Mohon tunggu...
Berta Niken
Berta Niken Mohon Tunggu... Guru - Niken adalah Guru di salah satu Sekolah di Provinsi Lampung

Niken lahir di Lampung, Pendidikan Terakhir di Magister Pascasarjana Teknologi Pendidikan Universitas Lampung. Selain sebagai Guru Niken juga aktif menulis seperti menulis Cerpen, Puisi, dan Artikel baik di Blog Pribadinya maupun di media on line.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Balas Dendam atau Memaafkan? Sebuah Pilihan

14 April 2022   19:45 Diperbarui: 14 April 2022   22:11 798
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada kehidupan di dunia ini, sebagai mahluk sosial tentunya kita banyak berhubungan dengan orang lain. Pada hubungan tersebut baik antar personal maupun dengan kelompok tak luput dari gesekan dalam membina suatu hubungan atau pun komunikasi  yang baik.

Ketika ada sesuatu gesekan bisa jadi ada pihak yang merasa disakiti  hatinya, sebagai manusia kita biasanya akan memiliki dua respons ketika disakiti yaitu balas dendam atau memaafkan.

Rasa sakit yang dirasa sebagai respon atas apa yang telah dilakukan orang lain terhadap diri kita, biasanya memang memicu untuk balas dendam. Hal ini dilakukan guna mendapat suatu keadilan, namun, ketika seseorang membalas dendam, yang didapat adalah suatu kepuasan sesaat, namun luka dan rasa sakit yang terlanjur tertoreh tidak hilang bahkan mungkin semakin bertambah.

Selanjutnya bagaimana dengan pilihan untuk memaafkan ? memang cara ini sangat susah dilakukan, sebab rasa sakit dan pedih yang diterima mungkin saja begitu dalam. Terkait dengan ego, kita harus bisa menurunkan ego agar bisa memaafkan seseorang, bahkan sebelum orang yang menyakiti kita meminta maaf.

Memaafkan memang tidak mudah namun hal ini sebagai  upaya untuk menyembuhkan luka tersebut, perasaan terasa lebih tenang tanpa ada amarah setelah memaafkan, berdamai dengan diri sendiri merupakan salah satu upaya untuk menenangkan hati yang berada dalam kondisi amarah.

Berangkat dari yang dialami oleh penulis, dimana penulis pernah disakiti begitu mendalam, sebenarnya bukan hal yang sulit untuk balas dendam dan menjatuhkan orang yang telah menyakiti tersebut. Namun dengan pemikiran yang mendalam penulis berusaha memaafkan dan menghapus rasa sakit hati tersebut.

Tidak mudah memang, disaat memilih pilihan untuk memaafkan dan penulis pernah di fase depresi ketika mengalami peristiwa yang cukup menyakitkan tersebut. Namun demikian penulis berusaha untuk menenangkan diri dan berusaha memaafkan meski terasa begitu berat.

Balas dendam hanya memuaskan hati dalam jangka pendek saja, namun memaafkan mempunyai efek yang menenangkan secara jangka panjang.

Memaafkan selama ini sering artikan sebagai lambang kekalahan. Sering ada anggapan bahwa dengan membalas dendam, maka kita bisa menyembuhkan rasa sakit kita dengan  menghukum orang yang telah menyakiti.

Padahal sebenarnya hal itu , justru  akan membuat luka batin kita semakin sakit karena kita  mengulas nya terus menerus, memikirkannya mencari celah dan upaya untuk balas dendam, begitu menyita waktu dan perasaan, menyiksa diri terus menerus.

Memaafkan adalah fase dimana kita berhenti untuk memikirkan dan membahas secara terus menerus pada diri sendiri mengenai apa yang terjadi, apa yang dilakukan orang lain tersebut, bagaimana kita terluka, dan hal-hal yang menimbulkan luka hati kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun