Mohon tunggu...
bersiap
bersiap Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sihir Ahok dan Kewarasan Publik

22 Maret 2016   20:07 Diperbarui: 23 Maret 2016   06:57 1544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kedua mantra di atas lagi2 memiliki kontradiksi. Beberapa hari ini Ahok dan Teman Ahok harus pontang panting menjelaskan tentang sumber pendanaannya. Terus terang saya punya banyak alasan utk meragukan bhw dana pergerakan pengumpulan KTP itu murni berasal dari penjualan kaos (Rp. 2 milyar) dan dari konsultan politik profesional (bayaran) sebesar Rp. 500 jt...yg lalu dibantah sendiri lagi. Saya meyakini bhw sumber2 pendanaan Ahok berasal dari para pengusaha raksasa yg kelak ingin mengambil manfaat dari kekuasaan Ahok. Dasar kecurigaan saya adalah dari pernyataan Ahok sendiri bhw dia sangat dekat dgn Agung Podomoro, konglomerat properti yg mendapat izin reklamasi pulau di utara Jakarta.

Apakah lalu Ahok kelak akan bisa independen dari partai2 politik, tentu saja tidak. Dia perlu parpol utk bisa memerintah dgn efektif, peran yg selama ini diambil oleh PDI Perjuangan tanpa ragu. Kontradiksinya, pada saat bersamaan Ahok getol memobilisasi kekuatan partai-partai politik. Jika ingin independen, untuk apa juga?

Lalu apa sebenernya yg terjadi? Benarkah ini murni uji coba politik yg sedang dimainkan oleh sebuah lembaga think tank warisan Orde Baru yg bernama CSIS? Pertanyaan ini wajar dilontarkan mengingat pentolan Teman Ahok yg lugu itu kabarnya sangat dekat dgn punggawa lembaga itu. Belum lagi fakta bhw CSIS lah yg pertama sekali mengeluarkan survey utk melegitimasi keinginan Teman Ahok agar dia maju dari jalur perseorangan?

Saya meyakini bhw Ahok hanyalah proxy dari sebuah permainan politik politik besar yg ingin merontokkan PDI Perjuangan sbg pemenang pemilu dan Ketua Umumnya yg merupakan mogul politik yg mustahil ditundukkan oleh para tikus pengerat kekuasaan dan sumber2 ekonomi. Merontokkan PDI Perjuangan adalah keharusan krn PDIP perjuangan terlalu teguh dgn ideologi nasionalisme kerakyakatan dan terlalu kaku untuk diajak berbagi rente ekonomi seperti partai lain. Partai ini terlalu asyik dengan dirinya saat yg lain sibuk berebut remah2 kekuasaan dan rente ekonomi. ABPN?? Itu mah mainan primitif dari politisi kampungan.

Pilkada DKI adalah tikungan sejarah bagi PDI Perjuangan dari sisi kekuatan elektoral. Publik sedang dirasuk sihir Ahok hingga, penjelasan yg melebihi satu tarikan nafas tak akan digubris. Ini zamannya "meme" dan 160 karakter adalah batas kewarasan publik.

Tapi benarkah ini hanya pertaruhan PDI Perjuangan belaka? Saya yakin tidak! Ini pertaruhan peradaban politik kita, pertaruhan rente ekonomi dan kekuasaan yg dampaknya jauh hingga ke generasi yg akan datang!

Berat kan, ciiiinnnnn???

Tarakan, 20 Maret 2016
 D Y S

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun