk-pelukkan, tertawa-tawa, mesra-mesraan antara sesamanya tanpa malu-malu lagi. Tidak ada satupun warga sipil yang melihat itu berani melarang. Mereka masih di bawah umur, kecuali jika setua usia Anda, tidakkah kita seharusnya sangat concern akan hal ini?

Dari mana mereka mendapatkan visualisasi gaya bergaul semacam itu jika tidak dari acara-acara televisi? Terutama sinetron-sinetron yang mengambil tema remaja. Sudah jalan ceritanya absurd, tapi masih dipertontonkan di jam tayang utama. Coba saja sekarang ini anak SMP sudah mempunyai gadget-gadget smart phone yang belum tentu mereka bisa mengoptimalisasi fungsinya. Alih-alih demikian, justru digunakan untuk janjian kencan sampai memotret tubuh-tubuh telanjang dan dibagikan ke sesama pengguna perangkat canggih tersebut. Semua itu karena mereka melihat dari televisi tentang sosok-sosok seusia mereka yang juga bergaya glamor. Karena tidak mampu mendapatkan dari orang tua sendiri, maka mereka mencari sumber lain dan sangat mudah terpancing oleh iming-imingan uang.

Kita boleh saja berkelit bahwa industri hiburan digerakkan oleh mekanisme pasar, tapi jika kita mengamini hal ini maka tak perlu terkejut lagi tatkala generasi muda bangsa ini perlahan menjadi komoditas di dalamnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun